webnovel

How Does it Feel 4

[ KISAH INI TERDAPAT UNSUR KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN. DILARANG KERAS UNTUK DITIRU ]

"Lu udah bikin kakak gua menderita dan sekarang gua mau lu menderita juga," ucap Ray. Suaranya sangat menggema di ruangan ini.

BLEP!

Ray menusukkan pisau kesayangannya tepat di bahu David dan mengoyakkan pisau tersebut hingga bahu David benar-benar rusak, David menangis dan meronta-ronta. Lalu Ray menatap Lee yang sedang memejamkan matanya ketakutan. Sepertinya lelaki keturunan china itu sangat takut dengan Ray, padahal umurnya lebih tua dirinya dibanding Ray.

"Hai kak," sapa Ray sopan. Lee tampak membuka mata.

BLEP!

"MMMFFTHHH …." Tiba-tiba saja Lee bergumam keras. Ternyata penyebab dari Lee bergumam seperti itu adalah karena Ray menancapkan pisau yang lebih besar dari pisau sebelumnya di kepala Lee. Lebih tepat di atas kepala Lee dan Ray menekan sekeras mungkin hingga hanya terlihat gagangnya saja. Darah segar keluar dari kepala Lee dengan derasnya. Mungkin tancapan yang Ray lakukan sudah menusuk hingga ke otak Lee. Ray benar-benar berbahaya dibanding diriku. Aku saja tak berpikiran akan membunuh korbanku dengan cara menusukkan pisauku di kepalanya. Seketika Lee sudah tak bernafas. Matanya masih melotot dengan air mata yang mengalir. Menyedihkan sekali.

Ray menghampiri David dan kembali menarik pisaunya dari bahu David. Dia berjalan pelan keluar ruangan ini. Tak lama ia datang kembali sambil membawa sebuah botol air yang sepertinya untuk ia minum. Namun dugaanku salah, Ray membuka botol air tersebut dan menuangkannya ke dalam luka yang ada di bahu David. Alhasil David kesakitan dan mungkin itu sangat perih.

"Yo, lu tau ini apa? Ya, ini alkohol," kata Ray menjawab kebingunganku. Aku mengangguk paham. Ternyata air bening itu alkohol. Jika ada luka dan air bening ini dimasukkan ke luka itu, alhasil luka tersebut akan terbakar sempurna. Aku menatap luka yang ada di bahu David dan benar saja, luka parah seperti luka bakar mulai terlihat. Daging di bahu David mulai melepuh dan sedikit berbau aneh. Tentu saja David langsung bergumam-gumam dengan keras merasakan panas di bahunya. Ia menangis sambil menatapku seakan-akan meminta tolong, aku hanya menatapnya datar. Ray menghampiri Lee dan menarik pisaunya itu ke depan. Sepertinya Ray akan membelah kepala Lee dengan tangannya sendiri tanpa bantuan alat besar seperti gergaji mesin. Ray benar-benar gila!

Dan benar saja, dengan kekuatan anak SD ini kepala Lee benar-benar terbelah walaupun hanya terlihat garis saja, lalu Ray mencabut pisau itu dan menusuk perut Lee. Kemudian, ia memutilasinya dengan gergaji dengan potongan kecil-kecil. Kepala Lee ia biarkan terdiam di samping mayat Lee, sedangkan kaki dan tangan Lee dibiarkan terletak di mana-mana.

Tiba-tiba mataku melebar dan jantungku berdebar tak karuan. Kau tahu? Ray memakan daging Lee mentah-mentah di hadapanku lagi. Secara LIVE dan itu ... aisshh menjijikan!

"Hooeekk .…" Aku muntah. Ray benar-benar membuat perutku mual. Aku bangkit dari dudukku dan menjauhi tempat di mana aku duduk tadi. Terus menerus ku keluar isi perutku, bahkan makanan yang sempat ku makan tadi kembali keluar. Itu benar-benar menjijikan! Bagaimana bisa Ray memakan daging seperti itu dan menikmatinya?

"Gila lu Ray!" ucapku setelah perutku mulai membaik. Ray terkekeh pelan.

"Ini enak, Yo. Kayak beef," katanya. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Perasaanku mulai tak enak dan bau anyir mulai memenuhi ruangan ini. Ternyata bukan hanya aku yang muntah, David yang masih hidup ikut-ikutan muntah juga.

