Serangan yang diberikan oleh si Tua Mata Elang kepada dirinya semakin gencar. Tongkat Bambu Kemala Hijau terus berkelebat di sekitar tubuhnya.
Tongkat pusaka itu menciptakan gulungan sinar warna hijau terang. Seluruh tubuh Raja Macan Kumbang telah diselimuti oleh sinar tersebut.
Pedang pusaka yang ketajamannya tidak perlu diragukan lagi, pedang hitam yang sudah terlalu banyak menelan korban jiwa, sekarang malah sudah tidak bisa memberikan bantuan apa-apa kepada dirinya.
Dengan kenyataan tersebut, si Raja Macan Kumbang semakin gemetar. Nyalinya semakin ciut. Keyakinan di benaknya makin lama makin menghilang.
Seluruh tubuh sudah mengucurkan keringat dingin. Konsentrasinya langsung buyar.
Semua itu berawal karena jeritan kematian yang berasal dari dua orang muridnya tadi. Semenjak dia mendengarnya, semenjak saat itu pula, pertarungannya jadi berjalan berat sebelah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com