webnovel

Ledekan Tasya Jadi Obat Tersendiri

Dengan perasaan yang terus bercampur aduk, Lionel mulai memberanikan diri untuk menanyakan apa maksud ucapan Tasya.

"Memangnya Om Lio kenapa?" tanya Lionel sembari terus menatap Tasya.

"Om Lio katanya Oma Farah kan nakal, jadi Om Lio maunya jadi nenek sihir ya bukan anak baik," jawab Tasya dengan nada bicaranya yang agak belibet.

Seketika Lionel, Mama Farah dan Ayumi langsung menghembuskan nafas leganya.

"Duh, aku pikir apa," ucap Mama Farah dalam hatinya lega.

"Masa Om Lio di samakan sama nenek sihir?" tanya Mama Farah semabari tersenyum-senyum melirik Tasya yang menggemaskan itu

"Aw sakit Ma," ucap Lionel semabari mengeriyitkan keningnya.

"Tahu sakit bukan langsung di obati malah ngumpet di kamar," sahut Mama Farah dengan nada kesal.

Tak lama Mama Farah mulai melirik Ayumi.

"Ayumi, coba kau yang kompres. Aku kurang lembut," ucap Mama Farah dengan cepat memberikan kain kompres itu ke tangan Ayumi.

"Apalagi dia Ma, yang ada perut ku malah di tonjok," ucap Lionel dengan nada malas.

Mama Farah mulai mendudukkan Ayumi di dekat Lionel, setelah itu Mama Farah kembali naik ke atas ranjang menemani Tasya yang kini tengah menemani Lionel sembari meminus susu dalam dot nya.

"Mana mungkin," sahut Mama Farah dengan nada meledek.

"Iya pak, mana mungkin saya tonjok bos saya sendiri," ucap Ayumi sembari menatap Lionel.

"Awas saja kalau sakit, aku tenggelamkan kau di kolam ikan depan rumah," ucap Lionel mulai mengancam bodyguardnya itu.

Seketika Mama Farah langsung terkikih mendengar ancaman putranya itu.

"Iya pak, ada bakal pelan-pelan kompres luka pak Lio," sahut Ayumi, kini ia mulai mengompres luka memar di perut Lionel itu.

"Jangan marah-marah terus Om Lio, nanti hidungnya tambah panjang kaya nenek sihir," ucap Tasya sembari memandangi Lionel.

Lionel langsung melirik tajam bocah kecil itu.

"Nenek sihir nenek sihir," sahut Lionel dengan nada kesal.

"Lio, jangan pakai nada tinggi kalau bicara sama anak-anak," ucap Mama Farah mulai memperingatkan putranya itu.

"Lagian dari tadi Ma, aku di katain nenek sihir terus," sahut Lionel, kesal.

Mama Farah mulai melirik Tasya.

"Ya gimana anak kecil tak mengatai mu begitu, orang kau saja sukanya marah-marah," ucap Mama Farah.

"Aku marah kan juga ada sebabnya Ma," ucap Lionel tetap berusaha membela diri.

"Aw," teriak Lionel.

"Sudah-sudah, tak becus kau minggir sana," ucap Lionel makin kesal.

"Lio, sepertinya kau harus ke dokter. Mama takut ada luka dalam," ucap Mama Farah menatap luka memar di perut Lionel semabari mengerutkan keningnya.

"Tak perlu Ma, besok ini juga sembuh sendiri," sahut Lionel dengan santainya.

"Orang biru begitu," ucap Mama Farah terus menghawatirkan Lionel.

"Sebentar lagi juga sembuh," sahut Lionel tetap santai.

"Pak, ini mau di lanjut kompres lagi atau?" tanya Ayumi terhenti sebab sangking takutnya dengan tatapan Lionel.

"Tak usah," jawab Lionel, ketus.

"Gimana mau cepat sembuh kalau kau tak mau di kompres?" tanya Mama Farah kembali mengerutkan keningnya.

"Ayumi," panggil Mama Farah kini mulai menatap bodyguard putranya itu.

"Cepat kompres lagi," ucap perintah Mama Farah.

"Baik Tan," sahut Ayumi dengan cepat ia kembali mengompres luka memar di perut Lionel.

"Pelan-pelan ya," ucap Lionel mulai memperingatkan Ayumi dengan tegas.

