Dan saat melihat itu, Sapri tertegun.
Ariel bukan tertawa, melainkan... menangis. Membuat Sapri menatapnya iba serta kehilangan katanya. Sapri yakin, semua ini... pasti berhubungan dengan Niky.
Satu minggu telah berlalu, Ariel berusaha melanjutkan hidupnya, tidak lagi ditemani alkohol dan berusaha hidup dengan normal. Niky bilang dia harus bahagia, namun, hingga detik ini yang Ariel rasakan hanya hampa. Kehampaan yang membuatnya tercekik dan tidak lagi tahu kemana arah tujuan dalam hidupnya. Dulu, yang ada di kepala Ariel hanyalah hidup untuk bersenang-senag tanpa gangguan. Namun kini, bahkan Ariel sudah lupa bagaimana caranya bersenang-senang.
Dengan Niky, dia bisa melakukannya meski hanya sambil berbaring di tempat tidur. Berdebat konyol dan kekanakan. Tapi sekarang, Ariel tidak tahu harus bagaimana.
Rasanya sepi... Sendirian... dan menyedihkan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com