webnovel

4. Rencana Jahat Dewi Ambiwati dan Putrinya Bagian I

Dewi Ambiwati dah Putri Galuh menggerutu melihat nasib mereka, ini semua tidak adil, karena Prabu Kamandanu dan Pangeran Arya memberikan kasih sayang lebih terhadap saudara tirinya, Putri Sekarwati di anggap penghalang bagi mereka.

"Ibu...! aku sakit hati dengan semua ini, kenapa Pangeran Arya malah memilih Putri Sekarwati daripada aku," ucap Putri Galuh.

"Iya nak ,ibu juga kesal melihatnya, dan aku juga merasa kasih sayang Prabu Kamandanu lebih besar juga terhadap Putri Sekarwati dari pada kita," kata Dewi Ambiwati.

"Betul bu, saya juga merasa begitu, Romo Prabu pilih kasih ,kita memang di nomer duakan," kata Putri Galuh.

"Kita harus merencanakan sesuatu nak, kita harus singkirkan Putri Sekarwati, jika dia di singkirkan penerus Putri mahkota akan jatuh di tanganmu, dan tentu saja engkau bisa mengambil hati Pangeran Arya," kata Dewi Ambiwati.

"Ibu benar, lalu bagaimana caranya menyingkirkan Putri itu, kalau ketahuan kita bisa di penjara bu," kata Putri Galuh.

"He...kamu seperti tidak tahu saja, kita kan ada Dukun gelap yang selalu membantu kita, ibu memenangkan sayembara menjadi ratu karena mbah dukun Gelap itu," kata Dewi Ambiwati.

"Oh...iya, pintar juga ibu, mbah dukun gelap itu suruh kirim apa bu untuk Putri Sekarwati, dan kapan  rencananya kita ke rumah mbah dukun," kata Putri Galuh.

"Mau di apain itu urusan mbah dukun,waktunya minggu depan saja ya, saya sudah jengkel melihat semua ini"kata Dewi Ambiwati.

"Ngomong‐ngomong tempat dukun itu di mana ibu?," kata Putri Galuh.

"Tempat dukun itu di dekat perbatasan hutan ilusi, tapi jangan sampai kita memasuki hutan ilusi, kita tidak akan pernah bisa kembali, lagian rumah dukun itu hanya perbatasan dan belum masuk area hutan ilusi, kekuatan yang di dapat dukun gelap itu juga dari Raja Buto ijo penguasa hutan ilusi," kata Dewi Ambiwati.

"Wah, berarti si dukun gelap itu pemuja Buto ijo itu benar-benar sakti ya, dan saya dengar kalau mau ketemu Raja Buto ijo harus melewati tujuhlapis hutan ilusi kan?  Satu lapis hutan ilusi di huni siluman yang menjaganya," kata Putri Galuh.

"Benar!, tetapi kekuatan dukun itu ada kelemahannya, barang siapa yang berhasil membunuh Raja buto ijo lalu mengambil pusakanya, kekuatan dukun itu akan sirna, pusaka yang diambil dari buto ijo itu di gunakan untuk mengalahkan dukun itu, tapi sampai sekarang belum ada yang bisa mengalahkan kekuatan buto itu, karena Raja buto sangat sakti," kata Dewi Ambiwati.

"Memangnya jenis apa pusaka yang ada pada buto ijo itu," kata Putri Galuh.

"Ibu kurang tahu, tapi setahu ibu ,ada mestika yang menempel di mahkota kecilnya dan kalung nya, ya sudah minggu depan kita atur siasat ya," kata Dewi Ambiwati.

"Baiklah, nanti saya temani," kata Putri Galuh.

"iya anakku ,semoga jalan ini bisa melanggengkan kamu merebut mahkota putri kerajaan Pringsewu," kata Dewi Ambiwati.

"Iya ibu, restumu bersamaku," ucap Putri Galuh.

Keesokan harinya Dewi Ambiwati dan anaknya pergi menemui dukun gelap itu, perjalanan tanpa di kawal prajurit istana, ibu dan anak itu hanya membawa dua kuda dan di jalan mereka memakai topeng agar tidak di ketahuan niat jahatnya, berbagai alasan pun di lontarkan agar tidak di ketahuan niatnya. Dewi Ambiwati dan anaknya juga membawa senjata apabila di tengah hutan bertemu dengan binatang buas.

"Dinda...! engkau mau ke mana?," kata Prabu Kamandanu.

"Aku dan anakku mau sowan ke rumah saudara, hanya sebentar kanda," jawab Dewi Ambiwati berbohong.

"Kenapa Putri Sekarwati tidak engkau ajak? bukankah dia juga anakmu sekarang," kata Prabu Kamandanu.

"Lain kali Kanda, Putri Sekarwati akan aku ajak sowan ke tempat saudaraku, soalnya ini buru-buru dan ada masalah di keluarga kami yang harus hamba selesaikan," jawab Dewi Ambiwati.

"Oh...? baiklah hati-hati Dinda di jalan, rakyat membutuhkanmu Dinda," kata Prabu Kamandanu

"Iya Kanda, hamba akan segera kembali untuk memimpin rakyat kita, baik‐baik Kanda di sini, aku pasti kembali," jawab Dewi Ambiwati.

"Baik Romo, kita berangkat sekarang ya," ucap Putri Galuh.

"Baiklah hati-hati kalian berdua," jawab Prabu Kamandanu.

