webnovel

KECELAKAAN

Benar! Itu adalah mobil bunga. nampak Bunga sangat kaget dan kebingungan. Arman segera berlari menghampiri Bunga namun reaksi berlebihan membuatnya kaget. bunga memeluk Arman saat melihat Arman menghampirinya. tangannya bunga bergetar bahkan kakinya terasa lemas. Arman membawa korban dan bunga ke rukonya. Angga membawa mobil bunga dan Danang di bantu beberapa orang membawa becak tersebut di depan ruko Arman.

"Man, aku takut!" bisik Bunga dengan tangan bergetar bergandengan dengan Arman.

Arman melihat pemilik becak tidak terluka parah. Danang memberikan dua botol air mineral untuk Bunga dan tukang becak tersebut.

"Pak, apa bapak merasakan ada yang sakit selain ini?" tanya Arman dengan tenang dan menunjuk luka di pemilik becak tersebut.

"Tidak!" Bapak itu menggelengkan kepalanya.

"Tapi mbaknya tadi ngebut," sahut warga di belakang Arman.

"Iya!" sahut salah satu warga lainnya.

"Tenang dulu!" teriak Angga.

"Bapak katakan mau ganti rugi berapa biar saya rundingan dengan teman saya."

"Terserah mbaknya saja mas," ucap tukang becak tersebut yang terlihat bingung.

"Mending kalian kembali bekerja, terima kasih semua. Masalah ini di selesaikan secara kekeluargaan." Angga mengusir secara halus. karena dia mendengar suara profokator di antara mereka. Kerumunan pun bubar tinggal tukang becak dan Bunga.

"Pak saya minta maaf! Bapak katakan mau ganti rugi berapa?" tanya bunga dengan nada bergetar.

"Saya tidak tahu mbak, saya mikirnya kalau becak saya rusak berhari-hari saya nggak bisa bekerja mbak." Pria paruh baya itu meneteskan air matanya.

"Pak, saya ganti saya bayar bengkelnya." Bunga duduk di depan bapak tersebut.

"Begini saja, becaknya kita antar ke bengkel dulu," usul Danang.

"Kita bakal tahu kisaran berapa habisnya," lanjut Danang.

Semua setuju dan mengantarkan becak tersebut ke bengkel yang tak jauh dari ruko Arman.

Sementara itu Bunga berpamitan untuk pergi mengambil uang. karena Arman tidak tega dia menemaninya. Arman mengambil alih kemudinya.

"Terima kasih ya!" ucap Bunga.

"Hemm," sahut Arman.

Sedikit agak jauh tempat ATM. sehingga memakan sedikit banyak waktu.

***

Sedangkan Angga yang menemani pemilik becak tersebut merasa kasihan mendengar kisahnya.

"Saya cuma hidup sama istri saya mas, dia juga sakit stroke. Sekarang becak tidak terlalu ramai mas. Sekarang ada ojek online ada taxi. punya motor dan mobil sendiri. kadang kalau saya di kasih orang makanan saya bawa pulang," katanya dengan nada bergetar.

Tiba-tiba Amel datang dan mendapati Angga dan pemilik becak tersebut.

"Mas Angga! Ada apa?" tanyanya dengan heran.

"Ada kecelakaan. Duduk sini!" Angga menggeser kursinya untuk Amel. Amel mencari sosok Arman namun enggan menanyakan kepada Angga.

"Emangnya anak bapak kemana?" tanya Angga.

"Mereka sudah menikah. Jarang sekali pulang. Bahkan nomor telepon mereka tidak ada yang bisa di hubungi." Angga meneteskan air mata menatap wajah melas bapak tersebut.

"Bapak sudah sarapan?" tanya Angga.

"Belum! dari kemarin siang nggak makan. Siang hujan nggak ada penumpang sama sekali untung di kasih orang jadi bisa pulang bawa makanan buat ibu. Malamnya mau balik narik becak hujan juga." Angga benar-benar tertampar dengan cerita bapak tersebut.

"Kenapa tidak masak saja pak?"

"Berasnya tidak ada nak, apa lagi gas LPG juga mahal."

Angga menunduk menahan air matanya. Amel diam-diam membeli makanan untuk bapak tersebut saat mendengar ceritanya.

Beberapa saat kemudian Danang datang. Dengan napas terengah-engah karena jalan kaki dari bengkel.

