webnovel

AKU CEMBURU

Seina salah tingkah dan tak bisa berbuat apapun, Elan menatapnya penuh arti.

"Cari siapa?" peklik Elan.

"Eumb...." Seina bingung untuk beralasan apa sedangkan Elan terus menatap wajahnya.

"Gak, aku balik ke kelas dulu" pekik Seina.

Elan hanya menggeleng.

**

Elina mendekati seina dan berdehem.

"Ehem."

Seina melirik elina yang tampak ingin berbicara namun terlihat canggung.

"Duduk sini Na" ajak Seina dan mempersilahkan Elina untuk duduk disampingnya.

"Kamu balik kapan?" pekik Elina.

"Semalam" ucap Seina cepat.

"Oh... Gimana keadaan Ayah kamu sekarang?"

"Baik."

Elina masih tampak tak yakin dengan apa yang ingin dia ucapkan, namun Seina tetap membalasnya dengan senyuman, Elina sudah menunjukkan dirinya untuk mendekati Seina, itu sudah cukup bagi Seina.

Seina melirik leher Elina, rambut Elina tampak di kuncir satu di belakang, di leher Elina tidak ada kalung yang waktu itu sempat ia pakai.

Elina merasakan Seina melirik ke arah lehernya.

"Aku sudah tidak memakai kalung itu" pekik Elina tanpa Seina tanyakan lebih dulu.

Sontak Seina kaget, Elina mengetahui apa yang ada dalama pikiran Seina.

"Kamu mau nanyain tentang kalung itu kan?" pekik Elina.

"Eng..... Gak" ucap Seina.

Elina tersenyum, "Aku tahu kok Say. Aku sudah mengenalmu lama. Jadi aku tahu kalau kamu penasaran tentang kalung itu."

Seina mengigit bibir bawahnya dan berdehem. Elina melanjutkan, "Kalung itu udah aku balikin ke Elan."

Seina menatap Elina dalam-dalam, "Kenapa bisa? Kan itu hadiah ulang tahunmu dari Elan?"

Hampir saja Seina tak ingin bertanya lebih lanjut mengenai kalung itu, namun semakin Elina membahasnya semakin Seina penasaran dan akhirnya Seina tak bisa diam untuk mengetahui alasan Elina mengembalikkan kalung pemberian Elan.

"Semakin sakit dan tercekik Sey, kalau kalung itu masih melekat di leherku" pekik Elina.

Seina tercengang, 'segitu beratkah rasamu Na terhadap Elan? Atau kamu sedang mencoba untuk melupakannya?'

Elina berkata lagi, "Aku memang mencoba melupakan hatiku, walau orangnya ada setiap saat di antara kita. Dan.. Gak mungkin juga aku melupakan orangnya. Tetapi yang ingin aku hilangkan perasaan ini. Hati ini" pekik Elina.

Seina terperajat dengan kata-kata Elina, Elina sangat mengerti apa yang ingin dikatakan Seina. Bahkan Elina menjawab semua pertanyaan Seina yang Seina katakan dalam hati.

"Ehem... Bagaiamana dengannya?" pekik Seina.

"Dia yang minta akhiri" ucap Elina.

Tentulah Seina mengerti kalau Elan yang pertama kali mengakhiri hubungan mereka, sudah terlihat jelas Elina yang begitu muram dan sakit hati, sedangkan Elan yang terlihat biasa saja.

"Kalau dengan ibun, maksudku dengan ibunnya Elan?" pekik Seina penasaran seperti apa keakraban Elina dengan ibunnya Elan.

"Aku dan ibun, yah begitu. Semenjak tahu aku dan Elan menjalin hubungan, ibun seperti tak begitu suka denganku. Wajar sih namanya juga orangtua. Makanya jika Elan ingin pergi menemuiku, pasti dia diam-diam dan beralasan di depan ibunnya " pekik Elina.

Seina hanya mengangguk-angguk seolah mengerti apa yang Elina katakan.

Vino yang sedari tadi memperhatikan Seina dan Elina, Vino menghampiri mereka.

Vino langsung duduk di depan Elina dengan membalikkan kursinya mengahdap kami.

"Kalian sedang berbicara tentang apa?" pekik Vino yang merasa ingin tahu.

Elina menatap Vino denga serius, "Bukan urusan lo!" sentaknya.

Vino tertawa seolah mengejek Elina.

"Ya ampun Na... Kamu memang gak cocok banget dijadiin temen!"

Elina berdiri, "Sejak kapan kita akrab?" ucap Elina dan meninggalkan Seina dan Vino.

Seina menggeleng dan menghembuskan nafasnya.

