webnovel

Harus Memilih

"Begini, kemarin Bibinya Rafa datang untuk melamarnya dan kita semua setuju, tapi dia tampak terpukul dengan sikap Papanya sehingga dia minta waktu untuk memberikan jawaban!"

Tiara langsung mengerti kondisi yang Rasty alami saat ini. Ia pun segera menemui Rasty di kamarnya.

Tiara merasa patah hati ketika melihat kondisi Rasty yang pucat dan lemah.

Tiara duduk di dekat Rasty yang sedang berbaring di ranjang. "Kakak Rasty kenapa? Ayo cerita!"

Rasty langsung duduk lalu menatap Tiara dengan ekspresi yang rumit. Tanpa mengatakan apa pun Rasty langsung memeluk Tiara.

"Ada apa denganmu?" Tanya Tiara sambil menepuk-nepuk bahu Rasty dengan pelan.

Rasty mendesah dengan pelan. Ia baru saja melepaskan sesak di dadanya agar kata-katanya bisa keluar.

"Ra, aku tau Papa ingin yang terbaik buatku, aku juga sadar kalau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku bingung harus menerima Rafa atau tidak. Aku tidak tega melukai hati pacarku. Aku mencoba memberitahunya, ia pun sangat marah karena kami sudah berjanji akan menikah tahun depan!" Jelas Rasty sambil menangis.

Tiara menarik napas dalam karena ia juga bingung harus bagaimana.

"Aku juga sependapat dengan Ibumu, tapi bagaimana aku harus menjelaskannya? Aku juga tidak tau harus memberikan saran seperti apa karena Rafa setauku juga orang yang baik, tapi lebih baik kamu shalat istiharah saja!"

"Aku benar-benar bingung, kemarin aku sudah shalat, dan selama dua hari ini aku malas makan dan kesulitan tidur."

Karena besok aku harus memberi jawaban. Tapi aku diancam oleh Kakak Sepupuku, kalau aku tidak menerima lamaran Rafa maka dia akan menyeretku ke rumah Rafa. Aku harus bagaimana?" Tangis Rasty pecah dalam pelukan Tiara.

Tiara sebenarnya sangat setuju melihat Rasty bersama Rafa, karena menurutnya Rafa itu lembut sedangkan pacar Rasty itu kasar. Tapi dia juga tidak berani memberikan pendapatnya, takut dia salah karena memilih pasangan saja dia sering salah makanya dia ragu untuk membantu Rasty memilih.

Cinta Rasty pada pacarnya yang sudah terukir indah dan terjalin cukup lama, apakah akan berakhir seperti ini, dan Rasty menikah sama orang yang sama sekali tidak dicintainya meskipun dia sudah kenal lama, memang hubungan yang lama tidak menjamin jodoh, kalau gak ditinggalkan malah kita yang meninggalkan, hidup ini memang penuh rahasia, ternyata tidak cukup bermodalkan cinta saja.

Dua hari kemudian.

"Sayang, apakah benar Rasty akan menikah minggu depan?"

Ketika Tiara keluar dari kamar, Ibunya langsung menyerangnya dengan pertanyaan yang mengejutkan. Karena Rasty belum memberitahukan keputusannya apa sehingga Tiara tampak ragu.

"Mmm ... Benarkah?"

"Iya benar. Tadi saat beli sayuran, Ibu mendengar kabar dari tetangga kita kalau Rasty akan menikah sama Rafa. Kok bisa? Bukankah kamu sering mengatakan kalau Rasty itu pacarnya Rama?"

Tanpa menjawab pertanyaan Ibunya, Tiara langsung bergegas menuju rumah Rasty untuk memastikan berita itu.

Ibu Ane hanya menggelengkan kepalanya melihat anak gadisnya pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan atau sekedar basa-basi.

Beberapa saat kemudian, Tiara sampai di rumah Rasty. Ia menemukan Rasty sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Tiara?" Rasty tersenyum ketika melihat Tiara sudah duduk di sampingnya. Dari raut wajah Rasty, Tiara tidak menemukan kesedihan yang ia lihat dua hari yang lalu.

