webnovel

Ada Korban Lagi

"Bukankah kau tahu bahwa masalah yang timbul ini sudah pasti ada dalang di balik setiap kejadian yang menimpa kalian, satu hal lagi aku merasa sepertinya ada musuh didalam selimut!" tutur pria misterius itu.

Danielmenghela nafas beratnya dan merasa apa yang dikatakan pria itu memang adalah benar, tetapi mengapa sampai saat ini dia merasa bahwa anak buahnya adalah orng yang baik, "Aku bingung karena aku sudah sangat percaya pada semua anak buahku," jawab Danniel menatap pria misterius itu.

Tidak lama kemudian, pria misterus itu membisikkan sesuatu dan bukan main apa yang dibisikkan pria itu membuat Daniel begitu terkejut. "Kau turuti saja apa yang aku katakan tadi! Baiklah aku pulang dulu." Pria misterius dengan tubuh kekar itu menghilang dari pandangan Daniel lalu kemudain daniel pun kembali ke apartemennya lagi.

Gladis yang sejak tadi terus saja mondar-mandir di depan pintu sambil menunggu sangatasa pun langsung menanayakan kenapa Daniel tidak memberitahunya ketika pergi tadi.

"Awalnya aku ingin memberitahumu, tetapi karena kau lama sekali berada di dalam kamar dan aku takut menganggumu maka aku hanya menuliskan memo saja, apakah kau membaca memoku?" tanya Daniel menatapnya.

Gadis itu langsung saja mengatakan kalau dirinya hampir saja menelepon teman kantornya bila saja sampai satu jam Daniel tidak juga menampakkkan batang hidungnya. "Apakah Bapak baik-baik saja?" tanya Gladis menatap Daniel.

"Aku baik-baik saja kok," jawab Daniel balik menatap pria itu.

Mereka pun masuk ke dalam dan Gladis merasa sedikit curiga dengan pria itu, terlihat jelas bahwa raut wajah Daniel nampak bimbang, tetapi Gladis belum mau menanyakan itu melihat Daniel langsung saja masuk ke dalam kamarnya.

Pagi-pagi sekali Daniel mengajak Gladis pergi, tidak menyebutkan tempat mana yang akan mereka kunjungi Gladis hanya mengikutinya saja. Menempuh perjalanan yang cukup jauh dan sampai di sebuah rumah kosong dan terlihat ada dua orang pria sedang menunggu kedatangan Daniel, "Kita mau ke mana, Pak?" tanya Gladis sangat penasaran.

"Ikut saja denganku! Ada hal yang sangat penting ingin aku beritahu padamu," jawabnya tanpa melirik gadis cantik itu.

Tidak ingin banyak pertanyaan lagi, Gladis pun mengikuti langkah Daniel dari belakang masuk ke dalam rumah kosong itu, ia melihat ada seorang pria yang berumur kurang lebih 40 tahun tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Selamat datang, Daniel! Akhirnya kau membawa gadis ini!"

"Apa maksudnya ini dan siapa pria ini?" tanya Gladis ingin tahu.

"Bapak ini adalah teman ayahmu," jawab Daniel menoleh ke arah gadis disampingnya.

"Teman ayahku! Apakah itu benar?"

Pria tua itu mengangguk dan mengatakan bahwa ia adalah teman ayahnya. Pria itu begitu terkejut ketika mendengar ayahnya meninggal bersama istrinya. "Aku harap kita bisa menemukan siapa pembunuh ayahmu," ujarnya melirik Gladis.

Entah apa yang mereka bahas, tidak sampai setengah jam mereka pun mengakhiri percakapan dan setelah itu Daniel mengajak Gladis pergi ke suatu tempat. Merasa tempay itu pernah dikunjunginya, tidak salah lagi tempat itu adalah sebuah Villa yang menjebak mereka waktu itu.

"Kenapa kita ke tempat ini, Pak?" tanya Gladis sangat penasara.

Pria tampan itu langsung memberitahu bahwa ada sesuatu hal yang harus dia cari di villa ini. Dia juga sangat penasaran apakah pria bertopeng itu tinggal di sini atau tidak. "Pakailah ini, sebelum kita masuk ke dalam," ucap Daniel menyodorkan sebuah pakaian santai ke arah Gladis.

