webnovel

Quadraginta quinque

"Y-ya abisnya kamu cuekin aku," kata Niko yang suaranya jadi pelan terus sambil menatap wajah Calvin yang menggarang.

Calvin hanya memutar bolanya malas, terus balik menatap Niko lagi. "Dasar Egois!" kata Calvin.

Niko yang mendengar omongan Calvin barusan langsung terdiam. Apa, iya? Niko selama ini egois sama Calvin. Kok, Calvin ngomong kaya gitu ya sama Niko.

Sementara Calvin sehabis mengatakan itu, dia langsung pergi dan masuk ke dalam toilet dengan alasan mau mandi.

"Calvin, tunggu! aku belum selesai ngomong," Niko menarik tangan Calvin.

"Apa, sih! nanti aja. Aku mau mandi," jawab Calvin sambil hempasin tanganya Niko kasar.

"Calvin," panggil Niko.

Tapi, sepertinya percuma saja deh Niko memanggil Calvin. Soalnya nggak bakalan di gubris juga sama Calvin. Niko menarik napas seraya menghembusnya pelan. Niko mencembikkan bibirnya menatap kepergian Calvin tanpa mau mendengar suaranya itu. Niko memilih untuk duduk di atas kasur sambil menunggu Calvin selesai mandi. Soalnya ada yang mau Niko tanyain sama Calvin mengenai hal tadi, yang dia bilang kalau nggak bakal lama lagi di sini.

Sambil menunggu Calvin, Niko pengen main Ps deh. Eh, tapi. Kemaren Calvin simpannya dimana ya??

"Ayanggg!" teriak Niko. Meski Niko tau kalau Calvin tak akan menanggapinya. Istilahnya gini Calvin itu emang masih marah sama Niko, tapi si kunyuk malah sengaja membuat suasananya jadi adem ayem. Nggak tau deh heran aja gitu sama Niko, kayak nggak ada takut-takutnya sama Calvin. Padahal udah jelas-jelas Niko yang salah. Terus yang di cuekin sama Calvin eh pura-pura nggak tau di mana letak salahnya. Gini deh kalau punya pasangan yang nggak mau ngalah. Calvin sabar ya...

Niko beranjak dari duduknya kemudian berlari menuju toilet. Calvin yang selalu kebiasaan kalau lagi mandi pasti jarang mengunci pintu toilet dan alhasil—,

"Ayang," panggil Niko langsung spontan membuka pintu kamar mandi tanpa mengetuk.

"Ay—" ucapan Niko terhenti.

Calvin baru saja menyalakan shower, ia memejamkan matanya menikmati tiap tetes air hangat yang mengalir membasahi tubuhnya. Calvin teringat tentang kejadian yang baru terjadi beberapa hari lalu, ia tak sengaja melihat Niko berciuman dengan pria lain. Bahkan Mengingatnya saja sudah membuat hatinya sangat sakit. Bohong! Jika Calvin tak ingin memikirkanya lagi, justru malah membuatnya semakin mengingatnya. Lamunanya terbuyar ketika mendengar suara dentuman keras yang berasal dari pintu yang terbuka lebar kemudian di susul dengan suara Niko yang memanggil namanya itu. Hal itu menarik perhatian Calvin, dia menoleh intens menatap sosok Niko yang terbengong, dengan bibirnya yang mengatup lebar. Bahkan Niko tak bisa mengedipkan matanya, dan dia terus menatap satu objeck yang menurutnya itu sesuatu yang perlu di perhatikan. "Oh, my god! so big," batin Niko sambil berdecak kagum dalam hatinya.

Niko terpaku dan di buat kaku oleh gerakkanya sendiri.

"Niko?" gumam Calvin," ngapain dia—!" Calvin mengernyitkan dahinya, kemudian tak lama mata mereka sama-sama saling bertemu.

Niko membulatkan matanya lebar waktu mendapati Calvin yang memergokinya.

"C-calvin, a-ku minta maaf—,"kata Niko. Niko menundukan kepalanya, ia ingin segera pergi dari sana tapi aura Calvin membuatnya takut untuk lari dari hadapan Calvin.

"Ngapain kamu di sini?!" tanya Calvin yang merasa tidak suka, karena melihat Niko yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar mandi tanpa seijinya. Meski Calvin memang tak masalah jika Niko melihat dirinya yang bertelanjang tanpa busana. Tapi, kalau sekarang itu beda.

