webnovel

Follow Your Instincts

Meski bukan malam hari, Tavern disini cukup ramai. Ada 1 kelompok yang berisikan 4 orang yang terlihat seperti seorang petualang.

Tidak sepertiku yang menyembunyikan pedang dari balik mantelku, kelompok itu dengan bangganya memperlihatkan pedang, tongkat sihir, dan Kapak yang mereka bawa.

Orang-orang yang berada disini menatap kami, lebih tepatnya menatap Delta yang membawa pedang panjang yang disimpan di punggungnya.

"Apa dia seorang petualang juga?"

"Orang disebelahnya, apa dia pesuruh atau semacamnya?"

"Dia terlihat tangguh"

Meski mereka sedang berbisik-bisik, tapi suara mereka terlalu keras, bahkan kami yang sedang berjalan menuju bartender bisa mendengar suara tersebut.

Serius, mereka ingin berkelahi atau apa?

"Hei, kakak yang disana" salah satu orang yang cukup berotot dari kelompok yang membawa senjata menjulurkan tangannya.

Kami berdua menatap kesana kemudian Delta berbisik ke arahku.

"Apa mereka berbicara kepada kita?"

"Lebih tepatnya kepadamu. Sana, Pergi dan cari informasi" aku mendorong Delta supaya pergi ke tempat kelompok itu.

"Iya, iya"

Aku duduk di depan bartender.

"Berikan aku bir... Ah tidak berikan aku sesuatu yang tidak beralkohol"

Tadinya aku ingin memesan bir, tapi aku bisa merasakan seseorang sedang menatapku, lebih tepatnya, Delta sedang menatapku.

"Kami hanya punya sari apel"

"Tidak masalah"

"Ini dia... Ngomong-ngomong apa kau dan temanmu itu ingin menyelesaikan masalah di tambang? Sayang sekali, misi itu sudah diambil oleh kelompok Vector"

"Masalah? Masalah seperti apa?"

"Kau tidak tahu? Lalu kenapa kalian kemari?"

"Kami sedang mencari seseorang.... Apakah kau pernah melihat orang yang membawa Scimitar, apa kau melihatnya?"

"Scimitar yah... Kalau tidak salah 3 hari yang lalu ada seorang pelanggan yang membawa Scimitar dan bertanya tentang Revel's End"

"Revel's end?"

"Itu adalah penjara yang ada di wilayah ini. Hanya orang-orang yang melakukan kejahatan besar yang akan dipenjara disana"

Apa dia ingin pergi kesana karena ingin membebaskan seseorang? Atau mungkin alasan lain?

"Apa kau tahu dimana tempatnya?"

"Aku belum pernah kesana"

"Begitu ya... terimakasih infonya"

"Tidak masalah"

Akupun mengambil minumanku dan meminumnya, tiba-tiba seseorang menepuk punggungku dengan keras membuatku tersedak.

"Uhuuk,ughh, hei kampret! Apa-apaan tadi?"

"Ayo kita kalahkan mereka!" Teriakan Delta memenuhi ruangan ini.

"Hah?"

X--X

Kalian pasti sudah mengetahui kalau tempat ini sangat dingin, tapi aku tidak tahu kalau hawa dingin bisa membuatmu bodoh, setidaknya itu yang terjadi pada Delta.

Saat ini Delta sedang bersiap bertarung dengan orang yang membawa kapak.

Orang yang membawa kapak itu badannya sedikit lebih besar dibanding Delta.

"Baiklah, aku sebagai wasit disini akan membicarakan tentang peraturannya"

Semua orang berkumpul mengitari mereka, aku ikut berkerumun supaya tidak menjadi pusat perhatian.

"Yang pertama, tidak boleh memakai alat, dan yang kedua, pemenang akan ditentukan jika lawan menyerah atau pingsan"

Bukankah ini terlalu berlebihan untuk seukuran pertarungan biasa? Dan apa itu? Kenapa ada suara latar musik bertarung disini?

