webnovel

BAB I : CHAPTER 11 : keputusan

HAPPY READING AND HAPPY WRITING

Istana utama kerajaan Lurie, pagi hari.

Para pekerja, prajurit, dan pelayan saat ini tengah sibuk mendekor ballroom, aula istana, dan throne room. Semuanya sibuk mengerjakan pekerjaan masing masing dan mondar mandir kesana kemari untuk mempersiapkan ruangan agar terlihat mewah dan meriah saat acara pernikahan sang kaisar dan permaisuri.

Satu minggu setelah hari pelantikan Oars, kini pesta pernikahan akan segera di gelar di istana. Calon permaisuri mereka berasal dari kerajaan timur, masih kerajaan di bawah kekuasaan kekaisaran Lurie. Kerajaan timur yang dipimpin oleh raja Heleth memiliki anak pertama perempuan yang bernama putri ingrid.

Pernikahan mereka adalah pernikahan politik untuk memperkuat hubungan antara kekaisaran Lurie dengan kerajaan timur. Memang sudah tradisi para bangsawan untuk menikahkan putra putri mereka dengan bangsawan lainnya untuk kepentingan politik.

Persiapan sudah dimulai sejak satu minggu yang lalu dan akan di selenggarakan satu minggu dari sekarang. Undangan sudah disebarkan ke seluruh rakyat dan bangsawan. Persiapan hanya tinggal setengah lagi dan semuanya akan tampak sempurna.

"Yang mulia."

Duke Barnold masuk kedalam ruang kerja Oars setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk olehnya.

"Apa anda memanggil saya yang mulia?"

"Ya, apa kau sudah mengerjakan yang saya suruh?"

"Ya yang mulia, saya sudah mengerjakannya sesuai perintah anda, dan ditanggapi dengan baik oleh para raja dan akan mengirmkan perwakilannya."

Oars mengangguk tanpa mengalihkan atensinya pada setumpuk kertas yang tengah dikerjakannya.

"Yang mulia,"

ucap sang duke memanggil Oars.

Jeda beberapa detik sebelum ia melanjutkan kembali perkataan membuat Oars mendongakan kepalanya menatap sebentar duke Barnold, bertanya melalui tatapan matanya.

"Apa anda ada masalah dengan pekerjaannya?"

"Saya mencemaskan anda.." Duke Barnold segera melanjutkan ucapannya takut takut perkataannya menyinggung Oars.

Bibirnya melengkung membentuk senyuman, "terima kasih sudah mengkhawatirkan saya duke, saya sudah terbiasa dengan ini semua sejak anda mengalihkan semua kertas ini."

Oars menatap kertas yang seolah tak habis di depannya dengan sedikit kesal karena merasa sedikit lelah.

"Ah baiklah kalau begitu yang mulia saya undur diri."

"Beristirahatlah lebih awal karena satu minggu lagi pernikahan anda"

----------

Hari H pernikahan kaisar Oars dan putri Ingrid

Semua bangsawan yang hadir sudah bersiap dan berkumpul di ruang aula, saling berbisik satu sama lain sambil menanti calon pengantin sekaligus kaisar dan permaisuri mereka yang belum memasuki ruangan.

"Yang mulia kaisar Oars dan permaisuri Ingrid memasuki ruangan!"

seru penjaga pintu mengumunkan kedatangan calon pengantin tersebut.

Saat suara tersebut terdengar, para undangan yang hadir segera menghentikan kegiatan mereka dan kompak berdiri sambil menatap ke arah pintu yang sudah berdiri kaisar dan permaisuri yang sudah siap dan menggandeng tangan satu sama lain.

Permaisuri Ingrid memakai gaun pernikahan berwarna putih dengan berlian yang menghiasi bagian dadanya membuat kesan glamor dan anggun saat dipakai. Sedangkan kaisar Oars memakai jas yang serupa warnanya dengan gaun milik permaisuri Ingrid.

Keduanya melangkah dengan perlahan dan pasti dengan tangan permaisuri Ingrid yang memegang lengan kaisar Oars sampai menuju ke hadapan imam besar yang akan menuntun mereka mengucapkan janji suci pernikahan.

Setelah keduanya sampai tepat didepan imam besar yang akan menikahkan mereka, suasana hening.

"Yang mulia kaisar Oars Denkan bersediakah engkau mengambil yang mulia permaisuri Ingrid Grinda Heleth sebagai istrimu sampai maut memisahkan kalian baik dalam suka maupun duka?" tanya imam besar pada Oars.

"Ya, saya bersedia." Jawab Oars dengan tegas.

"Yang mulia permaisuri Ingrid grinda Heleth bersediakah engkau mengambil yang mulia kaisar Oars Denkan sebagai suamimu sampai maut memisahkan kalian baik dalam suka maupun duka?"

tanya Imam besar pada permaisuri Ingrid.

"Ya, saya bersedia."

"Saya Oars Denkan akan mengambilmu sebagai istri saya dan bersedia menjaga anda dan menemani anda dalam keadaan suka maupun duka sampai maut memisahkan kami." Ujar Oars dengan lantang dan tegas.