"G-gak, A-aku—,"

"Keluar!" hardik Calvin sembari melebarkan matanya tajam. Niko tersentak waktu mendengar suara Calvin yang meninggi sembari menyuruhnya untuk keluar. Iya, Niko juga tau. Dia bakalan keluar tapi, apa perlu membentaknya seperti itu? Kenapa sekarang Calvin berubah, Calvin udah nggak sayang sama Niko, Calvin udah jahat sama Niko.

"I-iya Calvin. Aku mau ngomong seben—" Niko kembali terkesiap saat Calvin memotong pembicaranya. Membuat Niko takut dan terus menunduk.

"Aku bilang keluar, ya keluar!!" Teriak Calvin sembari menunjuk jari telunjuknya ke arah pintu.

"Calvin,"suara Niko melemah.

"KELUAR!"

"C-calvin jangan bentak-bentakin Niko kayak gitu..."Niko yang tak bisa membendung dan menahan air matanya itu akhirnya luruh juga. Ia menangis sesenggukan sembari menatap Calvin sendu.

Calvin menggusar karena Niko, ritual mandinya menjadi tertunda. Calvin menarik napasnya kasar kemudian mengambil handuk kimono berwarna hitam.

Ia mendengkus, Niko yang sekarang membuatnya nggak bersimpati sama sekali. Bahkan Calvin terlihat tak begitu peduli dan membiarkan Niko menangis. Sejak, kapan Niko menjadi selemah ini? Entah, Calvin juga merasa heran. Calvin bergerak menuju Niko yang berdiri di ambang pintu.

Niko berhenti menangis, sambil menyeka sisa air matanya yang menitik, waktu melihat Calvin yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi wajah yang menakutkan.

"Calvin a-aku,"

"kamu benar-benar membuatku kesal Niko. Apa, aku harus bersikap kasar dulu, baru kamu mau pergi dari sini?!" Niko menggelengkan kepalanya.

Setelah Calvin memakai Kimono hitam, dia beranjak mendekat kemudian mengikis jarak mereka yang membentang.

Calvin memberikan sisa dua langkah dari Niko lalu tangan kekarnya itu beralih menarik kasar rambut Niko hingga membuat Niko mendongakkan kepalanya.

"Calvin, maafin gua—," Suara merintih lolos keluar dari mulutnya Niko. Niko mencoba meraih tangan Calvin yang mecengkam rambutnya kuat. Meski Niko seorang cowok tapi memang sikapnya yang agak lemah di banding dengan Calvin.

"Apa! Maaf, kamu bilang? kata maaf darimu, nggak akan bisa buat balikin hati aku yang sekarang!" Niko terdiam, dia mencoba mencerna ucapan Calvin barusan.

"C-calvin, maksud kamu apa?" tanya Niko yang sebenarnya memang tidak mengerti.

"Kamu masih mikir, kalau aku marah itu tanpa sebab? Iya!" Calvin berteriak di depan wajah Niko. Niko menutup matanya sambil menahan sakit dari genggaman tangan Calvin yang semakin erat mencengkram rambut Niko.

"Iya! G-gua tau lu marah sama gua. Tapi, kasih tau alasan yang jelas kenapa lu kaya gini. Jangan cuekin gue tiba—,"

Calvin tersenyum remeh, hampir saja membuatnya ingin tertawa. Apa, Niko tak pernah sadar ? Bahwa sebenarnya beberapa hari lalu ia juga ikut menjauh dari pandangan Calvin. Jadi, apa salah? Kalau Calvin juga memperlakukan Niko dengan hal yang sama.

"Alasan? Untuk apa aku ngasih alasan?" tanya Calvin memandang sinis ke arah Niko.

"Calvin aku—,"

"Kamu, cuma perlu sadar sama kesalahan kamu sendiri. Dan, tanya sama diri kamu, kenapa aku kaya gini!" lanjut Calvin membuat Niko tiba-tiba sadar dan paham sama yang di maksud Calvin.

"C-calvin kamu—?" Seolah tau sama apa yang di pikirkan Niko sekarang ini. Kemudian jawaban Calvin membuat hati Niko gelisah.

