Di apartemen Arya baru saja tiba, lalu dia membersihkan diri. Setelah lelah seharian bekerja. Selesai itu dia duduk di meja kerjanya, lalu memikirkan kasus yang dia tangani bersama timnya. Mengambil kertas lalu menulis, mencoret-coret hingga menjadi sebuah tulisan.
"Jaringan hitam penjualan organ dalam manusia, pelaku mencari seseorang yang terlilit hutang rentenir untuk di manfaatkan mencari mangsa dengan gangguan mental Aviodant Personality Disorder (APD)" tulis Arya dalam sebuah kertas.
Arya beranjak dari duduknya, lalu melangkah pergi kedapur untuk mengambil minuman kaleng di kulkas. Dia melangkah lagi membuka hordeng untuk melihat pemandangan malam hari yang penuh cahaya lampu malam.
"GLUK…GLUK…GLUK…" Arya meminum minuman bersoda.
"Aku benar-benar penasaran. Siapa manusia yang begitu tega dan keji melakukan kejahatan seperti ini?" batin Arya sambil memandangi langit malam yang cerah dan berbintang.
Setelah selesai Arya membuang bekas kaleng minumannya, ke tempat sampah kecil dan melangkahkan kaki menuju ranjang tidurnya.
Di meja makan Risa dan Adamm sedang menyantap mie rebus dengan daging kornet kesukaan Adamma. Risa sengaja membuatkan itu, agar Adamma lahap memakannya. Merasa senang begitu di perhatikan oleh Risa, dia tersenyum terus melihat Risa.
"Ada apa dengan wajahmu? Tersenyum terus seperti itu," tanya Risa tersenyum meledek Adamma.
"Aku hanya sedang membayangkan jika Tante itu mama aku, pasti sangat menyenangkan ," jawab Adamma sambil mengunyah mienya.
"Anggap saja aku ini mama kamu, aku pun ingin memiliki anak seperti kamu," ucap Risa tersenyum sambil menyuap mienya.
"Terkadang aku berpikir. Bagaimana ya wajah mamaku? Bahkan sebelum aku melihatnya, Tuhan lebih dulu mengambilnya," jawab Adamma sambil tersenyum sedih merindukan Ibu yang sudah tiada.
"Wajar saja kamu berpikir seperti itu, pada dasarnya anak pasti akan merindukan ibunya. Jadi aku paham bagaimana perasaanmu," ucap Risa tersenyum kepada Adamma.
"Tante. Kenapa Tante tidak menikah?" tanya Adamma serius kepada Risa yang umurnya sudah 45 tahun.
"Tante ingin menikah, tapi dengan Ayahmu. Dia sekarang sudah bahagia disana, dan meninggalkan aku sendirian disini," ungkap Risa cemberut tak lama lalu tersenyum.
"Maafkan Ayah Tante, dia sangat setia dan mencintai istrinya," ledek Adamma tersenyum kepada Risa.
"Itulah yang membuat aku jatuh cinta padanya, dia begitu mencintai istrinya. Bahkan dia tidak melirik wanita manapun yang datang untuk di jadikan istri olehnya, termasuk aku yang selalu ada untuknya, tapi tidak sedikit pun dia menoleh padaku," ungkap Risa dengan perasaan yang begitu merindukan Pak Gunnar.
"Itulah Ayahku, dia orang pertama yang aku ajak untuk bicara," Adamma tersenyum mengingat masa lalu bersama Ayahnya.
"Oh iya bukankah kamu kemari untuk menanyakan sesuatu?" tanya Risa mengingatkan Adamma.
"Aku ingin menanyakan tentang kecemasan seseorang jika tidak membeli barang. Jadi gini Tante…" jelas Adamma yang bingung, lalu Risa meluruskan.
"Compulsive buying disorder," jawab Risa lalu beranjak melangkah menuju sofa.
"Apa itu Tante?" tanya Adamma duduk menyamping melihat Risa.
"Compulsive buying disorder atau kadang di singkat menjadi CBD. Itu gangguan mental seseorang yang kontrol impuls dan kecanduan dalam membeli suatu barang, dan ada kemungkinan itu berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD)," jelas Risa melihat Adamma. "Ketika seseorang dengan gangguan ini merasa cemas atau kesepian, dia akan membeli barang apapun itu walau sebenarnya dia tidak membutuhkan barang tersebut. Pasien dengan gangguan ini tidak peduli mendapatkan uang darimana, yang terpenting buat mereka itu bisa belanja barang yang menurutnya bisa menghentikan rasa cemas," lanjut Risa kepada Adamma. "Padahal itu semua hanyalah gangguan yang ada pada dirinya, kurangnya rasa percaya diri itu faktor utama yang membuat gangguan mental dalam diri kita," jelas Risa lebih detail kepada Adamma.
