webnovel

Mari Kita Mulai Pertarungan ini

Emera dan Naruto berhasil sampai ke arena tanpa ada masalah yang menghampiri mereka. Sunagakure masih belum memulai gerakan mereka dan suasana masih normal dengan orang-orang yang bersemangat untuk menyaksikan pertarungan ujian Chuunin ini. Mereka masih tidak menyangkal jika akan ada serangan dalam acara yang meriah ini.

"Oke, jadi sampai di sini saja, ya, Naruto-nii. Aku ada urusan di tempat lain, maaf karena tidak bisa menyaksikan pertarunganmu." Emera berbalik pergi setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban dari Naruto.

"Tunggu! Apa kamu tidak ingin melihat pertarunganku?" teriak Naruto menghentikan Emera dengan alis yang sedikit turun karena mengkhawatirkan Emera.

Mereka berdua baru bertemu kemarin dan masih belum terlalu mengenal dalam satu sama lain. Namun karena mereka kurang lebih terus bersama dalam beberapa hari ini, dapat dikatakan hubungan di antara mereka menjadi dekat. Bahkan jikapun tidak, Naruto tetap akan merasa khawatir saat salah satu temannya pergi begitu saja tanpa memberikan alasan jelas

Emera berhenti dan menengok ke belakang pada Naruto dengan keringat mengucur deras dari pelipisnya. "Jangan salah sangka Naruto, bukannya aku tidak ingin masuk ke sana karena tidak memiliki uang, tapi aku memang memiliki urusan di tempat lain."

"Apa kamu yakin? Caramu menjawab terdengar tidak menyakinkan. Aku tahu jika kamu miskin dan tidak memiliki sepeserpun uang, tapi jika kamu mau kamu boleh meminjam uangku, lho." Naruto menatap pada Emera, menyakinkannya untuk lebih mengandalkan dirinya.

"Tidak, sudah aku bilang aku memang memiliki urusan lain." Emera berjalan menghampiri Naruto.

"Apakah benar seperti itu?" tanya Naruto untuk memastikan.

"Iya, begitu. Aku benar-benar tidak bisa ikut menonton pertarungan melawan Neji hari ini. Tapi tenang saja, aku sangat yakin kamu akan memenangkan pertarungan hari ini." Emera tersenyum lembut agar terlihat lebih menyakinkan.

"Hmm, baiklah jika kamu mengatakan seperti itu. Lagi pula, aku tidak bisa memaksamu untuk menontonku," kata Naruto yang sepertinya memahami dengan kondisi Emera, namun pada kenyataannya dia sedikit menggembungkan pipinya dan terlihat kesal.

Melihat itu, Emera merasa jika Naruto lebih kekanak-kanakan darinya walau sebenarnya dia sendiri lebih muda dari Naruto. Emera mempertahankan senyuman lembutnya dan memikirkan apa yang akan dia katakan untuk menghentikan topik tidak berguna ini.

"Naruto-nii, bisa kamu meminjamkan telingamu sebentar?" minta Emera.

"Ada apa?" Naruto mendekatkan telinga kanannya pada Naruto, tapi setelah itu sesuatu yang di luar perkiraan Naruto terjadi.

*Cup!*

Emera mencium pipi kanan Naruto dengan pelan saat itu.

Naruto segera tersentak mundur ke belakang karena terkejut dengan itu. "A-Ap-Apa! Apa yang kamu lakukan Emera!"

"Entahlah?" Emera mengangkat bahunya, tidak ingin menjawab. "Itu karena kamu terlalu lama untuk bisa pergi sendiri, Naruto-nii. Ingat, aku hanya seorang pengembara yang menginap di rumahmu selama satu malam, jadi jangan terlalu terpaku padaku."

'Hmm, aku lihat begini cara tokoh perempuan dalam anime komedi romantis untuk mengakhiri pertemuan dengan tokoh laki-laki menggunakan cara yang sedikit nakal atau menggoda. Yah, biasanya, sih, si tokoh perempuan akan lari dengan rasa malu. Apa aku harus melakukan hal seperti itu?'

"Ta-Ta-Tap—."

"Oke, sampai jumpa, ya, Naruto-nii! Aku ada urusan di tempat lain!" Emera memotong kata-kata Naruto dan langsung pergi dari sana.

Emera mungkin memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari usianya, tapi bagaimanapun dia tetaplah seorang gadis kecil dan tidak memiliki banyak pengalaman hidup. Dalam hal ini, dia sama sekali tidak sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Ia sendiri melakukan itu pada Naruto karena dia merasa jika ini adalah sesuatu yang tidak terlalu buruk dan tidak perlu banyak perhatian. Dia tidak sadar jika perlakuan ini biasanya dilakukan antara dua orang dengan hubungan romantis dalam kurun waktu yang cukup lama, bukan pertemuan selama beberapa hari.

