webnovel

Kunjungan

Setelah beberapa saat, Nabil kembali dan masuk ke ruang Komite Akademi bersama Glen dan Noemi.

Glen dan Noemi menyapa Rin dengan sopan.

Kemudian Rin meminta Glen menceritakan kejadian itu dari awal karena dia yang berada paling dekat dengan Edwin saat peristiwa itu terjadi.

Glen menceritakan kejadian itu dari sudut pandangnya.

Rin dan Nabil mendengarkan, Noemi juga ikut mendengarkan dengan sungguh-sungguh karena dia sejak tadi penasaran.

Setelah Glen selesai−

"Ceritamu tidak jauh berbeda dengan Nabil. Kalau begitu, kita masih belum tahu apakah Tuan serius ingin jadi perwakilan kelas atau tidak."

"Ya, begitulah."

Rin menyipitkan matanya, terpaku pada tempat duduknya. Dia sedang memperkirakan langkah selanjutnya yang perlu dia lakukan.

Yang lainnya hanya memperhatikan dan menunggunya dalam diam.

Berdasarkan cerita yang Rin dengar, dia bisa mengumpulkan beberapa poin penting yang mengarahkannya pada kesimpulan dari tujuan tuannya.

Tuannya kemungkinan benar-benar berniat menjadi perwakilan kelas. Tapi jika seperti itu, alasan yang mendorongnya melakukan hal itu sudah pasti karena perintah dari kakaknya, seperti yang Nabil katakan.

Jika itu benar, Rin tidak bisa diam saja. Dia punya kewajiban untuk membantu tuannya agar terpilih menjadi perwakilan kelas.

Rin telah diberikan tugas khusus oleh Lisa Albern untuk membantu kegiatan sekolah adiknya, bahkan tujuannya dimasukkan ke akademi dan menjadi Ketua Komite Akademi berhubungan dengan itu. Jika dia tidak membantunya dalam masalah itu, maka dia akan dinilai gagal melakukan tugasnya.

Tapi dia juga memiliki kesimpulan lain yang tidak bisa dia kesampingkan. Itu adalah kemungkinan kalau tuannya tidak ingin menjadi perwakilan kelas.

Jika dia malah membantunya dan membuatnya terpilih sebagai perwakilan kelas, padahal tuannya tidak menginginkannya, maka dia hanya akan membuat masalah untuknya.

(Tapi jika Tuan tidak menginginkannya, kenapa dia harus mengajukan diri? Tunggu ... apa mungkin tuan mengenal Putri dari Keluarga Witchell ....)

Sebersit pemikiran muncul di kepalanya, tapi Rin cepat-cepat mengesampingkan pemikiran itu.

Jika tuannya mengenal seorang gadis tanpa sepengetahuannya, maka itu adalah kabar buruk bagi Rin. Lagi pula, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu, dia perlu mengetahui tujuan tuannya.

Rin menghela napas panjang. Dia kesulitan hanya memikirkan masalah itu.

Dia tidak mungkin bertanya langsung kepada tuannya, karena dia diperintahkan untuk membantu kegiatan akademinya tanpa disadari olehnya. Dan Rin juga memiliki alasannya sendiri untuk tidak melakukannya.

Dia tidak ingin terlihat lemah di depan tuannya. Dan dia ingin agar tuannya hanya melihatnya sebagai seorang gadis yang memiliki banyak kesan baik.

"Glen, aku punya perintah untukmu!"

"Ya, saya dengan patuh mendengarkan, Nona Rin."

Rin akhirnya kembali berbicara setelah beberapa saat berpikir, dan Glen dengan hormat menanggapinya.

"Jika aku tidak salah, ada delapan orang anggota keluarga bangsawan di kelasmu, dan posisi mereka semua sudah ditetapkan sebagai pewaris dari kepala keluarga mereka selanjutnya ...."

"Benar. Tepatnya, salah satu dari mereka adalah Tuan Julian Daffa Wimsey yang sudah dipastikan akan mewarisi posisi Kepala Keluarga Wimsey. Tujuh orang sisanya akan mewarisi posisi sebagai kepala keluarga cabang dari Great Noble."