Di sekitar kerumunan, aku bisa melihat ada seseorang yang sedang memainkan biola dengan begitu semangat.

Yah, bagaimanapun Delta tidak akan kalah dalam pertarungannya semacam ini. Lagipula, aku sudah mengajarinya beberapa gerakan bela diri dari duniaku dulu

"Pertarungan dimulai!"

--POV Delta Gardias--

Jika instingku tidak memberitahu apa-apa berarti orang ini lemah. Aku bisa mengalahkan si bocah kapak ini.

"Pertarungan dimulai"

"Ayo serang aku!" Aku yakin serangannya lemah.

"Ini akan menarik"

Orang itu melayangkan pukulannya tepat ke wajahku.

Aku sengaja tidak menghindar karena ingin tahu sekuat apa pukulannya, tapi seperti yang kuduga, serangannya lemah.

"Kurang! Jika kau ingin menyerang, seperti ini caranya" aku melakukan gerakan persis seperti yang ia lakukan, tapi dengan serangan yang lebih kuat.

"Ukhh" wajahnya terdorong kebelakang dan darah keluar dari hidungnya.

Dia seketika melayangkan pukulan lagi.

Kali ini aku menghindari serangannya, memegang kerah bajunya membalikkan badanku dan menariknya sekuat tenaga.

"Arhhh!"

Pria itu melayang untuk sejenak di langit sebelum menyentuh tanah.

Brughh!

Benturan tersebut cukup keras dan menembus salju yang berada di tanah, Membuat cetakan tubuhnya di salju.

"Haha, rasakan itu! Sudah kubi-"

Entah darimana asalnya, bola salju terbang melesat tepat ke arah wajahku.

"Bajingan mana yang melempar bola salju saat aku sedang merayakan kemenanganku!?"

"Maaf, maaf, tanganku terpeleset"

"Kau mau kuhajar, hah!?"

Aku yakin dia sedang meremehkanku, akan kuhajar habis-habisan!

Aku melangkah menuju ke arah si bocah pedang sombong itu.

"Lihat, dia ingin menghajarku! Sungguh menakutkan!"

Ucapan dan tindakannya berbanding terbalik, apanya yang ketakutan? Dia sedang tersenyum saat ini!

Bajingan ini!

Aku mulai berlari dan mengangkat tinjuku bersiap menghajar wajahnya

"Mampus kau! kamp-uhwaaa"

Entah kenapa salju yang berada di bawahku tiba-tiba menjalar ke kakiku dan langsung membeku.

Brughh!

Tiba-tiba aku tersungkur dan kini wajahku tertutup oleh salju yang berguguran di tanah.

"Hahaha, ternyata otaknya hanya dipenuhi oleh kekuatan fisik saja"

"Mungkin dia tidak punya otak"

Sesuatu dalam diriku terasa seperti meledak. Jantungku berdegup sangat kencang.

Aku secara refleks mengepalkan tanganku dan mencoba berdiri.

"Bangsat! Akan kuhancurkan wajah kalian!"

Aku tidak peduli lagi! Bajingan-bajingan ini harus dihajar!

"Baiklah, ini sudah cukup" Zero tiba-tiba berdiri di depanku "maaf telah mengganggu kalian, teman bodohku ini memang selalu menyebalkan. Apakah kalian bisa memaafkannya"

"Hah!? Apa maksud-" Saat aku hendak melanjutkan kalimatku, Zero sudah menatap tajam ke arahku. Aku seketika mengurungkan niatku.

"Begitu lebih baik, lagipula temanku kalah karena dia kecapean karena perjalanan panjang kami, benar kan Yolan?" Salah satu dari kelompok itu berdiri di hadapan Zero.

Si pria Kapak hanya diam dan mengangguk.

"Aku tidak keberatan jika selanjutnya aku yang melawan si bocah otot itu" Ucap salah seorang dari kelompok itu.