"Aku umumkan kalian sebagai pasangan suami istri yang sah dalam hukum kekaisaran." Ucap Holye Hamam.

Oars mencium dahi permaisuri Ingrid setelah imam besar mengumumkan pernikahan mereka. Setelahnya riuh tepuk tangan memenuhi ruangan, turut bahagia dengan lahirnya pasangan baru sekaligus kaisar dan permaisuri mereka yang baru.

Acara berlanjut dengan dansa yang diawali oleh kedua pengantin baru dan diteruskan oleh tamu yang hadir mengikuti dansa. Sedangkan kaisar dan permaisuri duduk di atas singgasana mengamati dalam diam para tamu yang berdansa silih berganti.

----------

Satu bulan setelah acara pernikahan besar dan mewah di gelar selama dua hari di istana utama kerajaan Lurie, semua kembali dengan normal dan kembali pada rutinitas masing masing.

Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, kekasihnya menikahi wanita lain perasaan Madeleine tak dapat didefinisikan.. Entah ia sedih, cemburu, atau bahagia melihat keduanya bersanding di atas singgsana.

Malam ini Madeleine tengah memakan roti yang ia punya untuk menahan rasa laparnya. Biar bagaimanapun ia tak boleh melewatkan makan untuk satu haripun karena ia sudah tak sendirian, dan ada seonggok daging yang akan menjadi bayinya kelak di dalam perutnya.

Suara pintu di ketuk membuat Madeleine bangkit dari duduknya lantas membukakan pintu.

"Oars?"

Oars mendorong Madeleine agar segera masuk dan menutup pintunya dengan tergesa gesa.

"Ada apa?"

Alih alih menjawab Oars memeluk Madeleine erat dan menciumi lehernya. "Aku merindukanmu," suaranya teredam karena didalam leher Madeleine, Oars berbicara.

"Ada yang ingin aku bicarakan Oars."

Nada suara Madeleine yang terdengar serius membuat Oars melepaskan pelukannya dengan sedikit enggan dan menatap mata biru saffire itu dalam.

"Ayo duduk dulu." Madeleine membawa Oars semakin masuk kedalam rumahnya.

"Ada apa?" Oars bertanya dengan begitu tak bersabar.

Tangan Madeleine berkeringat dan saling bertautan satu sama lain.

"Madeleine ada apa?" Sekali lagi Oars bertanya.

"Aku," Oars menantikannya.

"Aku hamil anakmu."

Kini giliran Madeleine yang menanti nanti jawaban yang akan dikeluarkan oleh Oars. Tak dapat Madeleine lihat ekspresi apa yang dikeluarkan oleh Oars karena dirinya hanya menundukan pandangannya.

"Berapa usianya?"

"Akan memasuki dua bulan."

Hanya itu yang ditanyakan Oars, setelahnya pria itu pergi meninggalkan Madeleine.

Oars masuk ke dalam istana setelah menemui Madeleine. Apa yang dikatakan oleh wanita itu membuatnya terkejut, tentu saja dan bahagia karena sebentar lagi ia kan menjadi ayah dari bayi yang berasal dari wanita yang ia cintai. Namun sisi lain hatinya juga merasa ragu jika itu adalah bayinya, mengingat apa pekerjaan Madeleine dulu ditambah usia kandungannya adalah dua bulan. Oars khawatir itu adalah bayi kaisar Lurie.

"Yang mulia," Duke Barnold menghadap dirinya begitu ia memasuki istana.

"Permaisuri..."

Oars segera bergegas pergi ke arah kamar permaisuri untuk melihat bagaimana keadaan permaisuri Ingrid yang terakhir ia tinggalkan tengah demam.

"Bagaimana keadaannya tabib?"

"Selamat yang mulia!"

"Yang mulia permaisuri hamil!"

Untuk kedua kalinya dirinya terkejut oleh hal yang sama dari wanita yang berbeda hari ini.

----------

Malam ini, Madeleine membiarkan tabib yang dibawa Oars memeriksa kandungannya. Beberapa menit yang lalu Oars datang bersama tabib untuk memeriksa keadannya.

"Ya- yang mulia,"

"Nona Madeleine tengah mengandung, usianya sudah dua bulan"

"Terima kasih tabib, aku akan mengantarmu ke luar."

Oars mengantar tabib tersebut sampai ke depan gubuk Madeleine dan memberikannya beberapa keping koin emas setelah mengatakan sesuatu diluar kamarnya.

"Madeleine.."

"Aku akan menanggung hidupmu dan bayimu,"

"Setelah kau melahirkan aku akan membawamu sebagai selirku"

"Tapi bagaimana dengan bayiku?"

"Aku juga akan membawanya.."

Oars mengusap lembut rambut Madeleine. Tangannya menyentuh perut Madeleine yang masih rata.

"Aku mengerti,"

"Yang mulia permaisuri juga tengah mengandung pewarismu"

"Selamat ya.."

"Jangan terlalu banyak pikiran, dan hiduplah dengan bahagia, hidupmu biar aku yang menanggungnya ya..."

-

-

-

tbc

Próximo capítulo