webnovel

Masa Lalu Lucifer Dan Asmodeus.

Alicia menggeleng cepat. Helaan nafas Malaikat maut itu terdengar berat. Suaranya sangat kelelahan. "Tiap jiwa yang tersesat atau gak mau dibawa ke akhirat dan tertangkap Iblis, maka jiwa itu akan dijadikan budak di neraka. Budak sex maupun budak di dalam istananya."

"A-apa? J-jadi ... jiwa manusia dijadikan budak?"

Senyum malaikat senang telah berhasil menggoda Alicia, sambil mengangguk Kepalanya. Sayapnya terus mengepak, terbang kearah rumah Alicia di Menchester.

Lalu Asmodeus masih berusaha melepaskan diri untuk bisa keluar dari bola pelindung buatan Riel itu. Lambat laun bila pelindung itu mulai terlihat retak, semakin dan terus melebar hingga akhirnya ...

Praaang.

Bila pelindung itu pecah berkeping-keping. Senyum Asmodeus tampak senang melihat bola itu berhasil ia pecahkan. "Kerja bagus, Orthus!" ujar Iblis itu memuji anjing kesayangannya, sambil mengelus-elus kepalanya itu. Orthus juga banyak membantu untuk memecahkan bola pelindung itu. "Sekarang, kita kembali dulu ke neraka. Besok kita harus mencari gadis yang sangat menarik itu!" katanya berdiri, lalu ia mengeluarkan beberapa gerakan pada tangannya sambil membaca beberapa mantra.

Kabut hitam mulai terlihat, awalnya terlihat tipis. Lambat laun semakin menebal dan terus menggumpal layaknya awan. Asmodeus meniupkan gumpalan awan hitam itu dan ....

Brrrttt.

Sebuah pintu mulai terlihat dan kemudian terbuka dengan sendirinya. Portal. Biasanya bangsa Iblis menyebutnya seperti itu. Pintu yang menghubungkan antara dunia dengan neraka.

Asmodeus dan Orthus masuk kedalam pintu portal itu. Tak lama, pintu portal tertutup kembali. Asmodeus dan Orthus mulai memasuki sebuah ruangan yang gelap, di ujung sana, tepatnya jauh di depan Asmodeus ada seberkas cahaya yang terlihat. Ia dan anjing kesayangannya itu pun mulai melangkah dengan sangat gagah. Lorong yang panjang, gelap dan juga berbau, tetapi mereka berjalan sangat tenang tanpa merasakan ketakutan juga bau. Beberapa mahluk melintasinya, sambil memberi hormat pada Asmodeus. Pergi menuju pintu portal.

Sesampainya di ujung lorong, di mana cahaya tadi terlihat dari kejauhan. Ada beberapa pengawal yang sedari tadi menunggu Asmodeus. Orthus merubah tubuhnya menjadi seekor anjing kecil yang imut.

"Pangeran Asmodeus, sukurlah anda kembali!" ucap salah satu pengawalnya setelah memberi hormat.

"Ada apa?" tanya Asmodeus.

"Baginda Raja mencari anda, ia sangat marah karena anda tidak datang di acara perjamuan seluruh kerajaan di neraka!" seru pengawal itu kuatir.

Asmodeus menghela napas. "Perjamuan yang membosankan, yang selalu dihadiri oleh para orang tua dengan pembicaraan yang membosankan itu?" tanya Asmodeus sedikit meremehkan perjamuan itu.

"I-iya Pangeran. Lebih baik anda segera pulang dan temui Baginda Raja," sahut pengawalnya sangat takut.

"Kau memaksaku? Atau kau sudah bosan hidup, huh?"

Pengawal itu bergegas menunduk, "M-maafkan kami, Pangeran!"

"Sudah, kalian balik duluan. Aku akan segera menyusul kalian!" Perintah Asmodeus. Kedua pengawalnya itu bergegas menuruti apa yang Asmodeus perintahkan. Mereka tidak mau pangeran kedua dari kerajaan pusat di neraka itu mengamuk dan marah pada mereka.

Asmodeus mendengus, "Kenapa kehidupan di neraka sangat membosankan? Aku sangat menyukai dunia dan bertemu gadis-gadis yang setengah mati seperti gadis tadi!" gerutu Asmodeus. "Hei, Orthus! Bagaimana kalau besok kita ke dunia manusia lagi, dan kita cari gadis itu!"

Guk..

Guk..

seru Ortus menggongong. Asmodeus tersenyum senang, ia melangkah pulang ke istana, Orthus mengikuti Asmodeus dari belakang.

Sesampainya di istana, Raja iblis, Ayah dari Asmodeus dan Lucifer terlihat sangat marah. Sebab, Asmodeus mengabaikan perjamuan yang diadakan di istana. Asmodeus justru lebih senang pergi keluar di banding harus menghadiri perjamuan itu.

"Asmodeus menghadap baginda!" kata Asmodeus memberi hormat pada ayahnya.

"Dari mana saja kamu, Asmodues?" Raja terlihat marah dengan kedatangan Asmodeus yang sangat terlambat. "Kamu tau, hari ini adalah hari perjamuan dari seluruh bangsawan di neraka ini dan juga raja-raja dari penjuru neraka?"

