webnovel

Chapter 12 : Halo

Otak Akuji terhenti sesaat, bagaimana caranya untuk bisa menemukan orang yang bahkan tidak dia ketahui namanya? Bukankah itu hanya akan sama dengan mencari jarum di tumpukan jerami?

 

"Ada apa?"

 

"Tidak ada," jawab Akuji seolah tak terjadi apa pun. "Sebelum itu, siapa yang kau cari Pak Tua?"

 

"Bukankah aku sudah bilang dia adalah orang yang memberikanmu ikat rambut itu?"

 

"Yah, aku hanya memastikan. Kau tidak akan tahu bahwa mungkin saja ini hanya barang yang mirip 'kan?"

 

"Aku yakin mataku ini tidak akan salah menilai sesuatu," tandas Blaise. Menggagalkan upaya Akuji untuk mengetahui nama dari pengawas itu meski hal itu tidak banyak mengubah wajahnya.

 

"Jangan salahkan aku jika ternyata matamu sudah rabun dan salah mengenalinya." Akuji coba menguji air sebelum matanya berbinar. "Ah, kalau memang itu terjadi, maka bunuh saja aku untuk melepaskan kekesalanmu."

 

"Itu tidak akan terjadi," senyum Blaise.

 

Blaise sendiri tidak paham dan tak ingin memahami obsesi Akuji tentang kematian benar-benar itu obsesinya atau caranya mengelak. Bagaimanapun, dia tahu bahwa dia tidak akan pernah membunuh Akuji. Bukankah itu hanya membuatnya memenuhi keinginan pemuda itu?

 

Lebih jauh lagi, Blaise tahu dengan status Akuji yang adalah orang asing, dia hanya akan kembali tak lama kemudian. Dan Blaise tidak ingin kehilangan petunjuk yang dia miliki ini.

 

Bukannya dia tidak bisa menemukan orang itu seorang diri, hanya saja itu akan memakan waktu dan jika dia tinggal terlalu lama orang itu mungkin hanya akan pergi begitu kedatangan Blaise diketahui.

 

"Baiklah, baiklah," kata Akuji dengan nada seolah dia akan percaya itu dan mulai berjalan saat dia membuka peta.

 

Menyembunyikan perasaan resah bahwa quest yang dia terima ini akan berjalan lebih lama dari harapannya, Akuji mulai mencari arah mana Asosiasi Sihir berada dengan bantuan peta. Dia hanya mencoba menemukan pengawas itu di lokasi mereka bertemu dan berharap dia masih di sana, terlebih dia sendiri memiliki urusan di menara sihir.

 

Sejak sistem peta di Vivid hanya dapat digunakan setelah pemain memiliki peta area tersebut atau secara berulang menjelajahinya, Akuji bersyukur dia mendapat peta Kota Leszl dari sistem untuk segera tahu lokasinya saat ini atau dia hanya akan berputar-putar sejak dia tak pernah menginjakkan kaki di tempatnya muncul.

 

Kerumunan pemain tetap padat seperti biasanya. Bahkan jika beberapa pemain telah pergi setelah levelnya dirasa cukup, pemain baru hanya akan menggantikan mereka dan membuat kepadatan ini seperti tak pernah surut.

 

Akuji melihat beberapa tubuh tertidur pada bangku-bangku di pinggir jalan, apakah itu pemain yang log out dan tidak menuju ke penginapan?

 

Yah, dia terlalu memedulikan itu sejak sistem proteksi di Vivid sama sekali tidak lemah hingga memungkinkan orang lain untuk bermain-main dengan tubuh pemain yang log out. Jika itu terjadi itu hanya akan menjadi masalah besar terutama bagi para pemain wanita.

 

... Walau entah hal yang sama juga berlaku untuk Item di kantong penyimpanan.

 

Tak menunggu lama, menara sihir, tempat Asosiasi Sihir berada terlihat di mata Akuji sebelum mereka segera masuk.

 

Tempat ini lebih ramai daripada sebelumnya, tapi tidak seramai Serikat Tentara Bayaran sejak itu adalah tempat latihan Pohon Skill Sword Master, pohon skill dasar dari pedang yang adalah senjata paling populer sekaligus tempat misi perburuan dipasang.

 

"Apa kau yakin orang itu ada di tempat ini?" tanya Blaise ragu. Melihat pemuda itu untuk tahu apakah dia hanya membawanya berkeliling.

 

"Kami bertemu di sini." Akuji berkata, tak peduli dengan bagaimana Blaise akan mengimpresentasikan perkataannya. Masuk ke menara sihir tanpa banyak keraguan, Akuji melihat Blaise tetap berada di tempatnya sebelum bertanya, "Kau tidak masuk Pak Tua?"

 

"Bawa dia kemari Nak, aku akan menunggu di sana," tunjuk Blaise pada sebuah cafe setelah merenung sesaat. Identitasnya mungkin akan segera terungkap bila dia masuk ke dalam, bukannya itu sebuah masalah besar, dia hanya ingin menghindari keributan yang akan timbul.

