webnovel

29. Hadiah Untuk Pendekar Sutra Ungu Bagian I

Prabu Kamandanu, Pangeran Arya dan Putri Sekarwati telah mengetahui siapa dalang kejahatan di balik semua ini. Mereka bersyukur tidak ada lagi orang jahat di istana Pringsewu. Sifat jahat Dewi Ambiwati dan putrinya membuat banyak orang di istana benci terhadap mereka, apalagi kelakuan mereka yang semena-mena terhadap staf istana. Berbeda dengan sifat baik Putri Sekarwati yang akrab, lemah lembut serta bersifat kekeluargaan terhadap staf istana membuat sang Putri selalu di nanti oleh penduduk istana. Buktinya banyak yang gembira dengan kehadiran sang putri kembali. Berkat kalung sakti milik Raja Buto ijo, Dewi Ambiwati dan Putri Galuh menerima balasan yang setimpal atas perbuatan mereka. Hal itu tak luput dari kerja sama Pendekar Sutra ungu. Kiai Wungu menggunakan kalung itu untuk mengutuk Dewi Ambiwati dan Putri Galuh menjadi buaya selamanya. Tempat tinggal mereka sekarang di muara sungai Pringsewu.

Jasa Pendekar sutra ungu sangat banyak. Antara lain membantu Pangeran Arya membunuh Raja Buto ijo, menyelamatkan nyawa Pangeran Arya dari siluman di hutan ilusi, memberikan kasih sayang lebih sebagai orang tua angkat kepada Pangeran Arya dan Putri Sekarwati, menolong Putri Sekarwati terbebas dari santet kutukan ular serta membantu  penangkapan Dewi Ambiwati dan Putrinya. Dan mungkin masih banyak lagi jasa Pendekar Sutra ungu itu untuk istana Pringsewu. Maka dari itu Prabu Kamandanu ingin memberikan hadiah kepada Pendekar suami istri itu. Pangeran Arya dan Putri Sekarwat juga ingin Pendekar Sutra ungu menjadi bagian penting di istana ini. Pangeran Arya berpikir menemukan dan mengenal Pendekar Sutra ungu ibarat menemukan sebuah permata yang berharga. Apalagi Pendekar Sutra ungu itu sudah di anggap sebagai orang tua angkat Pangeran Arya dan Putri Sekarwati. Mereka juga bisa di jadikan guru ilmu kesaktian untuk melatih prajurit istana agar semakin tangguh. Mengingat Pendekar Sutra ungu sangat sakti. Prabu Kamandanu dan Pangeran Arya menyadari, kesaktian mereka belum mampu mengungguli kesaktian Pendekar sutra ungu. Pendekar suami istri itu memang pendekar pilih tanding dari Padepokan Kiai Benggolo.

"Romo Kamandanu? Berikanlah hadiah untuk Romo Wungu dan Bunda Wungu. Jasa mereka sangat berarti untuk kita," ucap Pangeran Arya.

"Iya Romo. Mereka juga telah membantuku sembuh dari santet kutukan ular ini," ucap Putri Sekarwati.

"Benar Romo, jika tidak ada mereka nyawaku mungkin sudah melayang di hutan ilusi," ucap Pangeran Arya.

"Tentu saja, aku sudah memikirkan hadiah untuk mereka. Menurut kalian hadiah apa yang pantas untuk mereka? Materi atau jabatan dengan gaji besar? Atau menjadi bagian dari kita," jawab Prabu Kamandanu.

"Semuanya Romo, mereka berhak untuk mendapatkan hal itu," kata Pangeran Arya.

"Iya! Saran kalian apa?" kata Prabu Kamandanu.

"Yang pertama beri kamar khusus untuk mereka Romo," kata Putri Sekarwati.

"Iya Romo, Tapi ingat Romo. Semua warna atribut di kamar mereka harus serba warna ungu," kata Pangeran Arya.

"Ngomong-ngomong kenapa harus serba ungu?" kata Prabu Kamandanu.

"Dahulu waktu mereka mengirim surat cinta di masa pacaran selalu menggunakan daun berwarna ungu. Anehnya setiap kali mengirim surat menggunakan daun berwarna hijau, daun itu selalu di tiup angin. Maka dari itu warna ungu menjadi kekuatan cinta mereka berdua. Sampai sekarang mereka menggunakan serba ungu," kata Pangeran Arya.