"Tidak perlu, kita seharusnya tidak berkelahi karena masalah sepele seperti ini, lagipula... Kita akan bertemu lagi bukan?" Ucap zero tanpa ekspresi.

"Yep, kita pasti akan bertemu lagi"

Orang yang berhadapan dengan Zero tersenyum kecil kemudian pergi bersama kelompoknya.

--POV ZERO GABRAN--

Ada saat dimana kau harus lari sebentar untuk melakukan pembalasan yang lebih besar.

Bisa saja aku menghabisi mereka semua tadi, tapi bukankah citra kita akan tercoreng nantinya?

"Cih, padahal aku bisa menghabisi semuanya tadi"

"Tenang dulu sejenak, kau tidak ingin terlihat buruk di depan Fiona bukan?"

"Apa yang buruk dari menghajar bedebah itu? Malah aku merasa lebih buruk karena membiarkan mereka mempermalukan aku tadi!"

"Kau tahu namanya karma? Suatu saat mereka akan mendapat balasannya. Yap, tidak lama lagi. Yang lebih penting sekarang adalah keputusan Fiona tentang ikut atau tidak dalam perjalanan kita... Jadi bagaimana hasilnya?"

Fiona tiba-tiba terlihat berada di kerumunan paling depan kemudian berjalan ke arah kami dengan wajah jengkel.

"Tadinya aku ingin merayakan atas keberhasilanku membujuk ibuku, tapi apa ini? Baru saja kutinggal sebentar kalian sudah menjadi pusat perhatian!"

"Salahkan Delta"

"Mereka yang mulai duluan!"

"Ahh cukup, ayo masuk ke dalam, diluar sangat dingin"

"Kalian pergi saja duluan, aku ingin membeli sesuatu di toko"

X--X

Di hari yang dingin ini aku sedang berjalan menuju ke tempat pertambangan batu permata.

Sebelum kesini aku menanyakan beberapa hal kepada penduduk disini.

Kota ini punya tambang batu permata yang biasanya dipakai oleh penduduk disini. Baru-baru ini ada sekelompok kobold yang menguasai tambang itu. Para penambang tidak berani untuk datang kesana karena takut oleh kobold tersebut.

Kelompok yang diminta tolong oleh kepala desa itu adalah kelompok Vector.

Katanya kelompok ini adalah sekelompok petualang yang tanpa sengaja sedang berdiam disini.

Jika dugaanku benar, para bedebah itu akan lewat sini.

Aku bersandar si salah satu pohon, menunggu kedatangan mereka.

Tidak lama kemudian, aku bisa merasakan hawa keberadaan mereka.

Ini sangat menyenangkan. Mungkin aku harus menyapa mereka dengan sapaan yang hangat tentunya.

Mereka muncul tepat di hadapanku kemudian orang yang sempat berbicara padaku terlihat terkejut.

"Yo~ kita bertemu lagi" Kataku sambil mengangkat tangan.

"Hahaha, tidak kusangka kau akan datang sendiri padaku, sungguh bodoh"

"Akan kubalas perlakukan teman brengsek-mu itu!"

"Bagaimana ini kak? Apa kita bunuh saja sekalian?"

"Samsak yang cocok sebelum pergi ke tambang!"

"Samsak yang cocok kah?" aku berjalan menuju mereka dan diam di hadapan mereka.

Aku tersenyum kecil mendengar ucapan mereka.

Meski sangat merepotkan dan membuang-buang tenaga, tapi aku merasa kalau mereka tidak diberi pelajaran terlebih dahulu, kedepannya mereka akan merepotkan.

Instingku mengatakan begitu.

Lagipula, mungkin aku bisa mendapatkan informasi dari mereka.

Aku menarik pedangku dari sarungnya dan menancapkan pedangku ke tanah yang diselimuti oleh salju.

"Haruskah kita mulai sekarang?"

Tanpa sadar aku tersenyum kecil.

Próximo capítulo