webnovel

MENCARI RESTU

Sepanjang malam, Pratama terus memandangi langit-langit kamar yang berwarna putih bersih, isi kepalanya berpikir keras akan apa yang sudah ia lakukan dan katakan di hadapan Salma.

Apakah hatinya benar mengambil keputusan untuk menikahi seorang gadis sederhana yang baru di kenal nya beberapa hari yang lalu.

Hal yang paling sulit nya adalah, bagaimana cara agar Sarah dan anggota keluarga lain pun, bisa menerima keadaan Salma yang terbilang, kelas ekonomi nya jauh di bawah keluarga ini.

**

"Mam, Pap.. Aku boleh ngomong serius enggak?"

"Ih, kaku amat sih.., kaya sama orang lain deh, mami mau denger apa sih yang bikin kamu serius pagi-pagi gini.." Celetuk Sarah memegang tangan Pratama, sedangkan Adam seperti sudah mengetahui apa yang akan di bicarakan oleh anaknya, Adam hanya mengangguk.

Kedua orang Pratama sudah duduk berhadapan, saling menatap penuh senyum, sedangkan wajah Pratama tegang, ia masih mengumpulkan seluruh keberanian untuk mengatakan apa yang membuat hatinya bergejolak setiap malam.

"Kalau belum siap sekarang, next aja Tama!!" ucap Adam mengerti ketegangan wajah Pratama.

"Sekarang aja!! mami penasaran dehh, kalau udah niat mau bicara sesuatu, gak boleh di tunda! PAMALI!" tegas Sarah, matanya menyipit saat melirik, tak bisa di tentang lagi.

"Oke oke.., Heuummm.. Tama jatuh cinta Mam, Pap.." Ujar Tama menatap Sarah dan Adam secara bergantian dengan malu-malu.

"Wahh, bagus dong.. Bawa kesini ya sayang! kita harus rayain ini lho.." Sarah excited mendengar kabar bahagia yang di bagikan Pratama.

"Keluarganya punya usaha apa?" tanya Adam, penasaran.

"Heuumm, Salma nama nya. Dia anak yang mandiri, baik dan sangat cantik. tidak seperti mantan ku yang mama kenal, manja dan hanya mikirin uang aja!!" tuturnya menjelaskan.

"Kamu kenal udah lama?? kalo Salma enggak mikirin uang! Artinya dia adalah gadis baik ya.. Kamu cerita nya yang bener dong, jangan bikin mama bertanya-tanya pada diri sendiri nih..!!" Celetuk Sarah, terlalu bersemangat hingga matanya terang menatap Pratama tanpe kedip.

"Mam.. Kalau aku nikah bukan dari kalangan kita (kalangan orang kaya), gimana mam?" tanya Tama, takut-takut.

"Kamu enggak usah macem- macem deh, mama enggak suka bercandaan kamu! Enggak lucu ya sayang!!" mulut Sarah rapat dan bersudut, ia melipat kedua tangan nya di dada, dan membalikan Tubuh agar membelakangi Tama, karna merasa kesal.

"Sudah kaka mu nikah sama supir sendiri, sekarang kamu nikah sama orang jenis apa lagi, Tamaa?" lirih Sarah, kedua netranya tak mampu membedung air matanya.

Adam segera memeluk Sarah meredakan amarah Sarah, sedangkan wajah Tama berubah menjadi pucat pasih.

"Mau jadi apa keluarga ini!!" nada bicara Sarah naik 1 oktaf, sedangkan Adam tetap memeluk Sarah.

"Kamu juga pih!!! ngomong dong! pagi-pagi bikin mood down banget deh ah!" omelan Sarah berbuntut panjang, sehingga Adam pun kena imbas kemarahan Sarah karna hanya diam.

"Ya, mau gimana lagi. Siapa yang bisa mengusir cinta yang datang tanpa permisi itu mih! kita hanya perlu melihat gadis yang bikin Tama jatuh cinta itu, Mih" Adam membela Tama secara halus.

"Kita kasih kesempatan dulu sama Tama, untuk bawa gadis itu kesini, kita cari tau sifatnya, mih. Adil kan?" jelas Adam secara bijak seraya membelai bahu Sarah.

Sementara pembicaraan berlangsung, ternyata ada sosok yang menguping dari awal dan wujud nya bersembuyi di balik tembok.

Melanie senang mendengar kebodohan nya tertular pada adik laki-lakinya, karna ia pun pernah jatuh cinta dengan orang yang kastanya berbeda, akhirnya melanie sadar menikah dengan orang miskin, membuatnya menderita, Usia pernikahan nya pun hanya bertahan 3bulan.

**

"Mam, please ya.. Kasih aku waktu untuk ngebuktiin kalau pilihan aku bukan gadis sembarangan." jelas Tama, merayu Sarah yang wajah nya sudah memperlihatkan kekesalan.

