webnovel

Impoten Without You part 12 permainan di club malam

"Oh, Tuhan. Syukurlah dia sudah kembali," ucap Cristal bernapas lega melihat Auristella sudah berjalan kembali ke arah mereka.

Emily mendengar ucapan Cristal menaikkan sebelah alisnya ke atas. Dia seperti salah mendengar sesuatu.

"Tidak biasanya kamu mengatakan hal seperti itu. Aku sampai harus memastikan kata-kata pertama yang kamu ucapkan tadi." Emily tersenyum miring setelah mengucapkan itu. Mereka semua melihat ke arah Auristella yang sedang berjalan kembali. Tapi hanya Violeen seorang yang menyipitkan matanya. Dia seperti sedang menyelidiki sesuatu.

"Auri, kamu baik-baik saja?" Cecar Cristal tidak sabaran setelah Auristella baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa.

"Aku? Aku baik-baik saja. Memangnya ada apa?" tanya Auristella mencoba berbicara setelah mungkin. Dia menyadari tatapan Violeen yang sejak tadi peneliti penampilannya.

"Tidak ada. Kami hanya khawatir saja kamu tidak cepat kembali." Gudytha yang menjawab pertanyaan Auristella.

"Tadi aku merasa kamu sedang terpengaruh oleh obat perangsang. Sepertinya ada seseorang yang sengaja mencampurkan benda itu ke dalam minumanmu. Karena itu kami khawatir ketika kamu tidak kunjung kembali dari toilet. Bisa jadi orang yang mencampur obat itu menunggumu waktu yang tepat untuk menghabisi dirimu." Violeen tanpa ragu-ragu menyambung cepat pernyataan Gudytha. Dia menjelaskan langsung kepada Auristella tanpa menyembunyikan sesuatu. Seperti itu lebih baik, pikir Violeen.

"Ya, kami sangat mengkhawatirkanmu. Tapi melihatmu baik-baik saja dan sudah kembali berkumpul bersama kami, itu sudah membuat kamu senang." Cristal melanjutkan perkataan Violeen dengan senyuman merekah dan juga bahagia. Rasanya sudah tenang, tidak terjadi sesuatu pada Auristella seperti yang ada di pikirannya.

"Ah, terima kasih banyak. Kalian memang sahabatku yang sangat baik hati. Terima kasih sudah mengawatirkan aku," ucap Auristella menanggapi semua perkataan para sahabatnya. Dia sedikit salah tingkah, tapi tetap berusaha ekspresi dan gerakannya. Takut jika nanti Violeen bisa membaca kesalahannya sedikit saja dalam perkataan ataupun gerakan.

"Bagaimana? Siapa yang mendapatkan kekalahan ketika aku pergi?" tanya Auristella mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dan mengembalikan agar mereka semua fokus pada permainan seperti sebelumnya.

'oh, Tuhan. Maafkan aku yang sudah membohongi mereka. Dan kalian juga, aku minta maaf tidak bisa berbicara jujur tentang apa yang terjadi di toilet. Menurutku, hal itu sangat memalukan sekali.' Batin Auristella sembari sedikit melamun. Dia juga tidak fokus terhadap botol yang saat ini sedang berputar.

"Yah, dia berhenti di tengah-tengah kita," keluh Emily melihat botol yang diputarnya berhenti di antara dia dan juga Cristal.

"Itu artinya permainan ini masih belum sah. Sekarang Kamu putar lagi supaya kita bisa mendapatkan anggota yang kalah dengan jelas," ujar Violeen cepat agar mereka bisa bersenang-senang.

"Semoga malam ini aku tidak mendapatkan," ucap Cristal seraya berdoa jika dia akan kalah lagi, untuk selanjutnya dia tidak akan mau melakukan permainan seperti ini.

"Dengan kamu berdoa seperti itu, tidak akan membuat botolnya berpaling darimu jika memang sudah menjadi waktunya kamu yang mengalami kekalahan. Takdir tidak akan bisa dirubah hanya dengan doa. Kecuali kamu berusaha untuk berbuat curang," sinis Gudytha kepada Cristal. Dia berkata dengan nada yang sangat mengejek. Cristal yang mendapatkan ucapan seperti itu, dia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan bibir yang dimasukkan ke depan. Kesal mendengar ucapan dari salah satu sahabatnya itu.

"Wah, wahh. Ternyata salah satu sahabat kita sudah ada yang percaya dengan yang namanya takdir. Ah, kamu seperti orang yang sedang menasihati kami. Pasti aku akan sering merindukan nasehatmu yang seperti ini agar membawaku keluar dari zona gelap ini."

Violeen menanggapi dengan semangat. Tapi dalam setiap kata-katanya yang keluar, mengandung hinaan secara halus kepada Gudytha. Dan ucapan yang langsung membuat Cristal memiliki wajah cerah. Dia merasa ada seseorang yang sedang berpihak padanya saat ini.

"Aku netral. Tidak ingin mendukung salah satu di antara kalian. Hanya saja, semoga bunda ini tidak berhenti menuju ke arahku."

