webnovel

Berdebat dengan Ayah

Nathan menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menghadap sang ayah.

"Dari mana saja kau?" tanya Tuan Drigory.

Aura sang ayah begitu terasa dingin. Ia sama sekali tak tersenyum. Entah kapan terakhir kali Nathan melihat ayahnya tersenyum. Tapi ia juga tak pernah marah.

Terkadang Nathan sampai harus berpikir, apakah sang ayah itu seorang manusia. Bagaimana bisa dia terlihat baik-baik saja setelah anak sulungnya mati dibunuh.

"Aku kuliah," jawab Nathan.

"Dengan menghabiskan berjuta-juta dolar?" ucap Tuan Drigory.

"Aku mabuk," jawab Nathan mencoba menjelaskan tentang kebakaran di kebun apel.

"Aku sudah sering memperingatimu. Jangan ke sana! Kau tak boleh terlalu dekat dengan orang-orang di desa ini!" ucap Tuan Drigory.

"Kenapa? Kau takut nasibku akan seperti Jimmy?" balas Nathan lantang.

"Jimmy, Jimmy, Jimmy. Kenapa kau selalu mengaitkan-ngaitkan apa pun dengan dia! Apa kau tak tahu kalau aku sangat muak dengan sikap lemahmu!" ucap Tuan Drigory.

"Apa ayah menganggapnya sebagai anak? Dia dibunuh, Ayah! Dia dibunuh! Apa salahnya? Kenapa dia harus dibunuh? Apa jatuh cinta adalah sebuah kesalahan sehingga dia harus mati setragis ini? Ayah, kau adalah seorang Tuan besar. Mungkin orang-orang di dunia hitam tahu siapa kau. Tapi jangan paksa aku hidup di duniamu! Jangan paksa aku seperti Ayah memaksa Jimmy!" pekik Nathan.

Tuan Drigory berdiri lantas berjalan di dekat Nathan. Sebelum itu. Dia mengangkat sesuatu dari dalam laci kabinet mewah yang ada di sisi sampingnya.

Benda itu adalah pistol milik Tuan Drigory. Nathan tak berkutik saat melihat ayahnya mengeluarkan pistol dan berjalan ke arahnya.

"Ambil!" ucap Tuan Drigory seraya menyodorkan pistol itu untuknya.

"Apa?"

"Kubilang ambil!" ucap Tuan Drigory tegas.

Nathan segera mengambil pistol itu dari ayahnya. Tangannya gemetaran. Ia baru pertama kali memegangi pistol keramat milik ayahnya.

"Tembak aku," ucap Tuan Drigory.

"Ayah?" Nathan tak mengerti mengapa Tuan Drigory berkata seperti itu. "Mana mungkin aku .... "

"Jika kau ingin hidup di dunia yang bebas. Itu berarti kau harus memastikan aku mati, Jonathan Drigory," ucap Tuan Nathan.

"Ayah ... ini gila!"

"Gila? Kau pikir aku gila? Apa kau sadar Nathan. Keselamatanmu selama ini kau dapat dari mana? Kemewahanmu! Sikap arogansimu. Jika bukan karena ayahmu. Kau tak akan pernah bisa menerima semua privillage ini."

"Aku tak pernah meminta untuk untuk dilahirkan di keluarga biadab ini!"

Satu pukulan keras mengenai pipi Nathan. Seketika itu juga tubuh Nathan gemetaran. Pukulan ayahnya langsung membuka pipi Nathan merah.

"Hargai ibumu!" pekik Tuan Drigory.

Nathan paling tak suka kalau sang ayah membicarakan tentang ibunya. "Jangan katakan apa pun tentang ibu! Kau tak pantas menyebutkan tentang dia."

Tuan Drigory melihat kemarahan dengan jelas di mata Nathan. Dan kali ini Tuan Drigory tak bisa selantang tadi memarahi Nathan.

"Fokus saja pada pendidikanmu. Utusan Jimmy adalah urusanku. Kau harus sekolah dengan benar," ucap Tuan Drigory.

"Untuk apa seorang anak mafia kuliah? Kau ingin aku jadi karyawan di sebuah perusahaan? Atau ayah ingin Black.

"Masuklah. Aku tak ingin kau ikut campur dengan kematian Jimmy."

Nathan melemparkan pistol itu lagi ke tangan ayahnya. Sementara Nathan segera masuk ke kamarnya.

Kehidupan yang dijalani oleh Nathan memang berbeda dengan orang lain. Dia adalah anak dari seorang mafia kejam Moreno Drigory. Tentu saja ia tak bisa hidup seperti orang pada umumnya.

Jimmy Drigory adalah Kakak kandung Nathan yang digadang-gadang akan meneruskan kepemimpinan ayahnya. Tapi Kematian Jimmy membuat Tuan Drigory tak bisa meneruskan takhta kerajaan dunia hitam ini kepadanya.

Nathan ke kamar lalu segera mengunci pintu. Nathan segera membuka laci meja. Ia mengambil pistol yang ada di sana. Cukup lama Nathan memandangi pistol miliknya. Ia diam-diam menyimpan benda itu dari ayahnya.

****

Di kediaman Keluarga Peterson. Seorang wanita muda di dalam kamar tampak terbaring dengan kondisi tak sadarkan diri. Tuan Peterson melihat sejenak ke arah wanita itu. Lalu keluar dari kamar.

"Pastikan dia dibawa pergi dari kota X. Aku tak ingin dia bertanya tentang berandalan tengik itu," ucap Tuan Peterson kepada pria di depannya, Diego.

"Baik, Tuan," jawab Diego. Tangan kanan Tuan Peterson.

"Untuk sementara ini kita awasi putra kedua Moreno Drigory. Aku yakin dia tak akan diam saja karena kematian kakaknya."

"Jonathan Drigory hanya anak-anak, Tuan Peterson," ucap Diego.

Tuan Peterson menolehkan kasar ke arah Diego. Ia menatap tangan kanannya seolah tak ingin percaya anak buahnya berkata begitu.

"Tetap saja dia adalah anak seorang Drigory. Ada darah Drigory dalam dirinya. Jimmy Drigory saja sudah sangat mirip dengan ayahnya. Kita tak boleh kecolongan kali ini," ucap Tuan Peterson.

"Baik, Tuan.'"

***

Kematian Jimmy Drigory lama-lama tersebar juga di seluruh kota X. Hal itu tentu saja membuat heboh seisi kampus tempat Nathan menempuh pendidikan.

Keluarga Drigory memang sangat dikenal di kota ini. Padahal Moreno Drigory bukan seorang pejabat. Atau tokoh publik. Ia seorang pria yang menggelitik dunia hitam.

Banyak hal menyeramkan yang terjadi di kota ini Jika membicarakan tentang keluar Drigory.

Kematian Jimmy Drigory tentu saja membuat Nathan menjadi bulan-bulanan orang-orang. Hampir setiap saat dia lewat di depan gerombolan mahasiswa.

Namun, hal itu sama sekali tak dihiraukan oleh Kimberly. Gadis itu sama sekali tak tahu menahu tentang Keluarga Drigory.

Bersambung ....

Próximo capítulo