webnovel

Nyonya West

"Bagaimana ini Jarvis, kenapa situasinya jadi seperti ini? Kenapa kakekku justru ingin membuat Crystal menjadi istriku yang sesungguhnya?" geram Reagan kesal untuk kesekian kalinya. "Rencanaku akan gagal jika sampai hal itu terjadi, aku tidak mau terikat hubungan mengerikan ini seumur hidupku."

Jarvis tersenyum kecil, perlahan lelaki itu meletakkan cangkir berisi teh hitam tanpa gula favoritnya ke atas meja yang ada di depannya.

"Aku rasa ini justru bagus untuk pernikahan kontrak yang sedang kau lakukan," ucap Jarvis pelan.

"Bagus?!" pekik Reagan keras. "Bagus apanya? Matamu tidak buta, bukan? Kakekku sedang berencana mengenalkan Crystal pada semua orang sebagai istriku, sebagai Nyonya West yang baru, Jarvis!!" dada Reagan naik turun saat bicara, menunjukkan kemarahan besarnya.

"Seharusnya kau mengucapkan terima kasih pada Tuan Roman, karena rencana yang akan dilakukan Tuan Roman secara tidak langsung membantumu menjaga rahasia pernikahan kontrak mu dengan Crystal. Orang-orang diluar sana akan mengira jika kau dan Crystal benar-benar menikah karena saling mencintai, bukan karena sebuah perjanjian," ucap Jarvis dengan tenang. "Kau tentu bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirimu dan perusahaan jika sampai sandiwara pernikahanmu terungkap, bukan?"

Rahang Reagan mengeras. "Tentu saja aku tahu, kau tidak perlu terus menerus mengingatkannya padaku."

"Jika kau tahu konsekuensinya lantas kenapa masih marah-marah?"

"Masalahnya adalah bagaimana caranya aku menyudahi pernikahan pura-pura ini jika semua orang tahu tentang pernikahanku ini, Jarvis?" geram Reagan kembali. "Bukankah semakin sedikit orang tahu tentang pernikahan ini justru semakin baik, ya?"

Jarvis menggelengkan kepalanya, berbicara dengan Reagan yang sedang dikuasai amarah seperti saat ini membutuhkan kesabaran yang tinggi.

"Kau yang mengusulkan hal ini, jadi bantu aku mencari jalan keluarnya, brengsek!!" ucap Reagan kembali. "Aku tegaskan sekali lagi, aku tidak mau menghabiskan waktuku dengan terikat dalam sebuah hubungan membosankan seperti ini. Aku tidak akan mungkin bisa bertahan hidup dengan satu wanita yang sama selama bertahun-tahun."

"Dengarkan aku baik-baik Reagan West yang keras kepala, dalam perjanjian yang kau buat dengan Crystal tertulis bahwa jangka waktu pernikahan kalian adalah satu tahun…"

"Kau yang merevisinya sesuka hati," sambar Reagan kesal. "Sebelumnya hanya tiga bulan saja."

Jarvis terkekeh geli. "Orang-orang akan menaruh curiga padamu jika kau dan Crystal bercerai setelah tiga bulan menikah, mereka pasti akan langsung menebak jika dirimu sudah melakukan pernikahan kontrak. Karena itulah aku mengubah jangka waktu pernikahan ini. Selain menjaga gosip yang tidak menyenangkan, kau juga bisa menjaga nama baikmu. Dan jika masa waktu perjanjian kalian habis nanti, orang-orang pasti tidak akan berasumsi yang tidak-tidak pada perceraian kalian. Mereka akan menganggap pernikahanmu dan Crystal tidak berjalan mulus hingga akhirnya kalian bercerai."

"Jadi maksudmu waktu pernikahan satu tahun adalah waktu yang paling cocok untuk melakukan pernikahan ini, begitu?"

"Benar sekali," jawab Jarvis cepat. "Dan dengan apa yang akan dilakukan Tuan Roman kau akan mendapatkan banyak keuntungan di masa depan, Reagan. Orang-orang diluar sana akan secara otomatis berpikir bahwa pernikahan kalian berjalan dengan begitu sempurna mengingat bagaimana usaha Tuan Roman menunjukkan pada dunia seperti apa sosok Crystal, istrimu."

