[ KISAH INI TERDAPAT UNSUR KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN. DILARANG KERAS UNTUK DITIRU ]
"Bentar lagi juga mau pergi," jawabnya. Oh ya, setiap malam Ray selalu pergi entah ke mana dengan alasan pergi ke rumah teman. Dia akan pulang jika orang rumah sudah tertidur. Aku pernah memergokinya pulang jam 12 malam, entah apa yang dia lakukan di luar sana. Maka dari itu, malam ini aku akan mengikutinya.
"Ke mana?" tanyaku lagi.
"Biasa, ke rumah temen."
"Bentar, perasaan setiap hari lu ke rumah temen lu mulu. Ngapain sih?" tanyaku mulai curiga.
"Yee … kepo banget sih sama urusan gua," katanya lagi lalu dia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.
Aku menatap punggung Ray yang mulai menghilang masuk ke dalam kamarnya. Aku yakin, di balik semua ini Ray menyembunyikan hal yang tidak aku ketahui. Aku harus menyelidiki apa yang dilakukan adikku di luar sana. Ya, harus! Aku pun berlari masuk ke kamarku dan memakai pakaian rapi, serta memakai masker. Tak lupa aku memakai jaket bertudung dan sarung tangan lalu mengambil dua pisau dan ku taruh di balik jaketku untuk berjaga-jaga. Aku juga mengambil sebuah pistol dan menyimpannya di balik kaos kaki.
Akhirnya dia keluar rumah juga. Aku mulai mengikuti ke mana ia akan pergi. Kini aku melihat Ray masuk ke dalam bar. Ingin rasanya aku masuk dan mengawasi anak itu, tapi tak mungkin. Aku takut jika aksi membuntutiku ini diketahui olehnya. Tak lama, Ray kembali keluar dari bar tersebut dengan membawa seorang wanita di sampingnya. Lalu mereka menyebrang jalan dan berjalan ke arah gang kecil. Aku ikut menyebrang dan mengintip dari balik tembok gang. Apa yang akan mereka lakukan? Aku pun melihat Ray mendekati wanita itu.
"AAA …." Teriakan si wanita yang dibawa mampu terdengar olehku. Ada apa? Apa yang dilakukan Ray terhadap wanita itu? Aku memicingkan mataku dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Ternyata adikku menusukkan sesuatu ke dalam perut wanita itu sambil membekap mulutnya agar tak berteriak lagi. Banyak darah yang mengalir dari perutnya. Belum lagi ada sebuah pisau yang menusuk tepat di bagian atas paha wanita itu. Ray benar-benar kejam dibanding diriku. Pantas saja dia selalu keluar malam dan pulang telat karena dirinya ingin membunuh seorang wanita jalang.
"Rasain lu!" kata Ray yang sempat terdengar olehku. Ray kembali menusukkan pisaunya beberapa kali di dada wanita itu dan mengoyaknya sampai terbuka lebar hingga ke perut dan semakin lama semakin cepat ia menggerakan tangannya seakan-akan dirinya ingin membelah tubuh wanita itu. Setelah perut dan dada itu terbelah, kini ia mengeluarkan sarung tangan dari saku celananya lalu memakainya. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam belahan tubuh itu. Lalu … aku menutup mulutku karena mual. Kau tahu? Ray mengeluarkan organ-organ tubuh wanita itu lalu … memakannya.
HHOOEEKK
Kini aku memuntahkan semua isi perut karena rasa mual yang tak tertahankan. Bagaimana tidak? Aku menyaksikan sendiri bagaimana manusia gila itu memakan jeroan manusia.
Tak lama Ray memutilasi korbannya, mulai dari tangan, kaki hingga kepala. Ray membuang ketiga bagian tubuh wanita itu ke tong sampah yang ada di sana. Sementara bagian tengah tubuh atau perut kembali dimutilasi Ray dengan ukuran kecil.
Aku kembali melebarkan mata, pemandangan yang luar biasa ini membuat perutku kembali merasakan mual dan ingin muntah. Lagi-lagi Ray memakan daging wanita itu secara mentah-mentah. Banyak darah yang menempel di wajah, tangan dan seluruh tubuh Ray. Setelah selesai melahap habis daging itu, dia melepaskan jaket beserta sarung tangan di tubuhnya ke dalam sebuah kantung plastik berwarna hitam. Aku memundurkan diriku saat Ray akan berjalan keluar dari gang ini.
