Seseorang yang duduk di bangku sebelah kami, hanya diam melongo.
"Heh! Dengar nggak, sih? Turun, kubilang. Sopir angkotnya naik pitam.
"Ia, Pak. Sabar bisa kali."
Aku beranjak turun, diikuti Dina di belakang. Kami pergi menjarak. Tapi, angkotnya tidak juga pergi.
"Heh! Enak saja main kabur. Bayar"
Duh, aku lupa belum bayar. Aku merogoh saku, dan .. duh!
"Nih, bayar? Dina mengulurkan uang empat ribi rupiah.
Aku mengambil dan membayarkan pada sopir angkot "Makasih, Pak!
"Sama-sama" jawab Pak Sopir, lalu angkotnya jalan.
Kami berdua tiba-tiba tertawa.
Langit sudah semakin abu-abu. Beberapa meter depan kami, ada sebuah jembatan. Di depannya lagi, ada mal: Aku tidak mungkin mengajak Dina ke mall, selain tidak seru, aku tidak punya uang lagi di kantongku.
"Kampus sudah dekat. Jalan kaki saja, yuki"
"Jalan kaki?"
"Iya, paling lima belas menit sampai."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com