"Kenapa sih itu anak bikin emosi jiwa aja!" pekik Vino depan Seina.

"Ya... Menurut kamu?" seru Seina.

Seina membuka bukunya dan mencatat pelajaran yang ketinggaaln, buku catatannya ia pinjami dari Elan yang tentu saja pelajarannya juga sama.

Vino masih mengomel dan cemberut, "Gak asyik Sey berteman sama cewek judes gitu" pekik Vino.

Seina tak menghiraukan Vino dan terus menyalin catatan ke bukunya.

Vino mulai berhenti mengomel dan mengambil catatan yang Seina pinjam dari Elan.

"Tulisan siapa nih? Rapi. Kaya tulisan cewek" pekiknya.

"Sini Vin. Lagi mau aku catat" ucap Seina mencoba merebut buku Vino pegang. Namun tangan Seina tak sampai, Vino membalik-balikkan buku itu.

"Perasaan kita belum sampai sini deh Sey pelajarannya?" pekik Vino yang merasa sangat penasaran.

"Sudah. Kamunya aja yang gak masuk-masuk" ucap Seina.

"Masa sih? Ini buku siapa?"

Vino masih membalikkan buku itu dan menemukan nama pemilik buku itu.

Vino terdiam dan mengeja nama yanga da di sampul lembar kedua buku itu.

"Elan Pra...." belum selesai Vino membacanya, Vino sudah langsung malas menyebut nama cowok yang ada di buku itu.

"Sejak kapan sih kamu pinjem buku dia!" bentak Vino melempar buku itu pada Seina.

Seina menangkap buku itu dengan cemberut, "Terus....? aku mesti pinjem catataan punya kamu? Sedangkan kamu kan absen gak berangkat selama aku gak masuk juga kan?" pekik Seina.

Vino ingin menimpal perkataan Seina, namun ada benarnya juga perkataan Seina bahwa dirinya memang tak masuk sekolah selama Seina tak ada di sekolah.

"Tapi kan bisa pinjem di temen lain Sey? Tuh di Elina juga bisa" Vino melirik Elina, sedangkan Elina yang dilirik Vino terlihat mengumpatnya dengan pelan.

"Ya udah si Vin, jangan ganggu aku dulu" pekik Seina kembali menulis untuk menyalin dari buku Elan.

Elina tahu Seina meminjam buku Elan, Vino berkoar kencang membuat seisi ruangan juga mengetahuinya. namun Elina tak cemberut pada Seina.

**

Pelajaran hari itu telah berakhir, Seina ingin menemui Elan dan memngembalikan bukuya.

"Mau kemana Sey?" pekik Vino yang mencoba mendekati Seina.

"Mau ke kelas Elan" ucap Seina.

"Ngapain?" ucapnya.

"Ini" Seina memperlihatkan buku Elan.

"sejak kapan sih kamu pinjam buku dia?" ucapnya sewot.

Seina tak menjawab pertanyaan Vino, jika Seina menjawabnya hanya akan membuat Vino semakin menjadi macan yang akan menerkam dan marah-marah tak jelas.

"Sini aku aja" pekik Vino.

"Hah?"

Vino merebut buku yang Seina pegang, "Vin tunggu!" ucap Seina.

Vino melirik Seina dan menghentikan langkahnya.

"Kamu mau ke mana?" ucap Seina.

Vino memperlihatkan buku Elan, "ini."

"Bukan itu, maksud aku, kamu yang akan mengembalikan buku itu ke Elan? Beneran?" ucap Seina dengan wajah was-was.

Pasti akan ada perang jika Vino yang mengembalikkan buku itu pada Elan.

"Jangan Vin!" bentak Seina.

"Sini bukunya?" ucap Seina dan mengulurkan tangannya supaya Vino mengembalikan buku itu.

"Tolonglah Vin?" pekik Seina memohon.

Seina tak ingin ada keributan antara Vino dengan Elan. Dari tatapan wajah Vino sudah semakin jelas kalau Vino tak sedang bersahabat dengan Elan.

**

Dengan susah payah Seina memohon supaya buku Elan dikembalikan kepadanya. Akhirnya Vino menurutinya dan mengembalikan buku itu, tatapi tak semudah yang dibayangkan. Vino meminta syarat untuk menemaninya makan malam di luar dengan Vino. Seina sebenarnya malas, namun demi dikembalikannya buku itu, akhirnya Seina menyetujui ajakan Vino.

**Bersambung....

Terimakasih sudah membaca cerita ini, yuk beri coll dan review untuk meramaikan cerita ini.

Próximo capítulo