"Oh begitu? Ha...ha...ha...! Unik banget cerita cinta mereka. Lucu-lucu!" kata Prabu Kamandanu sambil tertawa.

"Iya Romo. Romo tahu kelakuan mereka terhadap kami?" ucap Putri Sekarwati.

"Memangnya kenapa kelakuan mereka," tanya Prabu Kamandanu.

"Aku dan Kanda Arya di perlakukan seperti anak kecil," kata Putri Sekarwati.

"Maksudnya bagaimana itu," tanya Prabu Kamandanu.

"Iya Romo. Ketika aku di hutan ilusi dan tubuhku terluka mereka mengobatiku dengan kasih sayang seperti memperlakukanku anak kecil. Contohnya seperti menyuapiku makan dan mengelus-elus kepalaku seperti menidurkan anak kecil saja. Aku merasa kasih sayang mereka kepadaku seperti memperlakukanku sebagai anak kecil," kata Pageran Arya.

"Ha...ha...ha...! Lucu sekali mereka," ucap Prabu Kamandanu sambil tertawa.

"Bahkan ketika aku tertidur, posisiku di tengah mereka. Sambil di elus-elus kepalaku sampai-sampai senjata selendang ungu mereka di buat selimut untukku," jawab Pangeran Arya.

"Iya Romo. Ketika aku menangis karena bahagia terbebas dari kutukan. Bunda wungu mengelus-elusku sambil menimang-nimang saya seperti anak kecil. Kanda Arya masih ingat itu kan?" kata Putri Sekarwati.

"Iya dinda. Aku masih ingat itu di Telaga Pringsewu. Kelakuan mereka memang lucu sekali," jawab Pangeran Arya.

"Ha...ha...ha...! Lucu sekali mereka. Saya memaklumi kelakuan mereka. Karena sejak menikah mereka tidak mempunyai momongan. Makanya mereka memperlakukan kalian seperti itu," ucap Prabu Kamandanu sambil tertawa.

"Iya kasihan juga Romo, karena janinnya di rampas dukun gelap," kata Putri Sekarwati.

"Terlepas dari sifat lucu mereka. Mereka sebenarnya baik. Mereka mempunyai kasih sayang kepada kalian seperti anak mereka sendiri," kata Prabu Kamandanu.

"Benar Romo. Aku juga merasa seperti itu. Mereka memberikan kasih sayang sebagai orang kepada kami," kata Pangeran Arya.

"Mereka itu unik. Kelakuan mereka membuat kita tertawa saja," kata Prabu Kamandanu.

"Betul Romo. Di hutan ilusi kadang saya senyum sendiri melihat tingkah dan gaya mereka. Tapi mereka adalah pasangan serasi. Dan sangat romantis sekali. Aku pernah melihat mereka berdua menyerang musuh sambil bergandengan tangan. Jurus mereka sangat indah," kata Pangeran Arya.

"Aura kesetiaan mereka sudah terlihat Pangeran. Walaupun mereka unik dan lucu, mereka adalah pasangan setia. Pasangan yang sehidup semati. Ini perlu di contoh Pangeran," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo," kata Pangeran Arya.

"Baiklah sekarang aku akan mempersiapkan kamar untuk mereka, dan semua harus serba ungu sesuai kepribadian mereka," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo. Harus berwarna serba ungu," kata Pangeran Arya.

Prabu Kamandanu keluar dari ruangan. Kemudian mencari staf istana. Menyuruh mereka mempersiapkan kamar privat suami istri yang bernuansa ungu. Mulai dari bantal, kasur perlengkapan lain di usahakan berwarna serba ungu. Kamar yang di siapkan Prabu Kamandanu luas dan mewah. Kamar itu lengkap dengan lemari dan kotak perlengkapan senjata mereka.

"Paman! Siapkan kamar yang luas. Usahakan bantal dan kasurnya berwarna ungu. Serta usahakan atribut kamarnya berwarna ungu. Kamar itu harus luas dan megah. Dan bernuansa serba ungu," Perintah Prabu Kamandanu.

"Hah! Untuk siapa Prabu? Aneh sekali semuanya serba berwarna ungu," kata Staf istana.