 

"Baiklah," jawab Akuji sebelum masuk ke dalam. Berjalan-jalan sesaat di  dalam menara sihir, dia menoleh ke kiri dan kanan untuk mengecek kondisi di sekitarnya dan ...

 

"Saatnya pergi."

 

... Dia hanya ingin kabur setelah merasa bahwa Blaise benar-benar hanya meninggalkannya seorang diri.

 

Quest dari Blaise? Dia tidak peduli sama sekali! Sejak dia sendiri dipaksa untuk menerima quest itu, mengapa dia harus berusaha keras untuk menyelesaikannya di tempat pertama? Tanggung jawab? Apa itu?

 

Akuji tersenyum lepas, berjalan sedikit untuk melihat denah detail dari menara sihir untuk mengisi kekosongan yang terdapat pada petanya. Dia hanya menerima peta Kota Leszl  —dari sistem— dalam bentuk kasar yang dapat dia mengerti dengan segera karena mungkin terhubung dengan alasan seperti keamanan kota bagi para penghuni. Itu hanya akan terasa menakutkan jika sebuah peta detail suatu wilayah dibagikan secara gratis.

 

Denah ini sendiri juga seperti itu sejak hanya mencakup lantai satu sampai tiga bersama beberapa lapangan pelatihan yang memang dibuka untuk umum, sementara tempat lain dirahasiakan.

 

Melihat sebuah pintu kecil di lantai tiga yang terhubung dengan tangga untuk keluar, Akuji memutuskan untuk menuju ke sana. Tidak seperti pintu utama yang dapat menerima arus besar lalu lintas, tangga ini sendiri mungkin lebih berperan sebagai pintu belakang atau semacamnya. Dia sendiri mungkin akan melewatkannya jika tak melihat dengan teliti.

 

Berjalan dengan mulus sejak hanya terdapat beberapa orang yang lewat, dia segera naik ke lantai tiga. Akuji merasa lantai tiga menara sihir ini adalah sebuah perpustakaan sejak dia melihat banyaknya buku-buku yang berjejer rapi dalam rak dan lantai ini cukup sepi.

 

Dia sendiri hanya melihat beberapa pemain yang datang adalah jenis orang penasaran atau kurang kerjaan, sementara sebagian lainnya datang untuk mempelajari cabang skill jenis support pohon skill tingkat lanjut jenis sihir, Pohon Skill Wizard.

 

Ketidakpopuleran cabang skill jenis support dari Pohon Skill Wizard sendiri mungkin mengambil peran untuk ini sejak pemain hanya perlu pergi ke lapangan pelatihan untuk mempelajari skill jenis serangan. Dan ditambah dengan pemain yang perlu membuka satu demi satu skill selain pohon skill yang didapat dari quest latihan, sedikit pemain yang mau membuang waktu mereka untuk itu jika merasa skill itu tak berguna.

 

Tujuan utama Akuji datang ke menara sihir sendiri adalah untuk mempelajari skill supports tak berguna tersebut sejak dia melihatnya di forum.

 

Quest dari Blaise? Sekali lagi, dia sama sekali tidak pernah menganggapnya begitu serius.

 

Dengan level tertinggi pemain saat ini, Level 138, seluruh skill dalam pohon skill yang ada telah diketahui dari Tier 1 sampai Tier 3, meski belum semuanya memiliki detail lengkap.

 

Mengambil buku teori tentang penyihir, Akuji membacanya sejenak sebelum sebuah quest prasyarat untuk membuka skill itu muncul. Berisi kiat untuk membaca buku tersebut selama total 24 jam sebelum skill yang dia inginkan akan terbuka.

 

Mana Bank, itulah nama skill yang Akuji inginkan, skill pasif dengan efek meningkatkan total mana. Akuji berpikir bahwa dia perlu ini sejak dia pernah bertarung dengan mana yang sangat kurang dan tidak bisa menggunakan Mana Recharge sebelumnya.

 

Menuju ke petugas yang menjadi pustakawan, Akuji meminjam salinan buku ini dengan menunjukkan kartu anggotanya.

 

'Kartu anggota semacam ini benar-benar berguna seperti yang Charista katakan,' pikir Akuji. Berkat kartu itu dia tidak perlu bolak balik ke sini untuk dapat membaca buku tersebut.

 

Menyimpan buku dan pergi dari tempat itu, Akuji pergi secepat yang dia bisa menuju pintu keluar namun ...

 

"Halo."

 

... Dia dapat menyapa kaku melihat orang di depannya.

Dengan rambut hitam panjang mengalir lembut disanding dengan paras anggun bersama mata emasnya, Akuji tidak akan lupa orang itu apalagi dengan kesan pertama yang dia berikan. Dia yang membantu para pemain menyelesaikan quest pelatihan sulit (?) sekaligus orang yang memberikannya ikat rambut ini, si pengawas hari itu.

 

Bukannya dia tidak senang telah menemukannya dengan mudah, dia juga ingin berterima kasih sebab ikat rambut ini banyak membantunya. Namun, untuk melihatnya di tempat ini ...

 

"Entah aku beruntung atau tidak sekarang."

 

... Akuji yang tidak tahu harus melakukan apa hanya dapat bergumam rendah.

Próximo capítulo