webnovel

AMEL....

Amel yang kebetulan belum sholat dhuhur ikut bersama Danang ke masjid. namun dia menolak untuk makan siang karena sebelum ke rukonya dia sudah makan.

"Lo nggak makan?" tanya Arman.

"Nggak, Mas." Amel menggelengkan kepalanya.

Arman segera menyantap makanan yang dia pesan. Arman merasa grogi saat Amel diam-diam menatapnya yang sedang makan. dia hanya pura-pura tidak tahu. Hati Arman merasa senang karena Amel di depannya. Diapun tidak tahu kapan benih-benih cinta itu muncul. namun kini dia sadar bahwa dia memang menyukai Amel. namun melihat sikap Budi kepada Angga, Arman tahu bahwa Budi menginginkan Angga menjadi pendamping anaknya.

**

Setelah Arman kembali bekerja Amel pun telah mendapatkan pesanannya dia berpamitan untuk pergi. Danang dan Arman melanjutkan pekerjaannya masing-masing. selang beberapa menit Angga datang dengan mobil hitamnya. masuk ke dalam ruko dengan setelan Hem dan celana hitam.

"Assalamualaikum!" salam Angga saat memasuki ruko Arman.

"Wa'alaikumsalam," sahut Arman dan Danang secara bersamaan.

Angga menaikan lengan bajunya dan bersiap membantu Arman dan Danang untuk melayani pelanggannya. namun Arman melarangnya karena Angga Bru saja selesai bekerja dan pasti dia capek.

"Lo duduk aja sih, Lo juga baru pulang." Arman menghalangi Angga yang ingin membantunya.

"Nggak apa-apa, gue bantuin." Angga tetap bersikeras untuk membantu Arman dan Danang.

Arman mengalah dan membiarkan Angga membantunya karena memang tidak terlalu banyak lagi pesanan yang harus dibuat hanya beberapa porsi saja.

Setelah selesai membantu Arman dan Danang, dan semua pesanan telah selesai dibuat dan telah di ambil oleh pembeli yang dibawa pulang maupun yang dimakan di tempat. Angga kembali ke mobil dan mengambil sebuah kantong yang berisi makanan untuk kedua sahabatnya.

"Nih!" Angga menyerahkan kantong berisi makanan tersebut kepada Danang. Dan yang menerimanya dan segera menatanya di atas piring.

"Lo sudah makan?" tanya Arman kepada Angga.

"Sudah tadi," jawab Angga.

"Bagiamana pembelinya?" tanya Angga.

"Sesuai prediksi," jawab Arman.

"Gue harap Lo bisa sukses dengan membuka cabang nantinya." Angga menatap bangga kepada Arman.

Di sela-sela Angga dan Arman berbicara Danang datang membawa sepiring camilan yang dibeli oleh angka.

"Enak di sini atau di tempat bokap gue?" tanya Angga dengan nada meledek.

"Sama aja, kalau disini bening-bening yang beli." Danang dengan wajah sok nya menjawab pertanyaan Angga.

"Walaupun mereka bening mereka lihat Lo burem," ledek Angga membuat mereka tertawa.

Beberapa pembeli yang masih di sana menoleh ke arah mereka bertiga karena suara tertawa mereka. Bahkan ada yang menatap genit ke arah Arman dan Angga.

Saat ketiga pemuda itu menikmati makanan di depannya. Budi tiba-tiba datang dengan seorang gadis di belakangnya. gadis itu tidak asing bagi Arman dan Danang.

"Assalamualaikum!" ucap Budi.

"Wa'alaikumsalam," sahut mereka bersamaan.

Entah apa yang di katakan gadis itu kepada Budi sebelum pergi meninggalkan Budi bersama ketiga pria itu.

"Wah sedang makan ya?" tanya Budi.

"Camilan pak. Silahkan duduk." jawab Danang dengan menyerahkan kursinya kepada Budi.

"Kebetulan lewat dan saya lihat tidak serame tadi pagi." Budi duduk tepat di antara Angga dan Arman.

"Iya pak." Arman mengangguk dan tersenyum tipis kepada Budi.

Baru beberapa kalimat mereka berbincang sudah ada yang beli. Arman terpaksa meninggalkan Budi dan Angga.

"Maaf saya tinggal dulu. Ada yang beli." Arman berpamitan untuk melayani pembelinya.