"Ini untuk sepasang Pendekar Sutra ungu. Mereka adalah calon panglima di kerajaan ini. Bahkan kesaktian mereka bisa mengalahkan kesaktianku dan kesaktian Pangeran Arya. Ini adalah kehormatan besar untuk mereka," jawab  Prabu Kamandanu.

"Prabu? Apakah orangnya yang membawa mayat sukun gelap itu. Dan pendekar itu mengenakan baju serba ungu?" tanya staf istana.

"Benar Paman, mereka sangat berjasa untuk kerajaan kita," jawab Prabu Kamandanu.

"Baiklah Prabu, kamar ini segera kami bangun. Dan bernuansa ungu seperti permintaan sang Prabu," kata staff istana.

"Iya terima kasih paman," kata Prabu Kamandanu.

Kamar di bangun sesuai permintaan Prabu Kamandanu. Lima hari berlalu kamar yang megah itu selesai sesuai keinginan Prabu Kamandanu. Putri Sekarwati dan Pangeran Arya juga masuk untuk melihat kamar milik orang tua angkatnya.

"Kamar sudah selesai Prabu," ucap staf istana.

"Bagus! Ini sesuai kepribadian mereka," ucap Prabu Kamandanu.

"Wah bagus Romo, semoga mereka betah tinggal di istana kita," kata Putri Sekarwati.

"Iya Romo. Saya rasa kamar ini pantas untuk mereka," kata Pangeran Arya.

"Iya! Saya sudah meminta staf istana untuk merancang kamar ini sebagus mungkin. Dan bernuansa serba ungu seperti kepribadian mereka," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo. Kita tinggal menunggu kedatangan mereka kesini," kata Pangeran Arya.

"Iya Pangeran, Lalu apa lagi ini hadiahnya?" tanya Prabu Kamandanu.

"Oh iya Romo. Hadiah ke dua adalah sepasang kursi berwarna ungu. Kursi itu di letakkan di samping kursi Raja dan Ratu. Pendekar Sutra ungu rencananya akan menjadi panglima bukan?" kata Pangeran Arya.

"Iya Benar Raden," kata Prabu Kamandanu.

Prabu Kamandanu keluar kamar lalu menyuruh staf istana membuat sepasang kursi berwarna ungu.

"Paman! Buatkan sepasang kursi dari kayu. Tapi tempat duduknya di lapisi kain tenun berwarna ungu," kata Prabu Kamandanu.

"Baiklah prabu," kata staf istana.

Selama tiga hari sepasang kursi permintaan sang Prabu di buat dengan nuansa serba ungu. Dan kursi itu siap di letakkan di samping kursi Raja dan Ratu. Putri Sekarwati dan Pangeran Arya juga masuk untuk melihat kursi milik orang tua angkatnya.

"Kursi sudah siap Prabu," kata staf istana.

"Baiklah, terima kasih," ucap Prabu Kamandanu.

"Kursinya bagus, aku yakin cocok dengan karakter mereka," kata Pangeran Arya.

Pangeran Arya menyebutkan hadiah ke tiga untuk orang tua angkatnya tersebut. Hadiah itu adalah mahkota mewah bernuansa ungu.

"Oh iya Romo, Hadiah ketiga buatkan mereka mahkota. Kerangkanya dari emas, tapi sebaiknya mahkota itu juga ada kristal atau berlian berwarna ungu, agar menyesuaikan dengan kepribadian mereka ," ucap Putri Sekarwati.

"Baiklah," kata Prabu Kamandanu.

Prabu Kamandanu keluar ruangan lalu menyuruh staf istana membuat sepasang mahkota yang ada berlian dan kristal ungu, agar sesuai dengan karakter mereka.

"Paman! Pergi ke tempat pembuatan mahkota emas. Desainlah mahkota emas itu sebaik mungkin. Jangan lupa mahkota itu di beri kristal atau batu berlian berwarna ungu," kata Prabu Kamandanu.

"Baik Prabu. Tapi itu membutuhkan proses lama Prabu. Kira-kira lima belas hari prosesnya," kata staf istana.

"Tidak apa. Itu juga tidak buru-buru paman. Bilang saja mahkota itu untuk pendekar suami istri dan memiliki karakter serba ungu," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu," kata staf istana.

Bersambung.

Próximo capítulo