Banyu terduduk lagi setelah perbuatannya yang menimbulkan kegaduhan. Ia tetaplah masih sakit, tak punya tenaga lebih untuk menggerakkan tubuhnya itu.
Aku tahu ini, para mayat berdatangan, terlihat di jalanan setelah ku intip dari celah pintu dan jendela. Bulan sudah menyambut hari walau wujudnya sedikit tertutup oleh hitamnya awan.
"Gausah panik," ucap Banyu saat memperhatikanku mondar-mandir. Aku berhenti tepat di depannya.
"Mayat dateng ke sini, saya bisa gendong Deka, tapi kamu Nyu, gimana?"
Banyu tak segera menjawab pertanyaanku. Ia malah mengambil satu batang rokok, menyulutnya dengan api dari korek kayu, lantas menghisap asapnya perlahan.
"Kita bisa mati!" Aku berteriak karena tak ada hal lain yang terpikir selain kabur dari tempat ini. Para mayat juga sudah menggedor-gedor dengan begitu buasnya.
Tempat ini tak bertahan lama.
"Kak?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com