Setelah diresmikan sebagai Great Noble, kepala keluarga serta seluruh anggota keluarganya yang memiliki hubungan langsung dengannya, akan ditetapkan sebagai keluarga utama, dan berhak mewarisi nama Great Noble yang disematkan di akhir namanya.

Sedangkan keturunan Great Noble yang tidak berhubungan langsung dengan keluarga utama, mereka termasuk keluarga cabang dari Great Noble.

Gabungan antara keluarga utama Great Noble dengan keluarga cabang akan membentuk Great Noble House. Ada empat Great Noble House di Wilayah Torch: House of Witchell, House of Windt, House of Wimsey dan House of Walters. Semuanya mewarisi posisi mereka berdasarkan hak waris yang ditentukan dari garis keturunan.

"Kalau begitu, aku perintahkan kamu untuk menyampaikan pesanku kepada mereka, bahwa mereka diwajibkan untuk datang ke ruang komite akademi saat istirahat makan siang besok. Jika ada yang bertanya tentang alasannya, kau harus bisa menjelaskannya kepada mereka."

"Saya mengerti. Dengan senang hati saya akan mengambil tanggung jawab itu."

"Itu saja untuk hari ini, kita akan melanjutkan untuk membahas masalahnya besok. Sebelum kalian pergi, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kalian tahu kalau hari ini Tuan berniat pulang ke mansionnya atau kembali ke apartemennya?"

"Saya rasa tidak keduanya ...."

Orang yang menjawab pertanyaan itu adalah Noemi. Rin melihat ke arahnya kemudian memperhatikan, seolah menyuruh Noemi melanjutkan.

"Saya tidak tahu dengan jelas ke mana tuan akan pergi. Tapi dia mengatakan akan mengunjungi seseorang, jadi dia meminta Sir Luke untuk menjemputnya."

"Jadi begitu ...."

Rin secara samar-samar terlihat kecewa setelah mendengar jawaban itu.

Sementara Nabil yang sejak tadi diam, mengetahui kalau Rin menjadi tidak bersemangat, yang membuatnya diam-diam tersenyum setelah melihat perubahan itu.

"Tuan juga meminta Sir Luke membawa beberapa orang bersamanya."

Setelah Noemi mengatakan itu, ekspresi Rin kembali berubah. Sepertinya dia bisa menebak ke mana tuannya pergi.

Setelah itu, Rin mempersilahkan Glen dan Noemi untuk keluar dari ruang Komite Akademi.

Glen dan Noemi menundukkan kepala mereka untuk berpamitan kepada Rin sebelum keluar dari ruangan.

Begitu pintu ditutup dan menandakan mereka telah pergi, Nabil mendekati Rin.

"Sepertinya Anda belum memutuskan untuk mendukung Tuan atau tidak dalam pemilihan perwakilan kelas."

"Kamu pastinya tahu kalau aku tidak bisa begitu saja memutuskannya. Kita tunda untuk membahas masalah ini sampai besok. Hari ini kita akan fokus dulu untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh anak dari Komisaris Besar Keamanan Kota."

"Baik, sesuai keinginan Anda."

***

Siang hari di pertengahan musim panas benar-benar penyiksaan. Butuh tekad lebih untuk menjalankan aktivitas di luar rumah. Hanya orang-orang bodoh yang dipenuhi semangat masa muda mereka yang akan dengan senang hati berjalan-jalan di kota pada situasi seperti ini.

Bagi orang yang mencintai kedamaian dan sangat mengagumi waktu luang, seperti anak laki-laki yang saat ini sedang menaiki sebuah mobil yang desainnya mirip dengan sebuah sedan hitam, dia pasti akan mengeluh dan mempertanyakan kewarasannya karena dengan sengaja keluar dari rumahnya padahal dia tahu bahwa yang dilakukannya hanya menyiksa dirinya sendiri.

Sudah tidak terhitung jumlahnya anak itu mengeluh dalam hatinya. Bibir kakunya menampilkan ekspresi cemberut.

Dia duduk di kursi belakang mobil seperti makhluk yang tidak lagi memiliki hasrat untuk hidup. Dia merasa kalau raganya hanya kerangka kosong, karena nyawanya sudah menguap entah ke mana sejak tadi.

