"Gue juga." Ify menyusul Sivia dan ia membaringkan tubuh di samping temanku itu. Mereka berdua sepertinya ketakutan. Jujur, sebenarnya aku juga memiliki firasat yang kurang baik dengan kamar ini. Entah kenapa suasana kamar ini begitu menyeramkan, mungkin aura dari orang yang sudah bunuh diri di sini masih terasa kental. Namun entahlah, aku tidak terlalu mengerti akan hal seperti itu. Tidak lama dari itu, beberapa pekerja hotel datang dengan membawa sebuah kasur cukup besar dan menaruhnya di lantai. Lalu setelah itu mereka pergi tanpa berkata apa-apa, bahkan ketika Alvin bertanya pun mereka tak menjawab.
"Kenapa lo gak bilang dulu sama gue Cak tentang hal ini? Kenapa dengan tiba-tiba lo nyewa kamar ini?" tanyaku. Cakka hanya terkekeh.
"Kalau gue bilang, kalian gak akan mau buat nginep di kamar ini. Ya lagian cuma kamar ini yang tersisa," jawab Cakka. Entah ia bohong atau tidak, namun aku cukup kesal dengan keputusannya itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com