"Dan jika pada akhirnya aku dan Crystal bercerai maka nama baikku akan tetap terjaga, begitu bukan maksudmu?" sela Reagan cepat.

"Benar sekali." Jarvis tersenyum lebar saat bicara.

Kedua mata Reagan berpendar terang, rasa frustasi yang sejak sore tadi memenuhi dadanya perlahan menghilang berganti dengan sebuah perasaan lega luar biasa. Kekhawatiran yang sejak tadi begitu memusingkan kepalanya akhirnya berhasil dihilangkan dengan mudah. Ternyata Jarvis tidak sebodoh yang dia kira.

***

"Tidak…ini tidak mungkin terjadi. Reagan tidak mungkin menikah, dia tidak mungkin menikahi perempuan itu," teriak Ariel histeris untuk kesekian kali.

Dua jam yang lalu ketika waktu makan malam tiba, secara mengejutkan Roman West yang muncul terlambat bersama Reagan dan Crystal memperkenalkan Crystal pada semua orang sebagai istri Reagan. Ariel yang sedang duduk bersama kedua orang tuanya di meja makan bahkan langsung menjatuhkan garpu yang ada di tangannya begitu dia mendengar perkataan sang kakek yang sangat tidak terduga itu.

Meski hatinya sangat hancur, namun Ariel berhasil melewati makan malam keluarga itu dengan baik. Dia bahkan sempat mengucapkan selamat pada Reagan, cinta pertamanya dengan tegar meskipun suaranya terdengar serak menahan tangis. Hingga akhirnya Ariel pun tidak bisa menahan kemarahannya lebih lama lagi ketika sudah sampai di dalam kamarnya yang berada disisi lain dari kamar tempat dimana Roman dan Reagan beristirahat.

"Ariel…buka pintunya sayang, sampai kapan kau akan begini?" Suara Laura ibu Ariel terdengar begitu putus asa, sudah dua jam Ariel mengurung diri didalam kamarnya pasca selesai menikmati makan malam keluarga di ruang makan utama rumah keluarga West yang begitu besar itu. "Katakan ada apa sayang, kau bisa menceritakan masalahmu pada Mommy."

Austin yang sedang duduk tidak jauh dari depan kamar Ariel menggeram kesal, dia terlihat sangat marah. Kabar pernikahan Reagan yang tidak terduga itu begitu mengusiknya, rencananya untuk menyingkirkan keponakan tercintanya itu pun akan terasa semakin sulit. Sialan.

"Ariel…"

"Diam Laura!" bentak Austin keras. "Tidak lelahkah dirimu terus bicara seperti itu sejak dua jam yang lalu?"

Laura yang sedang begitu khawatir pada nasib putri tercintanya langsung menoleh ke arah Austin yang sedang menatapnya dengan marah, kemarahan yang seharusnya tidak dilampiaskan pada siapapun termasuk pada Laura.

"Ariel sudah dewasa, kau tidak perlu mencemaskannya seperti itu. Suaramu membuat kepalaku semakin pusing," hardik Austin kembali.

"Tapi Ariel didalam sedang menangis, Austin. Putrimu, putri kita satu-satunya."

"Ariel tumbuh menjadi gadis manja yang tidak berguna karena dirimu," ucap Austin jengkel. "Seandainya saja dia tahu bahwa posisi kita di keluarga ini sedang terancam seharusnya dia tahu harus berbuat apa, dia seharusnya bisa membantu kita mengamankan posisi di keluarga ini." Austin menyalahkan Ariel yang dianggapnya tidak bisa melakukan apa-apa dengan penuh emosi.

"Memangnya kau berharap apa pada putrimu itu, Austin? Bukankah Ariel selama ini sudah melakukan semua yang kau inginkan?" Laura berteriak keras, dia tidak terima mendengar penghinaan yang diberikan Austin pada Ariel.

Austin mengeraskan rahangnya. "Aku berharap Ariel bisa mengandung anak Reagan sehingga posisi kita di keluarga ini akan terus terjamin."

Bersambung

Próximo capítulo