webnovel

Penghormatan Terahir Part 2

Dikasahkan sebelumnya nejazah Kakeknya hasan diberangkatkan yang diiringi lantunan lantunan kalimat tauhid, dan kisah berlanjut.

Sekitar pukul 14.45 Wib dijalan Ranjau terlihat ramai oleh kendaraan yang melintas bergantian gerlihat juga aktifitas pedagang kakilima yang berada di pinggiran jalan disibukakan oleh pembeli, keadaan tiba-tiba menjadi senyap saat orang-orang berduyung-duyung berjalan dijalan Ranjau itu, ya mereka mengusung jenazah Kakeknya Hasan, terlihat di depan jenazah seseorang menebar bunga-bunga beserta beras kuning, menurut penjelasan itu mengikuti jejak Rasulallah saat beliau melewati suatu pemakaman mendengar dari dalam makam mayit menjerit-jerit kesakitan karena di siksa sebab menyepelekan air kencing saat buang air kecil, beliau benebas daun pohon kurma yang masih hijau dibelah menjadi dua dan ditancapkan di makam itu seraya bersabda, "Semoga diberi Rahmat sebelum daun pelapah kurma menjadi kering."

Kita tinggalkan masyarakat yang mengusung jenazah Kakeknya Hasan, kita beralih ke pemakaman umum.

Terlihat di pemakaman umum ada beberapa warga yang melakukan penggalian makam, berjumlah 7 orang bergantian dalam menggali, salah satu warga yang saat menggali dikagetkan dengan kain mori pembungkus mayid yang masih terlihat putih bersih, orang itu penasaran akhirnya penggalian agak diperlebar, saat diperlebar kain kafan itu semakin terlihat jelas, dan orang tersebut semakin dibuatnya kaget dan terkejut ternyata didalam kain kafan tersebut terdapat mayit yang masih utuh, melihat keadaan itu orang tersebut secepat kilat naik keatas seraya berkata pada kawan-kawannya.

"Hai kawan-kawan, lihat itu ada kain kafan yang masih putih bersih dan juga mayitnya masih utuh," kata Orang itu sambil menunjuk kearah mayit tersebut.

"Iya, lihat itu, Subhanallah siapa itu gerangan? Dan amal apa yang dilakukan semasa hidupnya sampai seperti itu," sahut kawan orang itu.

Teman satunya lagi lebih heboh menganggapi itu semua seraya berkata, "Subhanallah, baru kali ini saya melihat pemandangan seperti ini, sungguh menakjubkan," tuturnya.

Orang yang melihat pertamakali mengajukan pendapat kepada kawan-kawannya seraya berkata, "Kawan-kawan Bagaimana ini apa kita angkat dulu? atau bagaimana? kayaknya ini nanti mengganggu memakaman Kakek itu." Terlihat saling pandang memandang, ada yang setuju dengan pendapat irang itu, ada pula yang tidak, dari salah satu kawan orang itu berpendapat, "Bagaimana kalau kita menunggu Kyai aja dulu minta pendapatnya? Diakan lebih tahu tentang hal ini.

"Baik ... baik ... baik, itu lebih baik layaknya," sahut kawan-kawan orang itu.

Penggalian serasa sudah memenuhi kelayakan meraka menghentikan penggalian dan beristirahat sambil menunggu kedatangan jenazah Kakeknya Hasan.

Lama tidak datang-datang, 7 orang tersebut terlihat memandang kearah pintu masuk, sesekali mendekatinya dan melihat kakan, kiri jalan apakah sudah terlihat belum?

Sambil menunggu mereka membicarakan perihal mayit yang utuh tersebut, tak lama kemudian mereka mendengar gemuruh suara lantunan kalaimat tauhid menggema, mereka yang mendengar itu bergegas cepat-cepat kembali ke galian makam tersebut mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkannya.

Semakin keras suara lantunan tauhid tersebut, pertanda sudah dekat dari makam yang digali, salah satu dari ke 7 orang tersebut melihat kedatangan jenazah seraya memberitahukan kepada kawan-kawannya dan bekata, "Lihat itu mereka sudah tiba." sambil menujuk ke arah mereka.

Terlihat Hasan berjalan disamping jenazah Kakeknya dengan membawa payung yang berwana hitam dan memayingi jenazah Kakeknya, tak henti-hentinya dia melantunkan kalimat Tauhid sesekali mendoakan Kakeknya.

Saat tiba di makam yang digali oleh 7 orang itu, tiba-tiba masyarakat dikagetkan peristiwa yang diceritakan oleh penggali makam, Kyai yang memdengar penjelasan itu, mengatakan biarkan saja tidak usah diangkat saya lihat masih bisa diatasinya tidak mengganggu.

