"Pak Bandi kapan selesainya?" Terdengar dengungan seperti itu di beberapa barisan murid.
"Nggak ngerti apa kalau sepuluh menit lagi kita jadi ayam panggang?" Rani ikut berkomentar sinis. Sejak tadi dia sibuk mengipasi diri dengan tangan. Tidak berpengaruh banyak, dia tetap gerah.
Aneska yang berdiri di sebelahnya, diam. Sibuk meredam pusing yang mendera kepalanya. Dia sempat berpegangan pada Rani, takut jika ambruk di lapangan.
Baru masuk poin ketiga pidato yang disampaikan Pak Bandi, Aneska tidak kuat lagi berdiri. Pegangannya di lengan Rani terlepas bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk ke rumput. Rani yang terlambat menyadari tidak sempat menahan Aneska.
Barisan kelas Aneska sempat ramai. PMR yang bertugas segera mendekat, langsung menggotong Aneska ke ruang UKS. Rani membawakan topi Aneska yang terjatuh lalu menyusul.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com