"Kakak Rasty ... Apakah berita tentang pernikahanmu itu benar?" Tanya Tiara dengan hati-hati.

Rasty menatap Tiara penuh arti, setelah itu dia mengangguk. "Iya"

"Bagaimana ceritanya? Bukankah kemarin kamu bilang masih memikirkannya?"

Rasty menarik napas sebelum menjawab pertanyaan Tiara.

"Kemarin sore Rafa meminta untuk bertemu denganku, setelah itu dia membawaku ke sebuah rumah makan dan untuk pertama kalinya aku duduk berhadapan bahkan bicara sama Rafa!" Rasty berhenti sejenak untuk mengatur napasnya.

"Lalu?" Tiara semakin tidak sabar.

"Rafa bertanya padaku tentang keputusanku. Sebelum aku menjawab pertanyaannya, aku bertanya balik padanya. Aku bertanya apakah dia cinta padaku? Dia langsung menjawab kalau dia memiliki rasa suka padaku. Seketika itu aku jujur padanya kalau aku gadis yang tidak bisa masak dan banyak keburukan lainya. Dengan lantang ia menjawab begini, nanti pasti bisa belajar setelah menjadi istriku. Ada Kakakku yang akan mengajarimu. Entah kenapa aku tidak bisa bilang tidak ketika dia bertanya lagi apakah aku mau menikah dengannya. Begitu cerita nya!" Jelas Rasty dengan santai.

Tiara mengangguk sambil tersenyum karena ia bisa melihat kalau Rasty bahagia saat menceritakan bagaimana ia bisa menerima lamaran Rafa.

"Alhamdulillah kalau begitu, semoga saja kalian akan menjadi pasangan yang bahagia meskipun Kakak menikah tanpa cinta!"

"Aamiin"

Walaupun sebenarnya hati Rasty masih menangis teringat Rama. Namun, entah mengapa ada bagian hati yang merasa bahagia dengan keputusannya sekarang. Entah itu sebuah petunjuk dari istiharahnya atau apa, Rasty tidak bisa menemukan jawaban atas semua itu.

"Lalu, bagaimana dengan Rama? Apakah dia tau kalau Kakak sudah menerima lamaran Rafa? "

Raut wajah Rasty menjadi sedih ketika mendengar nama Rama.

"Aku sudah memberitahunya, seketika itu dia marah dan memutuskan pertemanan di semua akun sosial media. Dan kemarin dia juga sempat marah pada Rafa, dia mengatakan kalau Rafa adalah teman yang menikung temannya. Tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi begitu saja. Aku hanya bisa berharap kalau dia akan segera menemukan gadis yang lebih baik dariku." Kata Rasty sambil menyeka air matanya yang menetes saat teringat tentang cintanya pada Rama.

Tiara ikut merasakan perasaan Rasty yang sesak. Sejujurnya dia cukup kaget dengan pernikahan Rasty yang akan dilaksanakan minggu depan karena Rasty yang tidak pernah membicarakan soal pernikahan dalam waktu dekat malah diam-diam akan segera menikah dan itu dengan orang yang tidak pernah disangka-sangka. Sedangkan dirinya yang sudah lama merencanakan pernikahan malah selalu gagal.

Menjelang hari pernikahan, wajah Rasty tidak begitu ceria.

Di tengah resepsi yang meriah itu, Rasty berusaha keras untuk mengukir senyum di hadapan para tamu undangan dan di waktu yang sama ia merasakan kalau hatinya remuk karena mimpi indahnya bersama Rama benar-benar hancur berkeping-keping.

Setelah Rasty menikah, Tiara dirundung rasa kesepian yang menggila, ditambah hatinya kini kosong dari cinta siapapun.

'Ternyata benar kata orang. Semakin kita dewasa maka kita akan sering merasa kehilangan.' Batin Tiara.

Takdir memang aneh dan tidak bisa diprediksi. Sekarang giliran Tiara yang menempati posisi Rasty yang terus diejek karena belum menikah di usianya yang sudah 27 tahun.

Próximo capítulo