Masyarakat yang mendengar dan menyaksikan kejadian itu menjadi terheran-heran dan merasa takjub, mereka saling bertanya satu sama lain akan perihal itu.

Mereka yang mengurusi jenazah Kakeknya Hasan tidak terlalu memikirkan itu yang terpenting jenazah ini secepatnya bisa terkuburkan dengan baik.

Tiga orang terlihat turun di galian itu berjejer untuk menerima jenazah yang diturunkan dari atas, ada yang menerima kaki, perut dan kepalanya, perlahan jenazah itu diletakkan di liang lahat, terlihat salah satu dari ke 3 orang yang berada di bawah makam itu memegang tubuh Kakeknya Hasan untul merubah miring posisi dan menghadapnya ke arah kiblat, mereka melepas tali-tali yang mengikat ditubuh Kakeknya Hasan, terlihat pada bagian kepala mereka buka agar pipinya dapat menyentuh tanah, sekira selesai menghadapkan ke arah kiblat salah satu dari meraka melantunkan kalimat Adzan dan disusul Iqamah kemudian mereka memulai memasang sebilah kayu untuk menutup tubuh Kakeknya Hasan.

Hasan yang melihat mereka yang mulai mengembalikan tanah bekas galian, hatinya terasa sakit dan merasakan kesedihan yang mendalam air mata tak terasa menetes kembali .

Ayahnya yang melihat Hasan meneteskan air mata cepat-cepat mendekati Hasan dan kemudian memeluknya seraya berkata, "Hasan, itulah alasan Ayah mengapa bersikeras ingin kamu meneruskan pendidikanmu di pesantren, ketika seseorang sudah seperti itu, Hasan juga melihat sendiri yang dibutuhkan hanya do'a dari anak-anaknya, siapa lagi kalau bukan anaknya."

Hasan yang mendengar tuturan Ayahnya hatinya semakin sedih fikiranya melayang-layang membayangkan akan hal yang mungkin belum waktunya terjadi, dalam bayangannya dia berkata dalam hatinya, "Bagaimana kalau semua ini menimpa Ibuku atau Ayahku, atau mungkin kedua-duanya, saya belum bisa apa-apa." Terlihat air matanya semakin cepat menetes membasahi pipinya.

Pemakamanpun selesai orang-orang semuanya duduk di dekat makam Kakeknya Hasan sambil mendengar Kyai membacakan lafad-lafad talqin mayit, terdengar suara Kyai keras sehingga mereka yang berada di situ dapat mendengar begitu jelas.

"Jika kamu didatangi 2 malaikat maka jangan takut dan jangan risau, mereka juga ciptaannya Allah seperti kita, jika kamu ditanya siapa tuhanmu jawablah dengan tegas Allah tuhanku, lalu jika ditanya siapa Nabimu maka jawab juga dengan tegas Muhammad Saw adalah Nabi dan Rosulku," terdengar jelas suara itu memberi pengetahuan pada kita yang masih hidup dan Kakeknya Hasan yang sudah meninggal. Karena Nabi Muhammad Saw juga pernah bersabda, "Jika kamu melewati suatu makam, maka ucapkan salam padanya karena mereka dapat mendengarnya sehingga dapat mendengar bunyi kaki berjalan di sekitarnya".

Semua proses penghormatan terahir Kakeknya Hasan sudah selesai masyarakat yang hadir di situ mulai bergantian berpamitan pulang, dan hingga tersisa keluarga mereka, mereka yang tersisa 6 orang mendekati makam duduk di sampingnya.

Ayahnya Hasan memimpin pembacaan surat yasin dan disusul dengan pembacaan tahlil lalu mendo'akan Kakeknya Hasan, terlihat wajah-wajah mereka sedih, lama mereka di makam itu, hingga pukul 16.47 Wib barulah mereka pulang.

Tempat itu menjadi sepi tak berhuni Kakeknya Hasan kini sendirian yanya ditemani gelapnya malam yang mulai berjalan, ditemani serangga-serangga yang bernyanyi.

Saat mereka tiba dirumah Kakeknya, Hasan, Ayah dan Ibunya meminta izin untuk pulang tetapi tidak diperbolehkan pulang agar menunggu nanti malam.

Bagaimana kisah kelanjutannya?

Apakah mereka akan tetap pulang?

Apa yang menjadi sebab mereka tidak boleh pulang?

Mari ikuti kisah kelanjutannya hanya ada di sini.

Próximo capítulo