webnovel

Unfrozen Undead

Hawa dingin mulai merangkak naik ke seluruh tubuh, meski kami sudah memakai peralatan lengkap seperti syal, mantel, dan sarung tangan, udara disini sangat dingin. Dan benar seperti yang Hlin bilang, Sephek tidak merasakan dingin sama sekali.

Saat ini Sephek sedang bersama karavan Torg. Torg adalah nama serikat pedagang keliling yang Sephek kawal. Mereka menjual berbagai barang seperti minyak paus, wine, kulit hewan, rangsum, selimut, obat herbal, dan berbagai barang lainnya

"Apa kita terobos aja langsung?"

"Yang ada kita dipukuli warga sekitar" aku memasang ekspresi datar ke arahnya.

"Kita lawan saja mereka semua!"

"Ha?"

Dasar bodoh. Kenapa sih aku harus punya partner seperti dia?

Jika dilihat lebih jelas lagi kenapa tubuhnya tidak membeku sama sekali? Dia ini undead loh, tubuhnya tidak punya suhu panas sama sekali. Kenapa dia tidak membeku?

Ini masih perkiraan tapi masih patut untuk dicoba.

"Dengar, aku punya ide yang bagus"

--X--

"Wine ini berapa harganya?"

"Oh, kau memiliki mata yang bagus tuan... Ini hanya 25 koin perunggu tuan..."

"Baiklah, aku beli 2. Andai saja kutukan Frostmaiden bodoh ini berakhir, pasti wine ini akan terasa lebih enak"

"Benar sekali tuan, tapi mau bagaimana lagi..."

"Yah kau benar, mau bagaimana lagi, oh ya Ini uangnya, kuharap si Auril bodoh itu segera mengangkat kutukan ini!"

Aku merasakan tatapan tajam menatap ke arahku.

Sudah kuduga.

Jika yang Hlin ucapkan itu benar, kenapa seorang undead hanya membunuh 4 orang dalam kurun waktu 1 bulan? Bukankah itu terlalu sedikit?

Lagipula dia terlalu pintar jika dikategorikan sebagai undead biasa, kecuali jika dia kaki tangan seseorang.

Aku merasakan seseorang mengikuti dari belakang. Aku sengaja berjalan ke arah gang yang sempit.

"Apa maumu?"

"Siapapun yang tidak menghormati sang Frostmaiden akan binasa"

"Jadi kau yah kacung Frostmaiden bodoh itu?" Aku menarik pedangku dari sarungnya

"Tutup mulutmu!"

Dia melempar belati es ke arahku dan berlari ke arahku.

Belati es itu berhasil kutebas namun saat ini Sephek sudah berada di depanku.

Pedang es milik Sephek sudah berada diatas kepalaku.

Aku dengan gesit menahan serangan itu menggunakan pedangku.

Saat kedua pedang kami bergesekan, pedangku yang terkena gesekan itu membeku.

"Sekarang!!!"

Delta lompat dari atas bangunan dan berhasil menebas bagian perut Sephek.

Luka tersebut tidak parah karena Sephek menghindari serangan itu dan hasilnya hanya luka tebasan kecil saja.

"Selanjutnya perutmu yang akan kutebas!" Delta mengangkat pedang dan menunjuk ke arah Sephek.

"Hahahaha, coba saja" es mulai menjalar disekitar luka tebasan itu dan beberapa lama kemudian luka tersebut sembuh.

Mungkin regenerasi-nya cukup lambat tapi sepertinya ini akan sulit.

"Aku akan menyerang duluan"

"Oke"

Aku berlari ke arahnya dan menyerangnya dengan pedangku

Pedang kami saling bergesekan, dalam rentan waktu yang singkat itu, aku menendang pinggang bagian kiri Sephek, dan membuatnya terpental ke samping kanan.

Aku mencoba menyerangnya lagi, tapi Sephek dengan cepat melempar belati es ke arahku.

Aku menebas belati es itu.

Memanfaatkan kesempatan itu, dia menyerangku menggunakan pedang es-nya.

Aku dengan gesit menghindari serangan itu dan melakukan serangan balasan menggunakan pedangku.

Saat Sephek menahan seranganku itu, aku menendang perutnya.

Sephek terhempas kebelakang, tapi dengan gesit dia berdiri dan memegang pedang es-nya dengan dua tangan. Seluruh badannya diselimuti es.

"Fireball!!!"

Bola api tiba-tiba muncul dari arah belakang Sephek.

Darimana asalnya?

Sephek menoleh kebelakang dan menjulurkan tangannya ke arah bola api itu "Innate!"

