webnovel

1. pertemuan

Namaku Nayla Syarifa Nur Fadhilah. Saat ini aku kuliah di sebuah Universitas negri di kota sebelah. Jauh dari keluarga, karena di kotaku tidak ada Universitas, karena kotaku termasuk kota terpencil. Hanya ada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, dan juga ada beberapa pondok pesantren juga.

.

Setelah menjalani ospek selama seminggu kemarin yang cukup menguras tenaga, waktu, dan dompet akhirnya hari ini aku sudah resmi menjadi mahasiswi di Kampus ini.

Bayangkan saja, ospek kemarin harus membawa ini itu, barang yang aneh aneh dan cukup banyak. Yang kadang menurutku, tidak begitu berguna. Ujung-ujungnya dibuang. Mubazir.

.

.

Pagi ini, aku ada kuliah pagi. Kulihat dari kejauhan ada Rani, sahabatku, sudah datang juga. Ia sedang duduk di kantin sendirian, sambil senyum senyum menatap ponsel pintar nya. Selain pintar mahal juga.

.

Aku sedikit berlari kecil ke arahnya. Sejak mos kemarin kami jarang bertemu, sibuk dengan urusan masing masing. Sudah jarang pergi bersama, tidak seperti saat SMU dulu.

.

"Raniiii!!"teriakku.

.

"Haiii nayyy ... Sini!" senyum sumringah terukir di wajahnya.

.

Bruuggh!!

.

"Awww ...."erangku kesakitan.

Aku menabrak seseorang karena tidak memperhatikan jalan.

Bahkan siku-ku lecet.

"Makanya, hati hati ...."kata seseorang sambil mengulurkan tangannya padaku.

Kuraih tangannya dan mencoba berdiri.

"Duh, sakit!"kataku bicara sendiri. Kuperhatikan siku-ku. Lecet.

"Sini ... Aku balut dulu, biar nggak kotor, nanti infeksi." dia mengambil sapu tangan yang ada dikantungnya lalu membalut siku ku, dan mengikatnya tak terlalu kencang.

.

Kuamati lekat lekat wajahnya.

Tampan ... Siapa ya dia? Seperti ada getaran getaran aneh saat dia menyentuhku.

.

"Nanti selesai kuliah, mendingan langsung diobatin,"sarannya sambil menunjuk luka ini.

.

"Iya, makasih,"Kataku masih terkesima menatapnya tanpa berkedip.

.

"Kalau kamu selalu nggak fokus gini, aku yakin, kita bakal sering ketemu dengan cara ini,"katanya sambil menatapku dalam.

.

Jantungku berdetak lebih kencang dengan intensitas yang makin sering.

Alhasil, aku yang sedari tadi menatapnya tanpa kedip, kini tersipu malu. Ku alihkan pandanganku ke arah lain.

.

"Maaf ... Oh ya, sapu tangan kamu, besok aku kembaliin,"kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.

.

"Nggak perlu. Buat kamu aja,"katanya lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

Entah kenapa hatiku dag dig dug tak karuan. Wajahku bahkan terasa hangat, mungkin terlihat merona merah jika dilihat.

.

"Nay ... Bengong aja!!" tanpa kusadari Rani ternyata sudah ada di sampingku.

.

"Eh, Ran ... Sorri ...." kataku yang tersadar dari lamunan.

.

"Namanya Wira. Dia asdos disini,"katanya tiba tiba sambil menatap Wira yang berjalan menjauhi kantin.

.

"Eh, apaan sih?"kataku malu.

.

"Alah ... Aku tau kok, kamu terkesima sama Wira. Ngaku deh! Hayoo ...." cecarnya.

.

"Sok tau!" elakku lalu berjalan ke meja yang tadi diduduki Rani.

Rani pun mengikutiku.

.

"Tapi, Nay ... Mending lupain deh Wira. Nggak usah terlalu berharap lebih," katanya sambil meminum es teh manisnya.

.

"Kenapa? Dia udah punya pacar?"tanyaku penasaran.

.

"Bukan!! Katanya dia aneh,"bisik Rani ditelingaku.

.

"Aneh gimana sih?"

.

"Entahlah, gosipnya sih gitu!"

.

"Digosok makin siiip?" gurauku.

.

"Yeee ... Kamu nih, dibilangin juga."katanya kesal.

.

Kami memang sudah bersahabat sejak SMU. Selama kuliah disini aku tinggal di kos yang tidak terlalu jauh dari kampus. Karena rumahku ada di luar kota. Sedangkan Rani, dia sekarang tinggal bersama Papanya. Karena kedua orang tuanya bercerai.

.

Saat SMU kemarin, dia tinggal bersama Mamanya. Namun kali ini, dia tinggal bersama Papanya karena Papanya Rani adalah salah 1 dekan di kampus kami.

Jadi wajar kalau Rani ini tau segala informasi yang berbau kampus.

.

.

.

Akhirnya kami harus masuk ke kelas masing masing. Aku berjalan menuju kelasku dengan langkah yang santai dan bernyanyi nyanyi kecil.

.

Sampai kelas ...

Aku terlambat ...

Deggg!!

Kok dia ada disini? Wira ...

Dia asdosku rupanya? Astaga ...

.

Tok ... tok ... tok ...

"Maaf ... Saya terlambat,"kataku tak enak.

Wira yang sedang menulis didepan, berhenti lalu menatapku datar.

.

"Baru hari pertama udah telat. Jangan nongkrongin kantin terus makanya,"katanya santai, namun tatapan matanya tajam.

.

"Sarapan pak. Bukan nongkrong," aku mengelak.