Ibu dan anak itu menempuh perjalanan yang sangat panjang, karena rumah dukun itu di pinggir perbatasan dekat hutan ilusi Raja Buto ijo, terkadang di tengah jalan binatang buas menghadangnya, tapi dengan niat yang kuat akhirnya tujuan mereka sampai di gubuk Dukun Gelap pemuja Buto ijo itu, Dukun gelap itu pasangan suami istri yang menimba ilmu hitam, namanya Nyai Gelap dan Aki Gelap, Ibu dan anak itu sampai di sore hari. Rumah Gubuk dukun itu memang sederhana tapi bagus dan artistik dengan penataan kayu dan batu bata tersusun rapi, beberapa dupa, kemenyan dan bunga ada di ruangan dukun tersebut, di depan rumah ada patung ular besar yang melingkar di kolom kayu, dan di pojok rumah ada patung wujud Raja Buto ijo.

"Tok...tok....tok....!,mbah? Apakah sampean ada di dalam?," kata Dewi Ambiwati.

"Sepertinya, sedang kosong rumah ini bu, gubuk yang sederhana tapi bagus ibu, di tambah dekat pemandangan alam hutan ilusi," kata Putri Galuh.

"Iya, waduh bagaimana ini, kita sudah jauh-jauh datang kesini, dan ini sudah sore waktunya kita untuk istirahat juga," kata Dewi Ambiwati.

"Benar,coba aku ketok dulu yang keras, tok...tok...tok...tok!," kata Putri Galuh.

"Siapa?," jawab Nyai Gelap.

"Hamba mbah, muridmu, Ambiwati," jawab Dewi Ambiwati.

"Silakan masuk Ambiwati, ada gerangan apa engkau datang kemari, bukankah engkau sudah menjadi Ratu di Kerajaan Pringsewu itu dan kau sudah mendapatkan Prabu Kamandanu yang tampan itu?," kata Nyai Gelap.

"Benar mbah, tetapi ada sesuatu yang mengganjal yang harus saya selesaikan, itu sebabnya kami kemarin," kata Dewi Ambiwati.

"ini anak gadismu? Sekarang dia juga menjadi putri Raja dong setelah kamu menjadi Ratu?," kata Nyai Gelap.

"Benar mbah, tetapi aku dan anakku seperti di nomer dua kan  mbah ,kasih sayang Prabu Kamandanu selalu tercurah Putri Sekarwati," kata Dewi Ambiwati.

"Lalu apa rencana mu Dewi?" tanya Nyai Gelap.

"Saya ingin menyingkirkan Putri Sekarwati mbah, ada beberapa alasan kenapa kita ingin menyingkirkannya," jawab Dewi Ambiwati.

"Apa itu?," tanya Nyai Gelap.

"Pertama agar Putriku menerima mahkota Putri Raja ,yang kedua Putri Galuh agar bisa di persunting Pangeran Arya, bagi kami Putri Sekarwati menjadi penghalang kami untuk mencapai kedudukan," kata Dewi Ambiwati.

"Saya ada ide untuk menyingkirkan putri itu, aku akan mengirimkan santet kutukan ular dari Raja buto ijo, kutukan itu akan selalu hinggap padanya, tubuh Putri sekarwati akan menjadi ular ataupun manusia dengan setengah ular, dan pasti  Putri itu akan terusir dari istananya, tetapi kutukan itu akan sirna ketika ada orang yang bisa membunuh Raja Buto ijo, tapi siapa yang bisa membunuh buto ijo, sampai sekarang belum ada pendekar yang bisa menembus hutan ilusi," kata Nyai Gelap

"Wah, bagus juga idemu mbah, lakukan sekarang juga mbah, imbalan dari istana akan menantimu," kata Dewi Ambiwati.

"Tidak bisa dilakukan sekarang!" kata Nyai Gelap.

"Memangnya kenapa mbah?" kata Putri Galuh.

"Ritual mengirim santet kutukan itu harus di lakukan di malam Jumat keliwon, dan sebagai media, kalian harus mengambil rambut atau kuku Putri Sekarwati, dan malam Jumat keliwon tinggal dua minggu lagi, kalian harus siap membawa media itu," jawab Nyai Gelap.

"Oh begitu ya mbah, kita patuh saja mbah, dengan berbagai cara kami akan dapatkan kuku dan rambut sang putri, kami akan gunakan obat bius untuk membuat pingsan Putri itu. Kami akan gunakan tanaman ganja," kata Dewi Ambiwati.

"Benar mbah, kami akan usahakan," kata Putri Galuh.

"Baiklah jangan sampai terlewat malam Jumat keliwonnya," kata Nyai Gelap.

"iya mbah, mbah saya rasa kita kemalaman kalau pulang sekarang, bolehkah saya menginap disini?," kata Putri Galuh.

"Iya, sila kan ada kamar kosong bekas kamar putriku yang pergi karena membenciku, boleh kalian tempati sekarang, ada tempat makan di sebelahnya," kata Nyai Gelap.

"Terima kasih mbah, tapi ngomong‐ngomong kenapa anakmu pergi dan membencimu mbah, bukannya anakmu bangga memiliki orang tua sakti sepertimu?," kata Dewi Ambiwati.

"Anakku tidak suka melihatku belajar dan menimba ilmu hitam dari Buto ijo, dia sudah tidak menganggap aku dan suamiku sebagai orang tuanya, suamiku sekarang lagi di pemujaan Raja Buto ijo, hanya suamiku yang bisa menembus hutan ilusi itu," kata Nyai Gelap.

"Kalian berdua memang bakat dan berjodoh mbah, suami istri yang bisa kompak mempelajari kesaktian dari Raja buto ijo," kata Putri Galuh.

"He...he...he...! kamu bisa saja Putri memuji kami, sekarang kalian makan dan beristirahatlah," kata Nyai Gelap.

"Oh...iya mbah, terima kasih," kata Putri Galuh.

Bersambung!

Próximo capítulo