webnovel

Bab 21

"Bakar saja mereka." Teriak warga sambil mengacungkan obor.

"Tenang kalian jangan gegabah," ujar Pak RT.

"Ini tidak bisa di biarkan Pak RT," ujar seorang warga.

"Kita tunggu dulu mereka keluar," ujar Pak RT.

"Keluar kalian atau akan kami bakar," teriak warga.

"Sudah kita ke dalam saja," ujar seorang warga.

Saat Pak RT dan beberapa warga ke dalam Tante Lidia dan suaminya telah kabur Kakek dan Ayahku tidak sempat menahan mereka karena fokus kepada Adikku. Karena mereka kabur warga merusak semua benda yang ada di sana dan setelah itu mereka pulang, tetapi warga masih tetap mencari keberadaan Tante Lidia dan suaminya. Setelah barang-barang mereka di hancurkan ternyata membuat sosok Makhluk itu keluar di sarangnya karena di hancurkan dan meneror semua warga.

"Kata warga sekarang sering ada Makhluk yang gentayang saat malam," ujar Ayah.

"Ayah tahu dari siapa?" tanya Mamah.

"Tadi Pak RT yang menceritakannya," jawab Ayah.

"Apa mungkin itu Makhluk peliharaan Tante Lidia," ujarku.

"Mungkin saja Ayah tidak tahu," ujar Ayah.

"Pokoknya setelah Magrib kalian jangan keluar rumah bahaya," ujar Ayah.

Setelah kejadian yang menimpa Adikku dia jadi lebih pendiam dan pandangannya seperti kosong, kadang dia tertawa sendiri saat aku tanya dia hanya terdiam dan menatapku dengan tajam. Kami semua khawatir dengan keadaannya bahkan dia tidak mau makan dan minum badannya menjadi kurus dan wajahnya sangat pucat, saat sedang menonton TV Adikku tiba-tiba kejang dan badannya panas.

"Mah Adek kejang!" Teriakku.

"Kenapa bisa sampai begini?" tanya Mamah.

"Aku enggak tahu, tiba-tiba saja begitu," jawabku.

"Kamu ambilkan obat," pinta Mamah.

"Mah obatnya habis," ujarku.

"Kalau begitu tolong kamu beli di Apotek terdekat," ujar Mamah panik.

Aku bergegas keluar, ternyata sudah malam dan aku teringan nasihat Ayah untuk tidak keluar Malam, tapi Adikku memerlukan obat dan Ayah belum pulang lembur. Aku memberanikan diri pergi ke Apotek karena khawatir pada keadaan Adikku, saat di perjalanan aku melihat ke sekelilingku tidak ada orang satu pun jalan sangat sepi, aku hanya berdoa semoga tidak ada apa-apa.

"Bu permisi saya mau beli obat panas," ujarku.

"Untuk Anak atau Dewasa Neng?" tanya Penjaga Apotek.

"Untuk Anak Bu," jawabku.

"Tunggu sebentar ya," ujar Ibu itu.

"Iya Bu," jawabku.

"Ini Neng obatnya, dengan siapa ke sini?" tanyanya.

"Sendiri Bu," jawabku.

"Berani sekali kamu, apakah tidak takut?" tanyanya.

"Ya bagaimana lagi Bu Adik saya perlu obat, Ayah saya lembur," jawabku.

"Ya sudah pulangnya hati-hati ya," ujarnya.

"Iya Bu," jawabku.

Saat di perjalanan pulang ada seorang Nenek tua yang tergeletak di bawah pohon, sontak aku langsung menghampirinya karena aku pikir terjadi sesuatu kepada Nenek itu. Saat aku coba membangunkannya Nenek itu terbangun dan berdiri tetapi badannya berubah menjadi tinggi besar, bertanduk dan matanya merah menyala. Badanku tidak bisa bergerak bahkan berteriak pun susah aku hanya terduduk di tanah dan melihat Makhluk itu yang akan menerkamku.

"Pergi kau Makhluk terkutuk." Ujar seorang pria sambil menyiram air kepada Makhluk itu.

"Arggggg akan aku balas nanti," Makhluk itu mengerang.

"Kamu tidak apa-apa Nin?" tanya Pak Ustaz.

"Syukurlah ternyata Pak Ustaz," jawabku.

"Kamu sudah dari mana? Kenapa malam-malam keluar?" tanya Pak Ustaz.

"Saya dari Apotek Pak Adik saya sakit, dan Ayah belum pulang lembur.