Emily menanggapi ucapan mereka. Namun matanya menatap lekat pada botol yang sedang berputar semakin. Hanya Auristella sendiri yang masih terdiam sejak tadi. Tapi dia ikut tersenyum mendengar perkataan para sahabatnya.

"Kalian ini aneh," ucap Auristella singkat. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang baru saja keluar dari mulutnya. Dia memang berpura-pura ikut dalam pembicaraan mereka. Lalu matanya menatap lekat pada botol itu sama seperti Emily.

Hanya saja pikirannya tidak berada di sana. Dia masih mengingat semua kejadian yang terjadi di toilet. Auristella juga masih memikirkan perkataan Avnan yang meminta mereka untuk bertemu di sebuah hotel.

Seketika Auri mengingat sesuatu. Dia mendongakkan wajahnya menatap Avnan yang sedang duduk tidak jauh dari sana. Dan ternyata pria itu juga sedang menatap dirinya. Ketika pandangan mereka bertemu, Avnan menyeringai dan memberikan kecupan jauh melalui mulutnya.

Glek!

Auristella menggelengkan kepalanya mencoba untuk menyadarkan diri. Dia tidak boleh terpengaruh oleh Avnan. Pria itu sangat berbahaya. Jika sedikit saja berada dekat dengannya, semua akan menjadi runyam dan sulit untuk diselesaikan. Yah, seperti dia saat ini. Pikir Auristella melayang.

Hingga suara dari Gudytha yang mengumpat membawanya kembali pada kesadarannya. Auristella mengerutkan keningnya tidak mengerti apa yang membuat wanita cantik itu mengumpat dengan kasar. Kemudian pandangannya beralih pada botol. Ternyata botol itu masih belum memberitahu siapa yang akan kalah dalam permainan ini sekarang.

"Kenapa dia susah sekali untuk berhenti di tempat yang tepat? Apa perlu kita merapatkan diri agar botol itu tahu siapa yang ditunjuknya?" Ucap Cristal yang sudah mulai merasa kesal. Pasalnya, ini sudah ketiga kali botol itu tidak menunjuk ke arah yang tepat.

"Apa perlu aku yang memutar? Sepertinya kesalahan bukan pada botol ini. Tapi pada wanita yang memutarnya." Suara Violeen seperti sebuah kode agar mereka selalu menuruti ucapannya. Tapi sayang, sang pemilik giliran yang memutar botol tidak mengizinkan itu.

"Kamu tidak perlu repot-repot menggantikan aku memutarnya. Ini baru ketiga kalinya dia menunjuk ke arah yang salah. Jika sampai dua kali lagi dia masih tetap seperti itu, aku bersedia menjadi pengganti dalam kekalahan permainan ini. Aku tidak terima giliran aku memutar harus diambil oleh seseorang." Protes Emily tidak terima dengan usul dari Violeen.

"Kalian sangat membosankan. Sebaiknya hentikan permainan ini dan kita nikmati waktu sekarang untuk bersenang-senang," ucap Auristella menyandarkannya nyaman tubuhnya di sofa.

'aku harus memikirkan cara bagaimana agar aku tidak bertemu dengannya malam ini. Bisa habis jika sampai berakhir bersama Avnan di hotel. Aku pasti tidak akan selamat darinya.' Batin Auristella resah.

Sebenarnya sejak tadi kembali dari toilet, Auristella tidak terlalu peduli dengan permainan ini. Dia terus saja melamun, memikirkan berbagai rencana untuk menyelamatkan dirinya. Tapi tetap para sahabatnya tidak boleh ada yang tahu satu pun. Parahnya, kalau sampai botol itu menunjuk pada dirinya, pasti hal yang lebih buruk akan terjadi.

Mengingat sasaran para sahabatnya sama seperti permintaan Avnan yang meminta dia menemuinya di hotel.

'akhh sial! Kenapa malam ini aku sangat sial? Padahal aku adalah wanita yang suka membantu orang lain. Aku mengerjakan apapun dan rela menjadi apa pun. Tapi mimpiku untuk bersamanya tetap besar. Hanya saja, jika dengan cara seperti ini, semuanya tidak akan ada yang berharga pada diriku.' Batin Auristella masih terus berperang dalam hatinya. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. Apalagi jika sampai kesalahan yang dia lakukan akan berimbas pada masa depan.

"Ah. Ini yang kita tunggu-tunggu!" Pekik Cristal bahagia dengan suara yang sangat nyaring. Dia seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan dari ibunya.

"Ada apa sih, kalian ini. Suara kalian membuat kepalaku semakin pusing," ucap Auristella dengan suara tenangnya.

"Auri Kitty, kamu tidak ingin ikut bahagia bersama kami? Lihatlah benda yang ada di atas meja itu. Dia adalah alasan terbesar kebahagiaan kami malam ini." Violeen mengatakan dengan kata-kata yang diucapkan sangat lambat.

Seketika Auristella langsung melihat ke arah meja. Matanya membulat saat mengetahui kebenaran yang ada di sana.

"Kamu mangsa kami malam ini, Auri Kitty," ujar Emily.

"Dan semuanya harus sesuai dengan perjanjian yang sudah kita buat," ucap Gudytha mengingatkan seraya melihat Auristella yang mulai tidak nyaman.

Próximo capítulo