"Pantas saja dia begitu tega untuk melakukan itu kepada temannya sendiri," gumam Adamma mengingat kasusnya.
"Kenapa? Apa itu kasus yang berhubungan dengan Ayahmu?" tanya Risa kepada Adamma.
"Hem. Aku merasa ingin sekali menangkap jaringan ini," jawab Adamma menghela nafasnya.
"Aku harap kamu dan timmu bisa cepat menemukan pelakunya, agar hidup kita lebih tenang," ucap Risa seraya berdoa.
"Semoga Tan, aku juga berharap seperti itu. Baiklah aku akan mencuci piring, setelah itu aku akan pulang ke rumah," Adamma beranjak bangun, lalu Risa menghentikannya.
"Tidak usah, biar Tante saja. Lebih baik kamu pulang sekarang, ini sudah pukul 11 malam. Atau kamu ingin menginap saja," ucap Risa memberikan pilihan pada Adamma.
"Aku harus bertugas besok pagi Tante, jadi aku tidak bisa menginap disini," jawab Adamma kepada Risa.
"Ya sudah jika seperti itu kebih baik kamu pulang sekarang," pinta Risa beranjak untuk mengantar Adamma.
"Tapi piringnya bagaimana?" tanya Adamma langsung di dorong untuk keluar oleh Risa.
"Sudah pulang saja, ini sudah malam," jawab Risa mendorong pelan Adamma untuk keluar pintu.
"Makasih ya Tante, aku pulang dulu," pamit Adamma tersenyum.
"Hati-hati. Kabari jika sudah sampai ya," pinta Risa kepada Adamma.
Setelah Adamma pulang, tidak lama ada yang mengetuk pintu apartemen Risa, lalu dia membukanya dan melihat Vincent yang sedang mabuk datang untuk berkunjung.
"Hei kamu sedang apa kemari dan dalam keadaan mabuk seperti itu," tegur Risa melihat Vincent di depan pintunya.
"Apa kamu tidak memintaku untuk masuk terlebih dulu," Vincent tersenyum melihat Risa.
Risa dengan berat hati memberi ijin untuk Vincent masuk ke dalam rumahnya, lalu dia membuatkan teh lemon hangat untuk Vincent yang sudah berbaring di sofanya.
"Ada apa sebenarnya denganmu? Kenapa kamu mabuk seperti itu?" Risa mengajukan banyak pertanyaan pada Vincent, lalu membawa secangkir teh lemon untuknya. "Minumlah dulu, sadarkan dirimu," pinta Risa melihat Vincent yang sedang menatap langit-langitnya.
"HHEUHH…" Vincent menghela nafas lalu beranjak dari tidurnya. "Aku lelah sekali, makanya aku mabuk," ucap Vincent memberitahu Risa.
"Apa tugasmu banyak sekali hari ini?" tanya Risa ingin tahu.
"Iya begitulah," Vincent meletakkan kembali cangkir teh lemon bekasnya minum.
Vincent menatap Risa yang sangat cantik malam ini, lalu dia tersenyum. Risa menjadi bingung, jantungnya berdegup cepat saat Vincent menatapnya.
"Ada apa kamu tersenyum seperti itu?" tanya Risa kepada Vincent yang masih menatapnya.
"Kamu cantik malam ini," puji Vincent dengan suara seksinya.
Risa semakin salah tingkah, lalu beranjak untuk membangunkan Vincent. "Lebih baik sekarang kamu pergi, aku perlu beristirahat," pinta Risa mengulurkan tangannya.
Vincent meraih tangan Risa, lalu menariknya hingga jatuh di atas tubuhnya. Jantungnya terasa tak karuan, melihat Vincent yang ada di bawahnya, dengan cepat Risa ingin bangun, tapi Vincent menahannya.
"Kamu cantik sekali Risa," puji Vincent dengan membelai lembut wajah cantik Risa.
"Sadarlah, kamu sedang mabuk," ucap Risa merasa kegelian dengan sentuhan telunjuk Vincent.
Vincent lalu mengecup bibir Risa, hingga melamutinya. Membuat Risa terangsang oleh gairah yang di miliki Vincent. Hingga akhirnya mereka berjalan sambil mengecup satu sama lain menuju tempat tidur Risa yang tidak jauh dari sofanya.