Setelah mengganti pakaiannya mereka pun berjalan berdua masuk ke dalam villa dengan begitu santai Daniel dan Gladis berpegangan tangan masuk ke dalam Villa dan memesan sebuah kamar. Berjalan mengikuti karyawan hotel, mereka berdua mengedarkan sepasang bola matanya melirik ke kanan dan ke kiri jika saja ada seorang begitu mencurigakan namun sayangnya, mereka tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan bahkan sudah menunggu dua jam lebih pria yang bertopeng itu tidak menampakkan batang hidungnya.

"Sebenarnya siapa pria bertopeng itu? Aku sangat penasaran sekali," ucap Danile melirik Gladis.

"Iya, Pak! Aku juga sangat penasaran, tetapi aku bisa mengetahui pria itu dengan tahi lalatnya itu," jawab gadis itu menatap Daniel.

Tiba-tiba saja terdengar sebuah kegaduhan dari lantai bawah membuat Daniel dan Gladis saling beradu pandang sontak saja mereka langsung berjalan menuruni anak tangga dan melihat apa yang terjadi

Tak disangka bahwa ada seorang wanita tewas begitu mengenaskan dengan tubuh polos tanpa mengenakan sehelai benang pun, matanya melotot serta wanita itu tewas dengan posisi jungkar balik di atas tempat tidur dengan posisi kepala menggantung di bawah.

"Telepon polisi sekarang," teriak seoranh pria menatap sedih perempuan itu.

"Bagaimana bisa kau tewas seperti ini Stella, bukankah aku sudah bilang jangan ke tempat ini," timpal pria bertppi putih itu.

Gladis melangkah maju ke depan, "Aku merasa aneh dengan villa ini, bukankah dua minggu lalu ada dua wanita yang tewas bergantian di sini dan sampai saat ini belum ditemukan siapa pembunuhnya," tuturnya panjang lebar.

Pria itu menjerit histeris dan muncullah seorang perempuan berpakian seksi mendekati mereka lalu menatap nanar ke arah pria bertopi putih itu. "Kenapa kau menyalahlan villa ini? Kami juga merasa resah dengan kasus yang terjadi sehingga membuat nama villa kami menjadi jelek," tandasnya tak senang.

"Tetapi menurutku villa ini yang bermasalah! Harusnya kalian sebagai karyawan di sini tahu dan menyelidiki masalah ini agar hal seperti ini tidak terjadi, lalu kalau pacarku tewas seperti ini siapa yang akan tanggung jawab, hah?" Pria itu menunjuk satu jarinya ke arah perempuan seksi itu.

Plakkk!!

Dia langsung saja menampar pria itu dan menarik kerah bajunya, "Apa kau pikir aku tidak menyelidikinya! Aku menghabiskan banyak uang untuk menyelidiki masalah ini," bentaknya dengan sorot mata tajam.

"Berani sekali kau menamparku," bentak pria itu mulai geram.

"Makanya jangan asal berkomentar sebelum tahu kebenarannya," timpalnya lagi langsung melepaskan pegangan tangannya ketika mendengan sirine polisi.

Tak lama beberapa polisi datang dan memeriksa korban. Melihat Daniel da Gladis ada di sana, seseorang menyapa mereka dengan sopan, "Lho, Mbak Gladis dan Pak Daniel ada di sini ya? Kenapa tempat ini sering sekali terjadi pembunuhan sih, mengerikan," gumanya melirik Gladis.

"Entahlah, Pak! Sebaiknya Bapak menemukan banyak bukti jadi kita bisa menangkap pelaku," jawab Gladis menghela nafas kasarnya.

Mengikuti pria itu mengambi sample darah dan memeriksa sekeliling kamar tersebut terlihat bahwa ada dua ponsel yang mereka temukan. Merasa penasaran Gladis pun meminta izin untuk memeriksa ponsel tersebut. Mengscroll beberapa pesan masuk tak disangka bila Gladis menemukan pesan yang sama.

"Pak Daniel, lihat pesan ini!" panggilnya memanggil Daniel yang sedang memeriksa tubuh korban.

Próximo capítulo