"Maaf, hamba han--"

"Banyak alasan! Ayah sudah mengingatkan kamu agar tidak pergi kemanapun, Asmodeus. Kamu pangeran di kerajaan ini!" seru Raja Mammon sangat marah. "Bagaimana bisa pangeran dari kerajaan pusat tidak hadir dalam perjamuan di istana nya sendiri? Andai saja Lucifer tidak mengkhianati neraka, mungkin dia sudah menuruti apa yang aku perintahkan!" Asmodeus terdengar kesal saat ayahnya selalu saja membanding-bandingkan dirinya dengan Lucifer. Tangannya mengepal saat erat, menahan amarahnya saat ini.

"Maafkan hamba, baginda. Hamba hanya keluar sebentar ke dunia manusia?" ujar Asmodeus berhasil meredam emosinya. Namun,

"Ngapain kamu ke dunia manusia, huh? Mau mencari pasangan seperti ayahmu yang lemah itu?"

Degh!

Jantung Asmodeus terasa tak mau berhenti. Jantungnya justru berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Lalu, siapa sebenarnya Asmodeus?

Ia adalah anak dari istri pertama Raja Mammon yaitu Ratu Veela iblis tercantik di neraka ini. Ia punya daya tarik yang sangat memukau, siapapun yang memandangnya pasti akan tertarik dengan kecantikannya. Namun sayangnya, kecantikannya itu selalu ia gunakan untuk menjerat manusia, bukan iblis di neraka. Saat itu, Lucifer masih berusian 3 tahun.

Ratu Veela sangat menyukai salah satu dari ribuan laki-laki ada di dunia. Ia pergi ke dunia manusia saat Raja Mammon sedang menghadiri acara kerajaan yang diadakan tiap tahunnya. Istri Raja Mammon itu pergi diam-diam tanpa ketahuan para pengawal.

Di dunia manusia Ratu Veela melepas rindu dengan laki-laki dari bangsa manusia. Dan laki-laki itu tidak pernah tau siapa Ratu Veela sebenarnya. Mereka salimg bercumbu, meraba bagian vital yang sangat ia suka dari laki-laki itu. Mereka terus melakukan hingga lupa diri, bergumul dengan panas dan penuh gairah.

Bukan hanya sekali, Ratu Veela hampir mendatangi laki-laki dari kalangan manusia itu dan bercinta setiap kali ia dan laki-laki itu bertemu. Hingga ia hamil.

Raja Mammon sangat murka mendapati istrinya hamil oleh laki-laki lain. "Cepat katakan, siapa yang menghamilimu, Veela?" teriak Raja Mammon di depan wajah Veela yang tertunduk. Istrinya itu merasa bersalah, namun tidak menyesal telah melakukan hubungan badan itu pada kekasihnya itu.

"B-buat apa, Baginda? Bukankah Baginda akan membunuhnya kalau aku menunjukannya pada anda, Baginda?"

"Itu urusan saya, Veela. Kau telah mengkhianatiku dengan berhubungan badan dengan manusia hingga hamil, aku rasa, itu adalah hukuman setimpal untuk membunuh laki-laki itu, Veela!" bisik Raja Mammon. Ia pun menegapkan tubuhnya dan membelakangi Ratu Veela. "Biarpun kau tidak memberitahuku, aku pasti akan menemukan dia, Veela!"

Degh!

Ratu Veela mendongak dengan tatapan tajam. Jantungnya seolah-olah tak lagi berdetak. Berhenti sejenak. "J-jangan Baginda ... jangan lakukan itu!"

Raja Mammon hanya tersenyum sinis, ia sudah memegang kendali atas Ratu Veela. "Lihat saja nanti, kau pasti akan mengetahuinya!"

Ratu Veela terdiam, ia tau apa yang akan di lakukan suaminya itu. "Gak, aku tidak bisa membiarkannya membunuhnya. Aku tidak mau kehilangan dia, aku tidak mau anak dalam kandunganku hidup tanpa seorang ayah!" pikir Ratu Veela kalut. Ia menatap Raja Mammon yang sudah memerintahkan anak buahnya untuk mencari kekasihnya di dunia manusia.

"Aku mohon Baginda, aku mohon ampuni dia. Biarkan dia hidup agar anak dalam kandunganku memilik ayah!"

"Mengampuninya?" Bentak Raja Mammon sedikit berteriak. "Mana mungkin aku mengampuni laki-laki yang sudah berselingkuh dengan istriku. Kau tau kan hukuman apa yang pantas untuk seorang yang berbuat masalah denganku?"

"Tapi Baginda, semua ini kesalahan saya. Murni kesalahan saya, bukan dia. Jadi, saya mohon pada anda Baginda untuk membebaskan dia!"

"Tidak akan!! Semakin kau memohon seperti itu padaku, semakin aku ingin membunuhnya secara perlahan agar ia juga merasakan sakitnya hatiku ini, Veela!" kata Raja Mammon menatap wanita yang sedang bersimpuh itu. Ia cukup kaget mendengar semua kalimat yang terucap dari bibir suaminya itu.

****

Bersambung..

Próximo capítulo