Wanita muda itu terlihat ikut mengelap air matanya. Ia tak tega melihat ibunya dan kakak lelaki satu-satunya itu berada di kondisi seperti ini terus-terusan.
Tapi, lelaki itu masih tetap diam. Meski matanya berkaca-kaca seperti menahan tangis. Lalu ia mengelakkan kepalanya sebelum dua wanita itu menyadarinya. Ia memberikan rantang makanan pada wanita muda itu, yang artinya dua wanita itu sudah boleh meninggalkannya. Dan ia tak ingin ikut pulang.
"Ayolah, Mak, sepertinya Uda memang bahagia seperti ini. Ia tak peduli pada dirinya. Apalagi pada kita." Ucap wanita muda itu kesal.
"Tak boleh seperti itu. Bagaimanapun, ia adalah abangmu. la adalah darah daging Amak."
"Tetapi lihatlah! Ia bahkan tak menjawab ucapan Amak. Apa itu yang disebut anak?"
"Eh, kamu tak boleh bicara seperti itu. Nanti dia tambah sedih. Ayo kita pulang. Biarlah dia di sini. Mungkin kamu benar, ia lebih bahagia seperti ini."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com