"Iya Pak," sahut Ayumi lirih, jelas bercampur kesal.

"Papa nya Tasya waktu itu kalau sakit yang urus Mama," ucap Tasya sembari terus memandangi Lionel.

Ucapan Tasya itu seketika membuat tenggorokan Lionel, Mama Farah dan Ayumi tersedak, mereka sedih melihat Tasya teringat kedua orang tuanya yang mustahil selamat dari kecelakaan pesawat itu.

Mama Farah dengan cepat mendekap hangat tubuh Tasya, sembari menghujaninya dengan ciuman di kening dan pipinya.

"Tapi Om Lio kenapa malah di urus Tante Ayumi bukan istrinya," ucap Tasya mulai bertanya-tanya.

Seketika raut muka Lionel langsung berubah menjadi masam.

"Memang ya, kau tak ada hari tanpa meledek ku," ucap Lionel dengan nada kesal.

Tasya makin kebingungan, lantas Mama Farah mulai menjelaskan.

"Tasya, Om Lio itu belum menikah jadinya tak punya istri," ucap Mama Farah mulai menjelaskan pada Tasya dengan sangat lembut.

"Kenapa belum menikah?" tanya Tasya sembari menegrutkan keningnya.

"Belum ketemu jodohnya," jawab Mama Farah semabari terus tersenyum melihat Tasya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar.

"Jodoh itu apa Oma?" tanya Mama Farah kembali melirik Mama Farah.

"Jodoh itu apa ya," sahut Mama Farah mulai menggaruk-garuk kepalanya.

"Jodoh itu pasangan sehidup semati yang sudah di tetapkan Allah," ucap Lionel dengan muka datarnya.

"Bahasa mu terlalu gimana gitu Lio, anak umur segini mana bisa ngerti pasangan sehidup semati," ucap Mama Farah kini kembali menatap putranya.

"Ya gimana Ma, dia tanya terus. Pusing aku masa harus olah kata-kata lagi," sahut Lionel agak kesal.

"Perasaan aku waktu kecil tak gini-gini amat," ucap Lionel semabari melirik Tasya.

"Iya kau waktu kecil memang tak banyak tanya, tapi bandel nya minta ampun," sahut Mama Farah membenarkan ucapan Lionel, namun juga membuka kenakalan putranya di masa kecil.

"Om Lio bandel Oma?" tanya Tasya terus menatap Mama Farah.

"Iya Tasya, Om Lio itu bandel pas waktu kecil. Kayanya sampai besar juga tetap bandel," jawab Mama Farah dengan nada meledek.

"Enak saja," ucap Lionel mulai tak terima.

Tak lama Mama Farah teringat dengan Moza kekasih putra semata wayangnya itu, yang tadi pagi datang ke rumah.

"Tasya, Oma tadi ada marshmellow di kulkas. Pasti Tasya suka," ucap Mama Farah yang ingin berbicara dengan Lionel tanpa ada Tasya.

"Wah iya Tasya suka," sahut Tasya dengan cepat ia beranjak dari duduknya, ia langsung melompat dari ranjang Lionel.

"Tasya ambil dulu ya," ucap Tasya mulai berlari keluar dari kamar Lionel.

"Ayumi, tolong jaga Tasya dia pasti susah turun tanganya," ucap perintah Mama Farah.

"Baik Tan," sahut Ayumi, dengan cepat ia mengejar Tasya yang sudah berlari keluar tadi.

"Permisi Tante, Pak Lio," ucap pamit Ayumi yang kini sudah berada di tengah-tengah pintu kamar Lionel.

Mama Farah kembali menatap Lionel.

"Lio, Mama mau bicara serius dengan mu," ucap Mama Farah.

Lionel mulai memejamkan kedua matanya dengan sekejap, ia tahu apa yang akan di bicarakan Mamanya. Tak lain tak bukan tentang Moza, rasaya tubuh Lionel saat ini seketika langsung lemas dan malas.

"Iya, bicara saja Ma," sahut Lionel dengan santainya.

"Mama mau tanya, kau itu ada masalah apa sebenarnya sama Moza?" tanya Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.

"Tuh kan benar, yang di bahas pasti itu itu lagi," ucap Lionel dalam hatinya.

Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.

Próximo capítulo