"Besok sudah bisa jadi," ucapnya.

"Alhamdulillah, kira-kira habis berapa?" tanya Angga.

"Kurang lebih tiga ratus ribu," jawab Danang.

"Emang apa yang rusak?"

"Peleg sama remnya rusak, terus jok nya udah rusak aku suruh ganti," jelas Danang.

Amel datang membawa sekantong makanan dan menyajikan kepada bapak tua itu. Dia juga membeli beberapa obat untuk bapak tersebut.

"Makan dulu pak sama saya obati dulu lukanya." Amel memberikan satu piring nasi Padang.

"Nggak usah, nggak apa-apa kok." Bapak tersebut terlihat sungkan.

"Nggak apa-apa pak!" Amel memaksa bapak tersebut.

"Makanannya saya bawa pulang saja."

"Pak! Ini untuk bapak. Ibu sudah saya bungkuskan." Amel berbicara dengan lembut.

"Alhamdulillah, kalian anak muda baik sekali," ucapnya dengan rasa syukur dan air mata yang menetes di pipinya. dia membungkuk di depan Amel dan segera di tahan oleh Amel.

"Silahkan di makan, saya bersihkan dulu lukanya." Amel mulai membersihkan lukanya dengan kapan dan alkohol.

"Arman dan bunga lama sekali," ucap Danang. Hal itu di dengar dengan jelas oleh Amel seketika dia menghentikan tangannya beberapa detik dan terlihat bergetar.

"Mel, Lo takut sama lukanya?" tanya Angga.

"Oh, enggak--enggak." Amel gelagapan dan melanjutkan membersihkan luka pria tersebut.

Beberapa saat kemudian mobil bunga berhenti, turunlah bunga dan Arman dari mobil tersebut.

"Gimana becaknya?" tanya Arman.

"Besok jadi," jawab Danang.

"Bapak rumahnya mana?" tanya Arman.

"Dekat sini mas, gang seruni."

"Lo tahu?" tanya Arman kepada kedua sahabatnya.

"Enggak!" Angga dan Danang menggelengkan kepalanya bersamaan.

"Saya tahu," sahut Amel.

Melihat Amel ada di sana, Bunga menjadi jengkel. tatapan tajam dan sinis dia berikan saat mata mereka saling melihat.

"Kalau begitu bisa ikut mengantar bapak ini pulang," jawab Arman.

"Kenapa harus ajak orang? kalian pasti di kasih tahu jalannya sama bapaknya kalau mau nganterin pulang." Amel tiba-tiba sangat sinis. Dia terlihat sudah selesai membersihkan luka tukang becak tersebut.

"Pak, sudah selesai. Saya tinggal dulu. ini makanan buat istri bapak." Amel berubah berbicara lembut kepada tukang becak tersebut. namun berubah sinis saat menatap Arman dan bunga.

"Saya pamit dulu," ucap Amel. Danang dan Angga tercengang dengan sikap Amel tersebut.

Amel menarik tuas gasnya dengan kencang untuk meluapkan rasa kesal dan emosinya karena melihat Arman bersama bunga. pikiran aneh-aneh telah hinggap di kepalanya.

"Apa mereka balikan?"

"Apa tadi mereka berangkat bersama?"

"Apa mereka ...." Banyak pertanyaan dan dugaan di dalam hati dan pikirannya.

namun saat sampai di sebuah lampu merah dia ingat sesuatu bahwa ponselnya tertinggal di ruko Arman.

"Astaga!" Amel berhenti di bahu jalan dan menenangkan dirinya sebelum kembali ke ruko Arman untuk mengambil ponselnya.

Amel menarik napas panjang dan menghembuskannya. dia mengulangi beberapa kali dan membuatnya sedikit tenang. Dia segera putar balik ke arah ruko Arman dia berharap Arman dan bunga sudah pergi. dari kejauhan nampak sudah sepi, dan dia lega mobil bunga sudah tidak ada. Dia berfikir kalau tidak Angga ya Danang yang ada di dalam ruko. Amel segera memarkir motornya dan melepas helmnya. Dia melihat meja tempat dia menaruh ponselnya. nampak sudah bersih. Dia dengan percaya diri masuk kedalam ruko dan menekan Bell pesanan. namun tiba-tiba dia terkejut saat melihat yang berada di balik meja.

Próximo capítulo