Meski sudah ada pendingin ruangan di dalam mobil itu, tapi panas dari luar tidak bisa diredam. Oleh karena itu, Edwin menghela napas untuk ke sekian kalinya.

Sepanjang jalan matanya mengawasi pemandangan di luar di mana aspal tengah terbakar dan warnanya berubah menjadi hitam legam.

Luke Reynders, melihat keadaan Edwin dari cermin di bagian depan mobil.

"Saya minta maaf karena hanya bisa menyiapkan mobil ini. Saya mengira kita akan melakukan beberapa pekerjaan, jadi saya memilih kendaraan ini yang tidak kelihatan mencolok."

Luke bisa melihat kondisi Edwin yang terlihat tidak nyaman. Edwin sudah terbiasa bersikap seperti itu, tapi kali ini lebih parah dari biasanya. Jelas sekali terlihat kalau anak itu merasa kesal.

"... Ya. Aku yang memberimu perintah mendadak tanpa menyampaikan rinciannya, jadi itu bukan salahmu."

Dia mengatakan itu dengan posisi tubuhnya yang tidak berubah.

"Kita akan sampai di kediaman Walters dalam beberapa menit. Tolong bersabar sebentar lagi."

"Karena aku sudah jauh-jauh datang, aku harap Emily ada di rumahnya, atau setidaknya putrinya Cheryl harus ada di sana."

"... Saya dengar Anda berada di kelas yang sama dengan Putri dari Keluarga Witchell, apakah dia gadis yang tadi?"

Luke tidak menanggapi Edwin, dia malah menanyakan soal gadis dengan rambut putih yang dilihatnya beberapa saat lalu. Membicarakan anggota keluarga Great Noble membuatnya mengingat gadis tadi.

"Ya, begitulah."

Edwin menjawab acuh tak acuh.

"Sepertinya Anda dekat dengannya ...."

"Jangan bercanda. Aku bahkan baru berkenalan dengannya sebelum kau datang."

Dikatakan dekat dengan gadis itu membuat ekspresinya tidak senang.

Dia mengingat kembali kejadian tadi. Edwin tidak menganggap gadis itu buruk tapi dia juga tidak memiliki kesan baik darinya.

Gadis itu menanyakan pertanyaan pada orang yang baru saja dikenalnya seolah menguji kepribadiannya. Meskipun Edwin tahu bahwa dia melakukannya secara tidak sadar. Tapi sikapnya berubah setelah mendapatkan jawaban yang tidak sesuai harapannya.

(Orang yang aneh!! Apa otaknya kemasukan serangga sehingga dia tiba-tiba mengeluarkan aura intimidasi tanpa menyadarinya.)

Meski begitu, Edwin tidak bisa menyalahkannya. Lagi pula dialah yang membuat gadis itu bersikap demikian.

"Padahal saya sudah akan membuat laporan pada Lady Lisa bahwa Anda akhirnya memiliki teman di akademi. Dia pasti akan senang setelah mengetahuinya."

"Kau lebih baik tidak mengatakan apapun pada kakakku."

Luke yang melirik dari cermin memilih untuk tidak mengatakan apa-apa dan mengakhiri pembicaraan. Di cermin, dia bisa melihat Edwin mengerutkan keningnya, tampaknya dia menjadi lebih kesal.

Edwin sejak kecil menghabiskan waktunya di dalam mansion hanya untuk membaca buku dan tertidur seharian di kamarnya.

Dia sesekali keluar dari kamarnya hanya untuk menonton acara dari sebuah alat elektronik yang disebut VS atau visual screen, yaitu sebuah layar datar dengan ketebalan lima sentimeter yang memiliki fungsi sama dengan televisi.

Dia menjalani hidupnya seperti manusia yang tidak lagi memiliki tujuan untuk dicapai. Dia tidak memiliki cita-cita atau ambisi, bahkan orang lain tidak bisa merasakan energi masa muda yang meluap-luap yang seharusnya bisa dirasakan dari anak seusianya.