"Gila lu," gumamku. Ray menatapku lalu dengan sengaja ia memakan daging mentah tersebut. Aku kembali mual dan muntah, lalu membelakangi Ray.

"Stop Ray! Udah dong!" pintaku. Aku merasa lemas. Ray berhasil membuatku merasakan jijik yang luar biasa. Bagaimana tidak? Daging yang masih banyak darahnya, masih dengan organ-organ tubuh dan berbau anyir dimakan oleh Ray. Itu menjijikan! Aku tak bohong!

"Oke. Gua selesai," kata Ray. Aku membalikkan tubuhku menatap Ray. Dia benar-benar menghentikan aksinya itu. Ku lihat masih ada daging-daging yang tersisa berserakan di bawah lantai.

Ray kembali melanjutkan aksi membunuhnya. Dia menghampiri David yang kewalahan menahan rasa mual. Di sisi kiri dan kanan lakban yang menutup mulutnya, ada cairan yang keluar dari mulut David. Karena lakban basah membuat lakban tersebut terlepas dari mulut David dengan sendirinya.

"TOLONG GUA YO!" mohon David padaku. Aku diam tak peduli. Ku lihat Ray mengambil botol alkohol tersebut. Lalu ia menuangkannya tepat di mata David.

"AARGGHHH .…" David berteriak kesakitan. Rasakan itu, Bastard! Adikku pun berjalan ke lemari dan mengambil gergaji. Dia langsung memotong leher David dengan sadis. Banyak darah muncrat ke Ray. Tak lama kepala David menggelinding ke bawah lantai, lalu Ray memutilasi David dan wanita jalang itu.

"Finally," tutur Ray. Aku terperangah. Pertunjukkan yang ditunjukkan Ray padaku cukup menyenangkan. Cara membunuhnya pun sudah seperti pembunuh profesional. Padahal dia baru melakukan hal itu tiga bulan yang lalu. Namun Ray sudah tak bisa diragukan lagi sebagai pembunuh kedua terpintar setelah diriku.

"Ngeri juga ya cara membunuh lu," kataku. Ray memukul dadanya pelan bermaksud menyombongkan diri.

"Gua gitu! Oh ya? Bentar." Aku melihat Ray kembali memotong kecil-kecil ketiga mayat di depannya. Setelah itu memasukkan tulang-tulang seperti tangan, kaki dan kepala serta pakaian para korban ke dalam plastik besar. Kemudian dia membuangnya di belakang rumah ini. Aku mengernyitkan dahiku.

"Buat apa dibuang? Kenapa gak dibakar aja?" tanyaku. Ray menoleh saat ia sudah membenarkan letak benda itu.

"Biar polisi penasaran," jawabnya singkat. Aku mendesis pelan. Ternyata dia sama sepertiku, selalu ingin membuat polisi kerepotan dengan aksi membunuh kami. Aku yakin Ray juga sama kesalnya dengan mereka. Orang-orang dewasa itu telah menghalangi balas dendam kami. Karena polisi terus berpatroli, kami jadi sedikit kerepotan dan memilih-milih tempat sepi untuk membunuh. Belum lagi mereka selalu ingin tahu dan ikut campur urusan kami. Kalau saja mereka berada jauh dari kota ini, mungkin pembunuhan kami akan seleluasa malam ini. Aku jadi tahu bagaimana sadisnya seorang Raynald Devil. Dia membunuh bagaikan psikopat yang sangat gila dengan seringaiannya yang mengerikan. Ditambah dia menunjukkan hal menjijikan padaku membuatku merasa kalau anak ini benar-benar gila. Entah dia mendapatkan keberania dari mana, aku juga tidak tahu. Intinya malam ini aku menyaksikan pertunjukkan yang menyenangkan.

. Adikku berjalan ke dapur dan aku membuntutinya. Ia mengambil beberapa alat panggang dan dua piring, lalu berjalan ke taman belakang dekat kolam renang. Ku lihat Ray menaruh benda-benda tersebut di atas rerumputan. Dia membuat sebuah alat panggangan seperti mau membakar sesuatu.

"Mau ngapain?" tanyaku penasaran. Ray bangkit dari duduknya setelah selesai menata alat panggangnya dan pergi masuk ke dalam.

Bersambung …

Próximo capítulo