"Gila kau, Adrian!," umpat Sintia. Kedua tangannya memegang handel grip di atas pintu mobil.
"Segila dirimu mempermalukanku di pesta tadi," balas Adrian, tanpa memperlambat laju mobil yang dikemudikannya.
"Jika kita mati bagaimana, kau haus pikirkan nasib Ayara?" pekik Sintia.
Mendengar nama putrinya, Adrian tersadar. Benar apa yang dikatakan Sintia, jika mereka mati sekarang, Ayara akan menjadi anak yatim piatu di usaianya yang masih sangat dini. Ah bodoh, lagipula Adrian baru menemukan Kirana kembali, dia tidak ingin mati konyol.
"Baiklah, ini demi Ayara," kilah Adrian.
Dia pun memperlambat laju kendaraannya walau masih dengan kecepatan yang tinggi. Setidaknya itu tidak seekstrim tadi. Sintia bisa bernapas dengan lega. Hanya butuh waktu sepuluh menit saja, mereka sudah tiba di rumah.
"Turunlah!" perintah Adrian kepada Sintia, ketika di depan gerbang rumah mereka.
"Mengapa kau menurunkan aku di sini? Kau tidak masuk? Kau mau pergi lagi? Kemana?" cecar Sintia.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com