Setiap hari harus memperhatikan tingkahnya yang seperti itu membuat kakaknya muak, dan pada akhirnya memaksanya untuk mendaftar ke akademi.

Edwin yang tidak pernah mendatangi tempat belajar seperti akademi sejak jenjang pendidikan dasar tentu saja bersikeras menolak keinginan kakaknya.

Setelah perdebatan panjang, mereka sepakat untuk menyelesaikan masalah itu lewat pertaruhan.

Kakaknya mengajak dia berduel lewat sebuah game online yang akhir-akhir ini mulai terkenal. Hasilnya, Edwin kalah setelah kakaknya dengan curang menghabiskan banyak uang membeli item berbayar hanya untuk bisa mengalahkannya.

Mobil hitam yang dinaiki Edwin meluncur keluar dari jalan raya utama Distrik Walters. Mobil itu dikawal oleh dua mobil lain di bagian depan dan belakangnya. Mereka berbelok ke jalan yang mengarah ke area perkebunan.

Saat awal memasuki jalan itu, pemandangan yang terlihat di sisi jalan adalah lahan pertanian yang sangat luas yang bagian akhirnya dibatasi oleh area perbukitan. Ada satu atau dua turbin angin yang dibangun untuk memasok tambahan listrik untuk menunjang kegiatan pertanian.

Setelah beberapa saat, mobil itu mulai memasuki kawasan dataran tinggi dengan melewati jalan spiral yang menuju puncak dari kawasan itu.

Saat sudah tiba di puncak, mobil hanya perlu bergerak lurus di jalan yang setiap sisi sampingnya terdapat pembatas jalan karena areanya sangat curam. Jalur yang terbentuk dari lereng terjal itu membuat penampakan mobil terlihat seperti berjalan di atas punggung seekor naga.

Setelah beberapa menit berjalan dan sampai di wilayah perkebunan−

"Tuan, kediaman Keluarga Walters sudah terlihat."

Edwin bisa melihat bungalo besar, itu tempat yang dia tuju.

Bangunan satu lantai yang sangat luas itu berada di antara danau dan lahan pertanian. Di sisi belakangnya adalah wilayah perkebunan, dan lebih jauh lagi adalah hutan yang merupakan batas wilayah antara Kerajaan Weist dan Wilayah Torch.

Itu berarti, saat ini dia sedang berada di bagian paling selatan dari negara yang disebut Wilayah Torch.

Bangunan itu dikelilingi oleh tembok setinggi dua meter di setiap sisinya. Ada penjaga di depan gerbang yang menjadi pintu masuk ke bangunan itu.

Tiga mobil berhenti tepat di dekat gerbang.

Para penjaga melihat dengan pandangan bertanya-tanya. Kemudian mereka memasang sikap waspada.

Salah satu penjaga meninggalkan tempatnya untuk menghampiri tiga mobil itu, dia berjalan perlahan.

Melihat seorang penjaga menghampirinya, seorang laki-laki di kursi pengemudi yang berada di mobil paling depan dari ketiga mobil itu membuka kaca mobilnya. Itu adalah salah satu orang yang ikut mengawal Edwin dari depan.

Penjaga gerbang melihat ke dalam bagian mobil, ada seorang pria kurus dengan pakaian santai menatap ke arahnya.

"Selamat siang, Tuan. Jika saya boleh tahu perihal kedatangan Anda, ada keperluan apa Tuan sekalian dengan kediaman dari Keluarga Walters?"

Penjaga itu mencoba bersikap ramah, tapi pandangannya mengawasi dengan waspada.

"Sampaikan saja pada Lady Walters kalau Tuan Edwin datang berkunjung."

Penjaga gerbang memiringkan kepalanya karena bingung. Tapi mempertimbangkan kalau tidak ada yang bisa dia lakukan selain menerima permintaan itu, dia menjawab mengerti dan kembali pada rekan-rekannya yang bersiaga menunggu di depan gerbang.

Setelah penjaga gerbang menyampaikan permintaan itu pada rekannya, gerbang dibuka dan salah seorang dari mereka masuk untuk meneruskan permintaan itu pada pemilik kediaman.

***

Próximo capítulo