webnovel

8. Rumi's Life

Hawa panas terasa memanggang tubuh mungil milik Rumi. Gadis itu tak henti-hentinya menghela napas kasar. Ia masih kesal dengan kedatangan Mr. Tonny tadi. Diaduknya dengan kasar segelas es jeruk manis yang baru saja datang menemani semangkuk bakso kuah yang dibumbui saos pedas dengan lelehan kecap hitam di atasnya. Rumi tak fokus, bahkan menu andalan yang paling ia suka kalau duduk di kantin sekolah seperti ini saja tak bisa membangkitkan semangatnya.

Ibunya adalah wanita 'peliharaan' Mr. Tonny? Apa artinya itu? Bajingan sialan itu sudah memicu emosi yang selama berhari-hari Rumi pendam. Ia jaga agar tak keluar kemana-mana. Rumi cukup lelah meladeni kesedihannya.

"Makan keburu dingin," ucap seseorang sukses menyela diamnya Rumi. Gadis itu menoleh, mendongakkan kepalanya kala seseorang datang dan menarik kursi panjang di depannya. Duduk berhadapan dengan Rumi.

"Kenapa murung?" --Dia adalah Dani Azalia Zahra. Orang biasa memanggil gadis cantik berambut keriting ini dengan sebutan Dani. Nama yang cukup familiar, khususnya di kalangan kaum adam. Nama itu seharusnya digunakan untuk anak laki-laki bukan? Ya, setidaknya Dani punya kepribadian itu. Hanya fisiknya saja yang menjadi identitas bahwa ia seorang perempuan. Namun, caranya berpakaian, tingkah laku, gaya berbicara, dan sikapnya menyimpang dari fakta bawa ia adalah seorang gadis muda setara usia dengan Rumi. Dani itu gadis yang tomboi. Namun, Rumi beruntung punya teman semeja seperti Dani. Ia bak malaikat pelindung untuk Rumi kadang kala. Srikandi satu ini benar-benar berguna untuk Rumi.

"Matematika banyak tugas lagi?" Ia tertawa. Selalu saja meledek Rumi kalau mereka bertemu. "Kenapa jadi masalah? Lo pinter dalam hal itu." Dani memungkasi kalimatnya. Ditatapnya Rumi yang baru saja tersenyum kecut.

"Ada yang ngajak gue nikah," tuturnya tiba-tiba. Dani yang baru saja ingin menarik segelas es jeruk milik Rumi, diam membisu. Ditatapnya si teman dekat yang tak pernah 'aneh' sebelum ini. Namun, kali ini Rumi sedikit aneh. Menikah? Mereka masih remaja.

"Lo nonton film lagi?" tanya Dani menggerutu. "Nenek lo baru aja meninggal, Rumi. Jangan pengaruhi otak lo dengan film barat." Dani mengimbuhkan. Kini ia menarik sedotan dari tangan Rumi dan memasukkannya ke dalam gelas. Memang, itu milik Rumi. Namun, Dani tak peduli. Toh juga ... mereka bersahabat sejak kali pertama datang ke sekolah ini. Rumi sudah hapal dengan kebiasaan buruk gadis tomboi ini. Suka minum, minuman milik Rumi.

"Gue serius," ucapnya. "Namanya Mr. Tonny," imbuh Rumi lagi. "Dia pria tua yang—"

"Lo menjual diri?" Dani terkejut bukan main. Matanya membuka sempurna, memberi reaksi sedikit berlebihan. Tidak, ia mengenal baik Rumi. Bahkan skandal hubungannya dengan Gilang dipatahkan dengan sikap baik nan polos gadis ini. Rumi mana tahu pasal begituan.

"Gue tahu kalau ekonomi lo bakalan sulit setelah ini. Namun, setidaknya lo bisa bilang ke gue dan gue akan bantu cari pekerjaan. Menikah bukan jalan yang pas."

"Sembarang!" Rumi menghela napasnya kasar. "Gue bilang gue serius. Gue gak bohong."

Gadis itu menjatuhkan pandangan mata teduhnya. Ditatapnya segelas es jeruk milik Rumi yang disedot seperempat oleh Dani. Mr. Tonny, benar-benar menganggu dirinya saat ini. Pikirannya hanya dipenuhi oleh pria sialan itu. Baru kemarin neneknya tiada. Ini adalah hari pertama dirinya hidup sebatang kara. Ia bangun seorang diri, mendapati dirinya sendirian di dalam rumah reyot saja sudah membuat batinnya terguncang. Lalu, seorang pria tua yang usianya berkali-kali lipat jauh lebih tua darinya datang dan mengajaknya menikah.

