Bagai luka yang menggerogoti dari dalam, membuat nya kesal adalah sebuah keluhan yang mungkin di tujukan pada dirinya sendiri sekarang.
Ingin menangis lagi dan lagi itulah yang ia rasakan sekarang.
Perasaannya berubah menjadi galau, seperti penat namun tak bisa di ungkapkan. Sungguh menyakitkan bagian dadanya.
Menyadari bantal nya basah, khaira membuka jendelanya dan menaruh bantal itu di pinggiran pentilasi untuk dijemur. Tidak ada lagi yang harus dipertanyakan Khaira gundah gulana akibat mimpinya. Sudah wajar jika bahkan ada orang yang tiba tiba diam akibat dia mengalami mimpi yang buruk. Atau yang tidak bisa diterima akal, ataupun sesuatu yang menyedihkan. Mimpi memang mengambil alih sikap manusia keesokan harinya.
"Kak, kak ada tamu." Leo berteriak dari depan pintu kamar Khaira
"Siapa dek?"
"Kak Aditya."
"Hah?" Suara jawaban Khaira membalas sautan Leo lagi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com