"Kalau begitu mari Pak Ustaz antar pulang," ujarnya.

"Iya terima kasih Pak Ustaz," jawabku.

"Iya Ayo kita pergi," ajak Pak Ustaz.

Sesampainya di rumah Ayah belum pulang juga dan Adikku panasnya semakin tinggi Mamah langsung memberikan obat itu kepada Adikku, karena ada Pak Ustaz Mamah sekalian meminta tolong untuk memeriksa Adikku apa yang sebenarnya terjadi kenapa Adikku menjadi seperti itu. Pak Ustaz melihat hal yang aneh, ternyata Adikku masih terkena sihir dari Tante Lidia dan mereka masih memantrai Adikku agar menjadi tumbal mereka.

"Ternyata Makhluk itu masih mengincar Anakmu," ujar Pak Ustaz.

"Terus saya harus bagaimana?" tanya Mamah.

"Kamu harus menjaganya, jangan biarkan dia sendirian takutnya dia melukai dirinya sendiri atau pergi lagi," jawab Pak Ustaz.

"Bagaimana cara menghentikan ini Pak Ustaz?" tanya Mamah menangis.

"Kita harus menemukan mereka dan suruh mereka untuk menghentikan ini," ujar Pak Ustaz.

"Tapi kita harus mencari ke mana," Mamah menangis.

Saat Mamah sedang menangis Ayah pulang, dan dia keheranan melihat ada Pak Ustaz dan melihat Adikku terbaring lemas. Pak Ustaz mengajak Ayah ke ruang tamu dan memberitahunya semua yang terjadi dan menyarankan untuk segera mencari Tante Lidia dan suaminya untuk menghentikan semua ini, Pak Ustaz berjanji kalau dia akan menolong keluargaku sampai semuanya selesai.

"Terima kasih karena Pak Ustaz menolong keluarga saya," ujar Ayah.

"Sudah kewajiban kita untuk saling menolong, kamu jangan segan," jawabnya.

"Terus kita harus mencari mereka di mana Pak Ustaz? Bahkan Polisi juga belum bisa menemukan mereka," ujar Ayah.

"Allah pasti akan segera memberi kita petunjuk," jawab Pak Ustaz.

"Iya semoga saja," ujar Ayah.

"Sekarang saya pamit pulang besok kita bicarakan lagi masalah ini," ujar Pak Ustaz.

"Kalau begitu biar saya antar," ujar Ayah.

"Tidak usah kamu jaga saja keluarga kamu," ujar Pak Ustaz.

"Kalau begitu sekali lagi terima kasih Pak Ustaz," ujar Ayah.

Pak Ustaz pulang kemudian Ayah membawa Adik ke kamarku agar dia bisa beristirahat, karena aku juga mengantuk aku juga tidur di samping Adikku. Aku bermimpi Adikku berada di gudang Tante Lidia dengan berlumuran darah, aku menghampirinya dan membuka ikatan yang mengikat tubuhnya dia tidak berbicara sepatah kata pun pandangannya juga kosong tiba-tiba dari belakang tubuhnya muncul Makhluk itu dia langsung mendekap Adikku dan akan membawanya aku berusaha menahannya agar Adikku tidak di bawanya.

"Jangan bawa Adikku!" Teriakku.

"Dia miliku!" ujarnya.

"Tidak! Dia bukan milikmu!" Teriakku.

"Dia telah di berikan kepadaku," ujarnya.

"Tidak!" Teriakku.

"Dia peliharaanku sekarang," ujarnya.

"Jangan! Jangan! Jangan!" Teriakku.

Aku terbangun dan langsung melihat Adikku, syukurlah dia masih berada di kasur. Tapi aku khawatir apakah mimpiku itu benar, aku harus memberitahu hal ini kepada Orang tuaku. Saat aku pegang badan Adikku sangat dingin, aku langsung lari memanggil Orang tuaku untuk mengecek keadaan Adikku, karena panik Orang tuaku membawanya ke rumah sakit. Ternyata Adikku koma tetapi saat Dokter memeriksa dia tidak memiliki penyakit apa pun bahkan keadaannya sangat sehat, dan Dokter belum bisa menemukan penyebab Adikku koma. Mamah sangat terpukul kami bergantian menjaga Adik di Rumah sakit terkadang Ayah izin tidak masuk kerja agar bisa menjaga Adik di Rumah sakit.

Próximo capítulo