Rapat bulanan baru saja selesai. Sepanjang rapat, Aneska memaksa dirinya untuk fokus. Dia tidak mengantuk meski terjaga semalaman di jendela apartemen, menatap malam. Hanya saja pikirannya bercabang ke mana-mana. Dia tidak ingin melakukan apa-apa dan hanya ingin mendekam di apartemen. Mengunci diri dan tidak bertemu dengan banyak orang.
Namun, tadi pagi Mas Dikta muncul di depan apartemen. Menjemput. Tidak ada tanda-tanda kecewa di wajahnya. Membuat rasa bersalah Aneska kian menggunung. Sama seperti semalam ketika lelaki itu menjemput ke rumah sakit, pagi tadi, Mas Dikta juga memilih untuk diam. Mengerti jika Aneska sangat kacau dan mungkin belum bisa diajak bicara.
Pagi ini dia juga harus menerima tatapan aneh, juga pertanyaan apakah dia sakit. Aneska memang pucat. Matanya pastilah sembap. Efek dari menangis kemarin dan tidak tidur sejak semalam.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com