webnovel

Rencana yang Gagal (2)

Editor: Wave Literature

Bagaimanapun tidak mudah membuat hidup Mu Tingfeng terasa seperti neraka. Setidaknya, dia tahu bahwa dia tidak bisa mengandalkan "Pengaruh Keluarganya" sendiri.

Tubuh wanita yang Zhao Youlin tempati saat ini memiliki status sebagai seorang wanita dari keluarga terpandang. Tetapi, bahkan keluarga terpandang pun memiliki masalahnya sendiri. 

Ayah kandungnya adalah anak kedua dalam keluarga, dia termasuk pria yang cukup romantis, tetapi dia juga pria yang memiliki banyak wanita lain di luar sana. Sedangkan ibunya hanya seorang putri dari pengusaha kecil, dan dia meninggal ketika Zhao Youlin baru berusia lima tahun. Tidak lama setelah itu, ayahnya menikah lagi dengan ibu tirinya dan membawa masuk dua anak yang lebih muda darinya. Dengan perkiraan umur anak yang dia bawa berbeda satu atau dua tahun lebih muda darinya, jelas bahwa wanita itu telah lama menjalin hubungan dengan ayahnya. 

Sebagai satu-satunya garis keturunan yang masih hidup dari mendiang ibunya, bisa dibayangkan betapa canggung posisinya, karena ibu tirinya sekarang merebut posisi ibunya dulu. Empat tahun lalu, dia telah melakukan segala cara untuk memastikan bahwa dia harus menikah dengan Mu Tingfeng, karena dia benar-benar jatuh cinta padanya, tetapi selain itu, dia juga telah diprovokasi oleh saudara tirinya. Kakak perempuannya ini telah berhubungan dengan seorang pria dari keluarga kaya dan memamerkan fasilitas yang dia nikmati di depannya. Penindasan dan penghinaan tak henti-hentinya menghampiri dirinya. Sejak kecil, mereka telah mendorongnya untuk melakukan tindakan yang melewati batas dan hal tersebut tidak dapat diubah….

Uhukk uhuk… Baiklah, tanggapan ayahnya membuat Zhao Youlin bingung, ketika ayahnya yang aneh mengetahui bahwa dialah yang menawarkan dirinya kepada keluarga Mu, alih-alih menunjukkan rasa malu, namun kenyataannya dia merasa sangat senang. 

Alangkah baiknya jika keluarga yang kacau ini tidak menyebabkan masalah begitu mereka mengetahui bahwa Zhao Youlin akan bercerai dengan Mu Tingfeng, dia akan menganggapnya sebagai berkah. Tapi apakah dia bisa mengharapkan mereka untuk benar- benar membantunya?

Setelah memikirkannya, tiba-tiba Zhao Youlin mengedipkan matanya, dia lalu mengambil ponsel yang ada di meja samping tempat tidurnya dan memutar nomor yang dia kenal. 

Segera setelah nada sambung berbunyi, dan telepon terhubung. Tak lama terdengar suara laki-laki yang akrab dan baru bangun datang dari ujung telepon, "Bajingan mana, yang menelponku pagi-pagi begini saat aku sedang bermimpi indah, kamu siapa? Percayalah, aku akan menghajar wajahmu sebanyak tiga ratus kali sampai ibumu tidak akan mengenalimu!"

Meskipun dia hanya merengek dengan tidak jelas, namun suaranya membuat Zhao Youlin bernostalgia, dia tersenyum sambil mendengarkan orang di telepon itu selesai mengutuknya. Barulah dia menjawab setelah beberapa saat kemudian, "Aku belum melihatmu selama beberapa hari, namun emosimu benar-benar telah meningkat!"

Joy merangkak jauh darinya, dia sekarang sedang bermain dengan bonekanya. Saat mendengar suara ibunya, dia merangkak kembali ke sisi Zhao Youlin, lalu menatap telepon yang digenggam ibunya dengan rasa ingin tahu.

Ketika dia melihat betapa menggemaskan putranya itu hatinya bergetar, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menundukkan kepalanya dan menciumnya lagi.

Pada saat yang sama, ada jeda sesaat dalam suara di ujung telepon, dengan sedikit kecurigaan dia bertanya, "Siapa kamu?" 

Zhao Youlin tertawa dengan bahagia. Sebaliknya, orang di ujung sana merasa merinding di sekujur tubuhnya. Zhao Youlin melanjutkan, "Kamu bahkan tidak bisa mengenaliku dengan suaraku. Apakah kamu ingin digantung lagi di pohon besar gerbang sekolah, sehingga para siswa yang datang dan pergi bisa melihatmu, Tuan Luo?"

Orang di ujung telepon itu terdiam selama beberapa detik. Segera setelahnya, suara benda yang jatuh bisa terdengar, bersamaan dengan suara teredam seperti seseorang yang jatuh ke lantai. Suara itu membuat Zhao Youlin dapat merasakan bahwa orang itu sedang kesakitan sekaligus sangat panik

Beberapa detik kemudian, Zhao Youlin mendengar helaan napas dari ujung telepon, kedengarannya seperti pria itu sedang ketakutan. 

Setelah beberapa saat, orang di ujung telepon dengan hati- hati bertanya, "Apakah kamu… Kakak Zhao?"

Próximo capítulo