.

"Pak! Pak! Emang saya Bapak kamu!"

.

"Eh iya ... Mas, Bang, Aa, Eum apa donk manggilnya. Hehe."

.

"Kak Wira!!"

.

"Oke, Kak Wira. Aku ... Udah boleh masuk?"tanyaku sambil tersenyum ke arahnya.

.

Dia diam sebentar lalu mengangguk.

"Ya udah sana. Lain kali kamu saya hukum. Kalau telat lagi!!"tegasnya

.

"Oke Kak,"jawabku sambil melenggang masuk lalu duduk.

.

Aku memilih duduk di deretan paling depan. Semua orang menatapku heran. Bahkan wira juga.

Aku tau bangku depan adalah bangku keramat.

.

"Kenapa?"tanyaku sambil memandang semua teman temanku di Kelas.

.

"Kamu yakin mau duduk disitu?"tanya Wira.

.

"Yakin. Emang kenapa? Salah ya? Apa ada setannya ya? Jadi harus dikosongin?"tanyaku dengan ekspresi ngeri.

.

"Bukan begitu, teman teman kamu nggak ada yang mau duduk dideretan depan lho,"kata Wira lagi.

.

"Ya biar aja, Kak. Aku maunya di depan,"jawabku santai.

.

"Kenapa?"

.

"Harus pake alesan?"

.

"Ya kalau kamu nggak keberatan jawab. Siapa tau, Yang lain bisa termotivasi duduk di depan juga, biar nggak umpel umpelan kaya itu tuh!" tunjuk Wira ke deretan belakang yang penuh sesak.

.

"Simple. Biar jelas aja ngeliat, Kak Wira ...."

.

'Ups ... Salah ngomong ... Mampus!!!'

.

"APA?" Wira kaget hingga matanya membulat.

.

"WUUUUUU!!" sorak sorai teman temanku membuat kelas kami bising.

.

"Eh ... Maksudnya biar jelas aja ngeliat penjelasan, Kak Wira. Soalnya aku nggak bawa kacamata. Mataku minus." Ucapku bohong.

.

Sebenernya alasan pertama juga bener sih.hihihihi

.

"Oh gitu. Ya udah. Kita mulai lagi ya. Oh iya, nama kamu siapa? Saya belum tau."tanya Wira sambil menunjukku.

.

"Saya? Nayla,"kataku.

.

"Oke!"lalu wira melanjutkan mengajar.

.

Sepanjang pelajarannya, aku menatapnya terus. Fokusnya terbagi, antara mata kuliah Dan pengajarnya.

Dia menyadarinya. Tapi tidak berkomentar apapun.

.

Akhirnya selesai juga mata kuliah hari ini.

.

"Kita lanjutkan besok. Jangan lupa tugasnya dikerjakan!"kata Wira mengakhiri sesi mengajar hari ini.

.

"Hah? Udah? Cepet banget?"kataku spontan. Tidak terima jika mata kuliah ini selesai.

.

"Kamu belum ngerti sama penjelasan saya tadi?"tanya wira heran.

.

"Iya kak. Eum. Aku ... masih ada yang nggak ngerti. Tapi besok aja kali ya lanjutin lagi. Hehe."kataku lalu membereskan mejaku dan memasukan bukuku ke dalam tas.

.

"Kalau kamu mau kita bisa bimbingan diluar!"

.

Gleekk.

.

Aku menelan ludah, tidak menyangka wira akan mengatakan itu.

.

Yakin nih? Bimbingan di luar yang otomatis aku bakal berduaan sama dia. hehehehe #devil laugh

.

"Oh gitu. Boleh deh. Kalo Kak Wira nggak keberatan."

.

Satu persatu teman teman sekelasku keluar. Aku masih tidak percaya Wira akan memberikan bimbingan di luar jam kuliah. Bahkan aku membereskan buku bukuku dengan pelan.

.

Ini nyata atau aku halusinasi? Kupikir dia orangnya dingin, cuek, jutek eh ternyata aku salah.

.

"Kamu nggak mau keluar? Berani di kelas sendrian?"tanya Wira yang entah sejak kapan berdiri di hadapanku, hanya dengan jarak setengah meter.

.

"Eh. Iya! Bentar! Tungguin ... Jangan di tinggal ...." Rengekku manja.

.

"Ya udah, buruan."katanya sambil menyilangkan tangan di depan dan terus memperhatikanku.

.

"Kak, ngeliatinnya segitu amat. Nanti naksir lho!"ledekku bermaksud agar dia senyum.

"Aku atau kamu yang naksir?"tanyanya telak.

.

"Hehehehe ... Bisa aja, Kak Wira."

Aku beranjak dari tempatku duduk, namun, kakiku tersandung meja.

.

Bruugh

.

Wira menangkapku dan aku jatuh kepelukannya.

"Udah dibilang. Fokus ...."katanya datar.

.

"Maaf ...." Kulepaskan pelukannya.

Lalu berjalan keluar kelas dengan menunduk malu. "Aku duluan ya, Kak!"

Aku benar benar salah tingkah.

'aaaaahhhh' teriakku frustasi dalam hati.

.

Dia hanya mengangguk, namun tetap menatapku dalam. Bahkan saat aku, sudah yakin jauh darinya, kucoba untuk menoleh dan dia masih berdiri dengan posisi yang sama. Menatapku seperti tadi.

.

Bener juga kata Rani, dia aneh. Tapi aku suka ... ya ampun ...

Kamu udah gila, Nay ... Sumpah ... gilaaaaa!! Gila karena Wira.

.

To be continue

Próximo capítulo