"Iya! Silahkan." dengan senyuman yang merekah Budi mempersilahkan Arman melayani pembelinya.

Arman segera memasak pesanan pembelinya. dan dia tidak lupa membuatkan kebab untuk Angga dan Budi. Dibantu oleh Danang pekerjaannya selesai dengan cepat.

Beberapa menit kemudian pesanan sudah selesai dan diberikan kepada pelanggannya. Begitu pula kebab yang diberikan kepada Budi dan Angga.

"Silahkan di coba," Arman memberikan kepada Angga dan Budi.

"Repot-repot mas," sahut Budi.

"Enggak kok pak."

"Gue berasa tamu," kata Angga seraya menggigit kebab di tangannya.

"Wah!" Angga terkejut ternyata ada varian baru di dalam isian kebab milik Arman.

"Lo tambahin menu baru?" tanya Angga dengan mulut penuh kebab.

"Belum, masuk menu tapi ada beberapa gue tawarin dan mau coba," jawab Arman.

"Enak kok, kenapa nggak masuk menu?" tanya Angga yang antusias menikmati kebab dengan keju mozzarella di dalamnya.

"Kalau dalam beberapa hari ke depan banyak yang tanya berarti bakal masuk menu," jelas Arman.

"Wah nggak nyangka mas Arman benar-benar pria yang penuh perhitungan dan gigih," puji Budi sambil mengunyah makanannya..

"Terima kasih pak!"

"Bagaimana rasanya pak?" tanya Arman.

"Jujur, saya itu pernah di belikan anak saya. tapi tidak terlalu suka dengan rasanya. Beda sama punya mas Arman." Budi terlihat lahap menyantap kebab di hadapannya.

"Ah terlalu berlebihan pak Budi ini," Arman nampak merah dengan pujian Budi.

"Saya tinggal dulu." Arman kembali pamit kepada taman dan pemilik ruko tersebut karena melihat pembeli memasuki rukonya.

Saat sedang memasak burger dan kebab sesekali Arman melirik ke arah Angga dan Budi. terlihat mereka sangat akrab. dalam percakapannya mereka terlihat beberapa kali menoleh ke arah Arman dan kebab yang mereka makan. Seolah-olah mereka sedang membicarakan Arman dan kebab yang Arman jual.

"Man, Lo ngerasa nggak sih pak Budi sedikit aneh?" bisik Danang di sela-sela memotong sosis.

"Aneh kenapa?" Arman balik bertanya kepada Danang.

"Dia terlihat sok akrab sama Angga." Danang memicingkan matanya dan menatap ke arah mereka berdua.

"Ya mungkin memang sudah akrab. Kan memang Angga duluan yang tahu tempat ini." Arman mencoba membuat Danang berfikir positif tentang aku mereka berdua.

"Bisa jadi," sahut Danang dengan menganggukan kepalanya walaupun wajahnya tidak begitu yakin.

"Eh, Lo tadi lihat kan gadis yang sama pak Budi?" tanya Danang yang merubah wajahnya menjadi antusias.

"Iya kenapa?" Arman memutar ingatannya pada wajah gadis itu.

"Kita pernah ketemu dia nggak?" tanya Danang.

"Gue rasa nggak. tapi bisa jadi pernah juga." Arman terlihat bimbang dengan jawabannya

"Silahkan," ucap Arman sembari memberikan kebabnya kepada pelanggannya.

"Nah iya kan." Danang meletakan pisaunya dan menghadap kepada Arman.

"Apa?" tanya Arman yang melihat Danang dengan aneh menghadap dirinya.

"Gue juga ngerasa pernah ketemu dia, man." Danang menatap tajam ke bola mata Arman.

"Sudahlah, mungkin saudaranya pak Budi." Arman melepaskan celemeknya dan bergabung dengan pak Budi dan Angga. walaupun sebenarnya dia juga masih kepikiran dengan gadis itu.

Danang ikut melepaskan celemek dan berlari kecil ikut bergabung dengan sahabatnya dan pemilik asli ruko yang mereka tempati saat ini. Mereka terlihat larut dalam percakapan dan tertawa kecil menjadi bumbu dalam perbincangan mereka. Budi sangat pintar mengambil perhatian ketiga pemuda di hadapannya tersebut.

Próximo capítulo