"Aku tau kok kamu selingkuh dari aku," jawab Calvin. Niko hanya bisa membisu, hal yang menakutkan dan akhirnya terjadi juga. Perlahan Calvin akan mengetahui semua hubunganya dengan Rehan. Yang ia lakukan secara diam-diam meski Niko hanya terpaksa tapi, dia sudah salah karena telah membohongi Calvin. Dan membiarkan Calvin mengetahuinya sendiri.

"G-gak—," Niko berusaha mengelak kebenarannya, Niko meraih kembali tangan Calvin sembari menggengamnya

"Aku, tau semuanya Niko! Kaya gini Kamu, masih mau bohong sama aku? Kenapa, nggak berusaha untuk jujur aja? Hum,"Niko menunduk tetapi Calvin kembali menarik rambut Niko hingga membuatnya kembali menatap Calvin yang sedang menunjukan mata merahnya.

"A-aku bisa jelasin vin—," Calvin memotong pembicaraan Niko karena tak bisa menahan lagi hatinya yang sudah membeludak.

"Kamu, mau jelasin sekarang? Setelah aku tau semuanya?! Terlambat niko," Calvin menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh kemudian kembali menatap Niko Flat.

"Vin, jangan gini..."ucap Niko pelan. Niko mencembikkan bibirnya saat mendengar suara Calvin yang berubah menjadi dingin. Bukannya apa tapi Niko merasa takut jika Calvin beneran memutuskan hubunganya. Setelah Calvin tau semuanya tentang Niko yang membohonginya selama ini.

Melihat Niko yang kembali menangis sesenggukan membuat Calvin menjadi kesal. Dia membencinya karena Niko terlalu lemah untuk ukuran seorang Cowok. Hatinya sensitif saat Calvin mulai memarahi atau melontarkan kata-kata kasar pada Niko. Tapi, tak bisa membohongi hatinya bahwa ia memang menyayangi Niko.

Kenapa Calvin terlalu bodoh! Mungkin saja semua orang akan mengatakan hal itu kepada Calvin, bahwa Calvin itu memang orang yang sangat bodoh. Dia meninggalkan sosok Keyla yang cantik jelita, bahkan di jamin baik hatinya dan setia tetapi, malah memilih untuk pergi bersama Niko, yang ternyata dia melakukan hal yang serupa seperti yang dia lakukan terhadap Keyla. Mungkinkah ini karma? Tapi, Kenapa karma selalu datang setelah Calvin yakin dan menetapkan hatinya untuk Niko.

Calvin merasakan perih di hatinya. Ia mulai menghapus jaraknya dan melepaskan cengkramanya dari Niko. Apa, benar, Dia telah salah memilih Niko? Bahkan sekarang Calvin rela menjadi orang tak normal demi hubungan Asmaranya bersama Niko. Dia telah menjadi orang yang menjijikan dan tak pantas lagi untuk keyla miliki dan itu semua karena Niko.

Calvin menjauh dari Niko dengan padanganya yang lurus serta kosong. Ia tak mendengar suara Niko yang sedari tadi memanggil namanya berulang kali. Hingga membuatnya begitu kesal saat Niko mulai meraih pergelangan tangannya. Dengan Gerakan yang cukup kasar, Calvin menghempaskan tangan itu tanpa ia sadari bahwa hal tersebut membuat Niko kehilangan keseimbangan, Niko terhuyung kebelakang membuat tengkuk lehernya terantuk dengan Shower yang menggantung.

Brugh

Niko meringis sembari mengaduh yang keluar dari mulutnya. Ia merintih, memegang tengkuknya yang sakit, dan basah. Itulah yang dia rasakan. Namun, Niko masih dapat beranjak meski agak merasakan pusing di bagian kepalanya. Niko memanggil nama Calvin yang suaranya terdengar kecil. Calvin mendengar suara Niko tapi dia hanya mengabaikanya dan merasa tidak peduli dengan apa yang terjadi sama Niko.

"Calvin, calvi—," Menyebut nama Terkahir, Pandangan Niko mulai kabur dan Niko kembali Ambruk.

Brugh

Calvin sontak menoleh kebelakang, matanya melebar, detak jantung Calvin seakan berhenti berdetak.

"N-niko," batin Calvin yang masih terpaku.

Calvin langsung melangkahkan kakinya pelan hingga ia berlari mendekati Niko, kini terlihat darah berceceran dimana-mana terutama bagian tengkuknya.

"Niko!!" pekiknya pelan.

Próximo capítulo