Setelah menunggu beberapa detik, Sarah pun mengangguk seraya berkata "Kamu komit ya, kalau dia bukan kriteria keluarga ini, Kamu harus jauhi dia, lebih baik kamu dengan Rebecca, pewaris tunggal Pak Abdi!!" Sarah menyilangkan tangan, bicara degan tatapan yang sinis.

Tanpa pikir panjang, Pratama mengiyakan perjanjian dengan Sarah, mami nya. Karna Pratama yakin bahwa Sarah akan menyukai sikap polos nya Salma.

"Thank you, Mam.. I love u, Thank you pap" Pratama memeluk Sarah dan Adam. lalu undur diri dari obrolan yang hampir mendidih ini.

**

Mengingat janji nya pada Sarah, untuk dengan segera akan mempertemukan Salma pada keluarganya. Ia pun mendatangi lagi rumah Salma, kali ini ia hanya memberikan kabar akan schedule yang sudah di tentukam oleh Sarah untuk bertemu, adalah 3hari lagi.

Kabar ini di sambut gembira oleh Rahman dan Yani, terlebih Salma, hatinya bersorak sorai bahagia. Tapi tidak untuk Hawa, bagi Hawa kabar ini adalah kabar duka, karna Hawa tak ingin tersaingi oleh Salma.

Bagaimana tidak, Karna selama ini Hawa merawat diri hanya untuk mendapatkan sosok laki-laki seperti Pratama.

**

Beberapa cara makan yang baik dan sopan mulai di ajarkan oleh Pratama.

Kalau untuk cara bicara, Salma sudah pas dalam hal kehalusan.

Dalam dua hari, Pratama bolak balik ke rumah Salma saat sudah selesai bekerja, untuk memberikan kisi-kisi hal apa saja yang akan di tanya oleh Sarah.

Obrolan di teras rumah Salma :

"Tapi aku engak mau berbohong, Aku mau mami kamu tau yang sebenernya, bahwa aku tukang bakso. jualan bakso bukan hal yang memalukan kan" ucap Salma khas dengan sangat halus, suara nya nyaris tak terdengar.

"Iya benar! bukan hal yang memalukan bagi kamu! tapi untuk mami aku, itu hal paling memalukan, Sal. Please lah kamu ikutin rencana aku dulu, untuk acara lamaran, nanti aku sewakan rumah mewah sementara Sal."

"Kebohongan bukan hal yang baik untuk memulai suatu hubungan, Tama!" jelas Salma, menolak untuk membohongi Sarah, mami Pratama.

"Maksud aku adalah, biar kita bisa menikah dulu, Sal. setelah itu kalau kamu mau jujur ya enggak masalah. Please Salma!!" Pratama berusaha merayu agar Salma mau mengikuti cara supaya di berikan Restu oleh Sarah.

Sementara Salma menolak, dan tak sependapat dengan rencana Pratama.

"Aku enggak bisa, Maaf!" jawab Salma tertunduk.

Pratama luluh melihat sikap Salma, ia pun mengikuti pendapat Salma.

"Yauda kita liat aja gimana pendapat mami, melihat kamu yang sebenernya. Kalau mami engga setuju, aku harus gimana?"

"Kenapa pertanyaan itu di ajukan ke Salma sih? harusnya Tama udah tau jawaban nya, kenapa harus nanya lagi ke Salma?" Salma berjalan menjauh, dan membelakangi Tama, Ngambek.

Pratama yang cinta seolah sudah mentok di Salma pun, mengekor Salma, seraya berkata :

"Bukan gitu.., aku baru kenal kamu, aku belum tau betul sifat kamu, Sal. begitu pula sebaliknya. Tapi sebaik mungkin aku akan mengalah dan berusaha mengenal kamu dengan baik, memberikan kamu cinta yang tulus. Jadi kamu enggak perlu marah sama aku. Oke?"

Karna merasa bersalah, Salma menatap Tama dengan mata sendu "Maafin Salma ya, Salma juga baru pertama kali berhubungan pacaran dan langsung membicarakan pernikahan."

"Kalau begitu, kita jujur aja ya, siapa Salma sebenernya!" lagi ucap Salma menatap mantap, "Kalau kita berjodoh, Allah pasti berikan jalan, enggak perlu menipu untuk mendapatkan restu mami kamu."

Kemudian pratama memeluk Salma, dan tanpa sadar Salma menitikan air mata.

"Eheumm.. eheeumm" Yani berdehem dari balik pintu.

"Belum Halal lho ya, Sabar dulu!!" sindiran Yani, membuat kedua insan yang sedang di mabuk cinta untuk melepaskan pelukan nya dengan segera.

Próximo capítulo