Melihat posisi pihaknya yang sudah tidak menguntungkan, pemuda serba hijau itu jadi ketakutan. Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuh. Peluh sebesar biji kacang kedelai telah mengucur membasahi alis matanya.
Ia memandang ke arah kanan dan kiri. Tiba-tiba matanya yang sayu, memancarkan cahaya kelicikan.
Wushh!!!
Dengan gerakan kilat, ia langsung melesat menuju ke arah kuda putih berdiri.
Gerakannya bagaikan angin. Hanya dalam satu helaan nafas saja, ia telah tiba di tempat tujuan.
"Sekali lagi kau menyerang mereka, maka kuda ini akan mati!" katanya memberikan ancaman.
Zhang Yi melirik ke arah asal suara. Di sana, ia melihat bahwa di pemuda sudah berdiri tepat di samping si Putih. Sebatang pedang sepanjang satu depa sudah berada di leher kuda kesayangannya.
Pedang itu tipis dan berukuran kecil. Tapi Walaupun begitu, terbukti pula bahwa pedang tersebut sangatlah tajam.
"Kau mengancamku?" tanyanya sambil melotot ke arah si pemuda.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com