Lelucon Tuhan sungguh gila! Rumi tak bisa mentoleransi ini lagi.

"Tenang aja! Gue akan bantu cari pekerjaan buat lo. Ada beberapa kenalan yang buka lowongan part time," ucapnya dengan enteng. Setidaknya Rumi punya keberuntungan di sini. Ia punya Dani, si tomboi super super santai dan tentang kalau menghadapi situasi apapun, bahkan situasi terburuk sekalipun.

"Gue harus menolak itu bukan?" Gadis itu menatap Dani. Keduanya saling pandang dalam diam. "Dia bukan orang Indonesia," imbuhnya. "Bukan juga sugar daddy seperti yang ada di dalam film."

Dani diam. Ia benar-benar dibisukan oleh apa yang baru saja lolos dari celah bibir Rumi. Kalimat itu bertubi-tubi. Seakan semuanya memang benar-benar terjadi. Dani tak pernah melihat kebohongan diucapkan dengan cara yang begitu mantap dan tegas.

"Rumi ...." Dani memanggilnya. "Lo serius dengan itu?" tanyanya melirih.

Rumi mengerang ringan. "Gue berharap gue bercanda. Nyatanya ini serius."

••• Big Man Season 1 •••

"Anda akan terus memaksa Rumi untuk menikah dengan Anda? Sepertinya gadis itu tak menyukai itu, Sir."

Helaan napas datang, pandangan mata tertuju pada dua gadis yang saling bertatapan satu sama lain. Bukan Mr. Tonny namanya kalau pergi begitu saja. Ia masih kokoh mengawasi Rumi sekarang ini. Jaraknya jauh, berbaur dengan keadaan dan mencoba untuk tetap tenang tanpa mengubah apapun yang ada di sekitarnya.

"Saya akan mencarikan pengantin yang bisa memberikan Anda keturunan laki-laki, saya janji, Sir. Lepaskan Rumi sebab saya yakin kita hanya akan menemukan jalan buntu." Kembali suara itu terdengar. Sebanyak apapun yang dikatakan, Mr. Tonny nampak tak peduli. Semuanya dianggap bak angin berlalu saja.

Rumi istimewa. Dia tak sama dengan orang di luar sana. Dia adalah anak dari seorang wanita yang dulunya menjadi pejuang wanita satu-satunya dalam pusat komando Black Wolf dan Hawtorn sebelum akhirnya berkhianat dan melahirkan Rumi sebagai putri mereka.

Perjanjian tetaplah perjanjian. Rumi sudah berada dalam lingkup Hawtorn dan Black Wolf. Artinya dia bukan orang asing. Alasan Mr. Tonny begitu kokoh dengan apa yang ia inginkan adalah sebab ia tahu Rumi pasti akan melahirkan anak laki-laki untuk dirinya. Fisiknya akan kuat seperti sang ayah. Dia melakukan penelitian akan hal itu selama bertahun-tahun untuk mematahkan semua kutukan yang membelenggu kepercayaan Hawtorn dan Black Wolf selama bertahun-tahun lamanya. Kutukan itu tak pernah ada dan Mr. Tonny akan segera mematahkannya.

"Rumi bahkan punya seorang kekasih—"

"Siapkan gaun pengantinnya saja, jangan banyak berbicara atau kau akan kupecat," pungkasnya menutup kalimat. Menatap si anak buah yang kini diam membisu tak ada suara yang terucap.

Pria muda itu mengangguk. Membungkuk ringan kemudian. "Maafkan saya, Sir."

Mr. Tonny kembali menatap ke arah Rumi. Ia menghela napasnya kasar. Hanya ada satu cara untuk membuat Rumi datang padanya dengan kemauannya sendiri. Rumi tak pernah bertemu dengan sang ibu kandung. Gadis itu pasti mengira bahwa jasad ibunya benar-benar dipendam dalam tanah. Namun, siapa sangka? Tubuhnya ada di laboratorium ilegal pusat komando yang ada di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat.

"Kirimkan pesan pada Rumi ...." Ia berucap. Menarik perhatian anak buahnya. "Aku akan datang ke rumahnya nanti malam."

... To be continued ...

Próximo capítulo