Mendadak pandangan Anya jadi gelap. Tengkuk wanita itu dipukul oleh Indro yang hendak membuka pintu pesawat. Anya jatuh pingsan di lantai. Dia langsung mengangkat sang anak dan didudukkan di kursi. Tak lupa ia memakaikan sabuk pengaman pada Anya.
Indro menghela napas. Dia ikut duduk kembali di samping kursi sang anak. Dan terdiam. 'Ucapan Anya benar, Yanto secara tak langsung telah menjadi teman baiknya. Hanya saja dia percaya, Yanto mampu mengurusi dirinya sendiri. Seandainya temannya itu mati ... dia akan merasa sangat bersalah,' batinnya.
Dia mengusap wajahnya kasar dan menyandarkan kepalanya di bantalan kursi. Keresahan menemaninya, sama seperti para penumpang lain yang juga menyesal telah meninggalkan Yanto dan Wisnu di sana.
'Maafkan aku Pak,' batin Jefri, dia berkaca-kaca. Apalagi saat teringat darah yang menyembur keluar dari mulut pria setengah baya itu, membuatnya makin teramat sangat bersalah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com