KREEKK
Sial! Aku menginjak kaleng bekas, membuat Ray langsung menatapku. Aku menelan ludahku sedalam mungkin. Ray pasti mengenaliku dan dia pasti akan membunuhku sebelum aku membunuhnya. Aku harus lari dari sini.
"Siapa itu?" teriak Ray sambil menatapku. Aku menarik tudung jaket agar wajahku tak terlihat oleh Ray. Aku langsung melarikan diri dan sialnya Ray malah mengejarku. Aku panik setengah mati, belum pernah aku dikejar oleh manusia yang larinya secepat kuda seperti Ray.
Huh! Untung saja aku belari dengan cepat, jika tidak, mungkin Ray sudah mengetahui siapa aku. Ya, sepertinya dia berhenti mengejarku. Kini aku berjalan di atas trotoar jalanan. Nafasku masih memburu akibat berlari dengan sekuat tenaga tadi. Ray sialan! Kenapa dia malah mengejarku?
Ku hela nafasku sambil melihat kawasan yang aku lalui. Beberapa kendaraan mulai sedikit seiring dengan semakin gelapnya malam. Kini jalanan ini mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Beberapa toko mulai tutup dan aku yakin dengan keadaan seperti ini, para pembunuh itu mulai berkeliaran, seperti Ray yang tadi sedang beraksi. Ya, entahlah! Aku masih syok dan belum bisa menjelaskan apa yang ku lihat tadi. Lebih baik aku mencari mangsa saja. Mungkin dengan dengan membunuh, apa yang ku lihat tadi akan hilang di ingatanku. Semoga saja!
Kini aku berjalan di tempat yang benar-benar sepi, tak ada siapapun di sini. Hanya aku seorang diri dan ditemani dengan suara jangkrik yang mengiringi langkahku.
KKREESEEK KKRESEKK
Hm, terdengar suara semak-semak berbunyi. Aku mengalihkan pandanganku ke arah semak-semak yang sempat bergerak itu. Mungkin hanya kucing yang sedang menikmati makan di balik sana. Aku kembali melanjutkan jalanku.
KKRRESEK KKKREESEEK
Hm, aku kembali menoleh, ada apa dengan semak-semak itu? Entahlah! Aku tidak peduli! Aku pun mempercepat langkahku.
"Ehem! Lu sendirian ya?" tanya seseorang. Aku menoleh, ku lihat seseorang anak kecil sedang melipat kedua tangannya di dada dan tengah bersandar di tiang lampu. Aku mengenyitkan dahiku, dia berbicara kepadaku?
"Siapa lu?" tanyaku. Dia menoleh, orang itu hanya memakai masker dan kacamata. Gayanya sangat mencurigakan.
"Hh ... lu gak perlu tau siapa gua, tapi GUA LAPAR!"
KKKREEESHHH
"AAARRRGGHHH ...," teriakku sambil meronta-ronta mencoba menjauhkan tubuhnya dari bocah ini. A-ada apa dengannya? Ia menggigit lenganku dan rasanya begitu menyakitkan.
"LEPASIN, BEGO!" umpatku sambil memukul kepalanya. Ia masih kuat mengigit lenganku. Setelah itu ....
CCRRAAKKK
OH MY GOD!
Aku merasakan sakit yang luar biasa di lenganku. Darah mengucur begitu deras dan dagingku terlihat begitu jelas. Aku melebarkan mataku karena merasa sakit dan terkejut. Manusia di hadapanku mengunyahnya sambil menunduk. DI-DIA MENGGIGITKU SEPERTI ANJING.
"AAARRGGGHHH ...," teriakku begitu kencang. Aku pun menonjok anak itu hingga dia tersungkur ke tanah. Aku segera menduduki tubuhnya dan mencengkeram kerahnya dengan kasar. Aku pun melepaskan masker yang dia kenakan.
Aku terdiam seribu bahasa, begitupun dengannya. Aku membelalakkan mataku dan langsung berdiri menjauhi dia. Tidak mungkin! Astaga! Apa yang ku lihat ini? Dia bangkit lalu menatapku.
Bersambung ...