Sepersekian detik saat bola api itu mengenai Sephek, tiba-tiba bola api itu lenyap, seperti diserap oleh sesuatu.

Apa-apaan itu?

"Kesempatanmu Delta!"

"Rasakan ini!" Delta berlari kearah Sephek dan mengayunkan pedangnya keatas.

Serangan itu mengenai badan Sephek, mengakibatkan luka fatal dan pedang es yang dipakai untuk menahan serangan itu hancur.

Sephek saat ini terkapar tidak berdaya, dan pedang Delta sudah menusuk dada Sephek.

"Ada kata-kata terakhir?"

"Terkutuklah kalian yang menentang sang Dewi Auril!"

"Kau pikir aku takut dengan kutukan?" aku membasahi pedangku dengan 'holy water' kemudian menebas lehernya.

Seluruh tubuh Sephek lenyap dan menjadi debu berwarna hitam, yang tersisa hanya pedang es yang patah dan pakaian yang ia kenakan.

Dengan ini berakhir.

"Wah!!! Kalian sangat hebat!"

Suara itu berasal dari luar gang, suara seorang gadis yang terdengar bersemangat.

Gadis itu memakai mantel putih yang menutupi semua badannya, saat ia membuka tudung mantelnya, terlihat rambut kuning panjang yang mengkilap terbang diterpa oleh angin dingin. Pemandangan yang kami lihat saat ini seperti bunga matahari yang diterpa oleh angin yang menyejukkan.

Pasti gadis ini yang merapal mantra bola api tadi.

"Terimakasih atas bantuannya tadi"

"Ah tidak,tidak, itu bukan masalah" gadis itu menggerak-gerakkan tangannya kemudian dia melanjutkan kata-katanya "ngomong-ngomong, apa kalian seorang bounty hunter?"

"Bukan, kami hanya menjalankan misi dari seseorang"

"Ahh! Aku juga sama, kalau begitu maukah kalian membuat party bersamaku?"

Sebenarnya aku punya banyak alasan untuk menolak ajakan tersebut, tapi aku merasa kalau aku menolak ajakan tersebut, suatu saat aku akan merasa menyesal. Yah, lagipula, bukan hal yang baik membiarkan seorang gadis menjalankan misi sendirian.

"Kalau kau tidak keberatan hadiah misi itu dibagi, kami akan ikut"

"Aku tidak keberatan, kalau begitu apa kita sepakat?" Gadis itu menjulurkan tangannya.

Delta meraih tangannya, terlihat kalau wajahnya sedikit memerah.

"Sepakat, kalau kau butuh bantuan apapun, kau bisa diskusikan denganku!"

"Aku akan membantu semampuku" kataku.

Gadis itu mengayunkan tangannya, membuat tangan dia maupun Delta bergoyang kesana kemari.

"Ah! Terimakasih! Aku tahu kalian berdua orang-orang baik!"

"Oh iya, namaku Delta Gardias, aku seorang ksatria, aku berasal dari keluarga ksatria jadi aku cukup mahir menggunakan senjata, khusunya senjata ini" Delta melirik ke arah pedangnya.

"Namaku, Fiona Sistal aku seorang spellcaster, sejak kecil aku senang belajar sihir, jika kalian ingin aku merapal sihir, bilang saja" Fiona mengatakannya sambil membusungkan dadanya

(Spellcaster adalah seseorang yang bisa merapal sihir)

"Namaku Zero Gabrand, senang bertemu denganmu"

"Apa-apaan dengan perkenalanmu itu?" Ucap Delta.

"Singkat sekali ya" ucap Fiona sambil tersenyum kecil.

Jujur saja, aku tidak suka membicarakan tentang diriku sendiri.

"Ngomong-ngomong kau belum bilang tentang misi yang kau ambil"

"Oh iya, aku sampai lupa. Kita harus berburu rusa putih di hutan Lonelywood"

"Sepertinya ini akan lebih mudah dibanding berburu seorang pembunuh berdarah dingin!" Delta terlihat bersemangat

"Entahlah, aku meragukan itu" Ucapku sambil mengambil pedang es punya Sephek yang patah.

kurasa ini masih bisa diperbaiki atau setidaknya bisa ditempa menjadi pedang yang baru.

Setelah kami bertemu dengan Hlin dan mengambil hadiah berupa 100 koin emas, kami memutuskan untuk langsung pergi ke rumah pemimpin kota.

Meski ini melenceng dari tujuan awal kami, tapi mungkin saja ada suatu petunjuk disana.

Dengan pikiran semacam itulah perjalanan kedua kami dimulai!

Próximo capítulo