webnovel

Merasa Bodoh

Setelah pembicaraan singkat itu Ferdinan pun langsung pulang untuk memberikan kabar bahagia ini kepada keluarganya.

"Apakah itu artinya Ayah menerima lamaran Ferdinan?" Tanya Bu Jeny.

"Bagaimana menurutmu Tiara?" Pak Andi malah balik tanya kepada Tiara.

"Sebelum saya menjawab Iya, berikan saya waktu untuk berpikir!"

"Baiklah kalau begitu pikirkan dengan baik, karena nanti malam keluarga Ferdinan akan datang, dan kamu harus memberikan jawaban mu!" Setelah mengatakan itu Pak Andi langsung kembali ke kamarnya.

Dua hari setelah malam itu, Tiara menerima Lamaran Ferdinan. Ia berharap keputusannya kali ini tidak salah.

Kehadiran Ferdinan kembali dengan niat sucinya membuat Tiara lupa akan rasa sakitnya, cinta yang dulu kuncup kini merekah di hatinya sehingga ia memberikan Ferdinan kesempatan kedua.

Dua minggu sebelum pernikahan, Ferdinan mengajak Tiara pergi ke salah satu toko emas di Mataram. Mereka berdua hendak membeli cincin pernikahan mereka. Namun, mereka tidak sengaja bertemu dengan Rina yang tidak lain adalah wanita yang dulu membuat Ferdinan meninggalkan Tiara.

"Sayang ... !" Sapa Rina dengan sedikit senyum di bibir mungilnya yang merah delima.

Ferdinan terkejut melihat kemunculan Rina yang tiba-tiba. Yang ada di pikiran Ferdinan saat ini hanyalah rasa takut, karena sebenarnya dia dan Rina masih berpacaran.

"Sayang kamu lagi apa di sini? Bukankah kamu kemarin mengatakan padaku kalau kamu ingin liburan beberapa hari di Lombok Timur?"

Tiara yang tidak sengaja mendengar percakapan itu langsung berbalik. Seketika itu ekspresinya menjadi buruk, wajah pun merah padam karena dia merasa sudah ditipu dan dipermainkan perasaannya, hampir saja anak sungai mengalir di pipinya, untung saja dia tau malu karena sedang berada di keramaian.

"Bukankah kamu Rina?" Tanya Tiara dengan bibir bergetar.

"Khem ... Iya, dia adalah Rina. Dia di sini mau mencari kado buat ibunya .. ." Jawab Ferdinan mewakili Rina. Ia berharap Rina tidak akan mengatakan apa pun pada Tiara.

Ekspresi Rina menjadi bingung, "Kamu Tiara kan? Kenapa ini begitu kebetulan? Kenapa kamu ada di sini bersama pacarku?"

Mendengar pertanyaan Rina, Tiara hanya menatap dalam ke mata gadis itu tanpa berkata sepatah kata pun.

Pantas saja Ferdinan semudah itu berpaling darinya, ternyata gadis yang dia pilih cantiknya bak bidadari, kulit putih, mata besar, bibir tipis, dibalut rok mini dan baju seksi serta rambut terurai panjang. Lelaki manapun akan tergila-gila pada Rina. Dibandingkan dirinya yang memiliki penampilan sederhana dan biasa saja.

'Ya Allah hatiku sakit, lelaki ini kembali menyayat luka di hatiku. Betapa bodohnya aku karena percaya dengan lelaki ini.' Batin Tiara dengan mata yang mulai memerah.

Setelah itu Tiara menatap Ferdinan yang terlihat bingung. Dia kecewa karena Ferdinan hanya diam dan tidak menyangkal apa yang Rina katakan.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Tiara keluar dari toko karena sudah tidak sanggup menahan gemuruh di hatinya.

Sedangkan Ferdinan masih terdiam di tempatnya tanpa beranjak mengejar Tiara, dan itu semakin membuat Tiara merasa sakit.

Tiara terus berjalan menelusuri trotoar dengan hati yang pilu. Langkahnya tertatih. Sudah payah ia menahan air matanya agar tidak jatuh sebab dia tidak ingin dilihat aneh oleh orang lain.

'Kenapa dia tidak mengejarku? Apakah dia tidak khawatir aku pulang sama siapa?' Batin Tiara sembari mengepal tangannya.

Setelah membatin, Tiara menarik napas dalam lalu menatap ke arah seberang jalan. Ia melihat mobil umum yang biasa disebut engkel oleh orang Lombok sedang mangkal nunggu penumpang.

Engkel itu seperti angkot namun lebih panjang dan sedikit mirip bis.

Tepat saat ia akan menyeberang jalan, tasnya ditarik oleh seseorang.

"Arrrgg ..." Tiara terkejut sehingga ia hanya tertegun menatap orang yang sudah menariknya.

"Apa kamu gila?"

Suara lelaki itu menyadarkan Tiara dari keterkejutannya.

Tanpa mengatakan apa pun, Tiara meneteskan air mata yang sejak tadi berusaha keras untuk dia tahan.

Lelaki itu pun menarik napas dalam melihat air mata Tiara. Ia merasa bersalah karena sudah membentak Tiara.

"Lain kali kalau mau menyeberang hati-hati! Lihat-lihat dulu lampu lalu lintasnya!"

Tiara pun langsung menoleh ke arah lampu lalu lintas yang berwarna hijau. Ia pun menyalahkan dirinya karena ceroboh.

"Terima kasih karena sudah menolongku untuk ke sekian kalinya pak Dokter!" Ucap Tiara tanpa melihat ke arah Dokter Arya.

Seperti biasa, Arya hanya mengangguk dan langsung pergi.

'Kenapa dia ada di mana-mana? Kemarin dia di Lombok Timur sekarang dia ada di Mataram. Sebenarnya dia orang mana? Sejujurnya dia lelaki yang sangat tampan. Memiliki tubuh tinggi dan tegap, kulit putih dan rambut hitam berkilau, gaya berpakaiannya pun sangat serasi dengan tubuhnya yang tinggi. Tapi sayang, sifatnya sangat buruk. Dia tidak tahu sopan santun dan tidak pernah salam. Apa mungkin dia bukan Muslim? Astaga, kenapa aku menjadi perempuan julit seperti ini. Sebaiknya aku segera pulang karena aku harus membereskan semua masalah ini!' Batin Tiara sembari menatap lurus ke arah Arya.

Setelah itu, ia bergegas menyeberang setelah lampu merah. Untungnya engkel itu cepat dipenuhi penumpang dan langsung berangkat.

Próximo capítulo