Naruto hanya bisa melihat punggung Emera yang pergi menjauh darinya dengan berlari. Wajahnya memerah dengan sangat terang, masih teringat sensasi di pipinya beberapa detik yang lalu.

"Naruto!" sebuah teriakan terdengar tidak jauh dari sana.

*Bam!*

Tiba-tiba sebuah pukulan keras mendarat di atas kepala Naruto sampai kepalanya tenggelam ke tanah.

"Siapa dan apa yang kamu lakukan padanya, Naruto!" teriaknya keras.

Dia adalah Haruno Sakura, salah satu dari dua teman rekan setim Naruto lainnya. Dengan rambut berwarna pink dan mata hijau, Sakura berhasil menjadi salah satu target Naruto sejak beberapa bulan yang lalu.

Naruto mengangkat kepalanya dari dalam tanah dan menjawab, "Aku tidak melakukan apa-apa padanya! Dia sendiri yang bergerak! Aku bukan pelaku di sini!"

"Benarkah? Aku sangat yakin kamu pasti sudah mempengaruhi gadis kecil tidak bersalah itu sampai dia mau melakukan itu padamu. Jangan harap aku akan percaya begitu saja!" teriak Sakura sambil mengepalkan tinjunya.

"Tu-Tu-Tunggu, Sakura-chan. Aku tahu kamu sangat marah dan ingin memukulku sekarang, tapi tolong setidaknya beri perpanjangan waktu sampai aku selesai melawan Neji." Naruto tergagap dengan rasa khawatir dan terintimidasi oleh Sakura.

Bahkan jika kekuatan Sakura tidak terlalu kuat untuk melukai tubuhnya, tapi tetap saja akan sakit jika terkena pukulannya. Setidaknya, Naruto ingin berada dalam kondisi optimalnya ketika melawan Neji nantinya.

"Huh, baiklah. Aku akan memberikan pengunduran waktu sebelum memukulmu. Tapi, kamu harus menjelaskan sekarang juga, masih ada waktu sebelum pertandingan dimulai." Sakura menghembuskan napas kesal sambil menurunkan tinjunya.

"Ja-Jadi seperti ini ceritanya …." Naruto mulai bercerita.

Cerita Naruto kurang lebih tentang pertama kali ia diselamatkan Emera, tentang dia yang kalah bertarung melawannya, dibantu bersih-bersih apartemen, dan sampai kejadian pagi ini tentang Emera yang menciumnya. Ini semua adalah kejujuran dan tidak ada yang dimanipulasi dari cerita Naruto. Dengan kepintaran Naruto sekarang, dia akan ketahuan bila berbohong.

Sakura awalnya tidak percaya dengan penjelasan dari Naruto. Bagaimanapun, Sakura hanya melihat apa yang dilakukan Emera pada Naruto, tanpa mendengarkan topik pembicaraan di antara mereka. Namun karena dia paham dengan sifat Naruto yang tidak akan berbohong, maka dia terpaksa menyetujuinya.

'Aneh? Aku tidak pernah bilang pada Emera-chan jika aku akan melawan Neji setelah ini. Bagaimana dia bisa mengetahui tentang hal ini?' dalam benak Naruto.

Naruto membuang jauh-jauh pikirannya itu dan memilih untuk fokus pada pertarungan yang akan dia lakukan.

---

Di pinggiran desa Konoha, beberapa saat jam setelah ujian dimulai, Emera sedang duduk di atas tembok pembatas antara dalam desa dan luat desa. Dia sudah tahu jika ular besar kepala tiga milik Orochimaru akan muncul dari sana, sehingga dia berniat untuk menghentikannya sebelum menghancurkan rumah penduduk.

"Kamu benar-benar membuatku heran. Kenapa kamu tidak ingin melihat pertarungan dalam ujian Chuunin, Gadis Kecil. Padahal banyak orang termasuk aku ingin menonton pertarungan itu. Aku dengar, keturunan terakhir Uchiha akan berpartisipasi dalam pertarungan ini," kata salah satu ninja yang berpatroli di sana.

"Tidak, terima kasih. Ada hal yang lebih penting dari pada ujian Chuunin." Emera tidak menatap pada ninja itu dan tetap fokus pada pepohonan yang lebat.

*Boom!*

Tiba-tiba, sebuah asap putih mengepul dari sana dengan siluet ular raksasa berkepala tiga dari dalamnya.

Próximo capítulo