Sementara itu di Surabaya, di kediaman Yuda.
Dia heran dengan apa yang terjadi, terutama para Bule yang bercampur dengan pengawal Bambang. Tingkah Bambang oun aneh. Menawari rokok? Apa ingatannya rusak, atau otaknya membeku? Yuda benci rokok.
Yuda masuk ke rumah membawa apa ya g Bambang beri. Dalam cahaya lampu rumah dia duduk di sofa tamu, membuka kotak rokok. Membuang semua puntung rokok, dia melihat secarik kertas jatuh dari sana. Memungut benda yang dilipat-lipat itu, Yuda mulai membaca pesan di kertas putih.
Tulisanya rapi, kecil-kecil seperti semut bersambung. Tulisan khas Bambang.
[Kamu sepupuku yang paling baik. Kedekatan kita begitu kental. Aku membiayai dirimu berkuliah, membantumu menjadi sosok seperti sekarang. Aku harap darah lebih kental dari air. Tolong, bantu aku. Besok, pergilah. Jangan mendatangi rumah Sutris. Aku mohon.]
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com