webnovel

Liar

"Lo kenapa sih Yer sewot mulu sama Manda?" tanya Bima ketika Manda dan Arin sudah pamit untuk undur diri.

"Gini nih, tadi siang waktu gue sama Juwita lagi nongkrong di kap mobil. Gue liat Manda lagi ngobrol sama orang di luar desa. Terlalu aneh nggak sih ada orang seberani itu keluar desa?"

"Hah? Yang bener?" Arjun melotot kaget, "Terus-terus?"

"Gue liat dia lagi ngobrol sama orang yang bajunya item-item semua. Persis kaya orang yang nembak Lucas,"

"Hah?" Yuki terperangah, "Shit, jadi dia--"

"Bisa di katakan iya. Di sini nggak aman, kita harus cepet pergi dari sini," ujar Yeri.

"Orang-orang desa. Apa mereka juga iya?" tanya Yuda.

"Gue nggak tau tapi kayanya ada,"

"Besok, kita harus pergi dari sini besok," putus Arjun, "Biar gue bilang sama ayah,"

"Besok bukannya nggak keburu Jun?"

"Disini nggak aman Juw. Nyawa kita terancam di sini,"

"Pusing gue," gumam Yuki.

***

"Loh bukannya masih lusa ya berangkatnya?" tanya Pak Budi kaget.

"Iya pak, tapi di percepat karena ada urusan mendadak," jawab Arjun.

"Ah begitu, ya sudah kalian mau diantar?"

"Tidak perlu pak, takut merepotkan," tolak Lucas halus.

"Ah enggak merepotkan kok," Pak Budi tersenyum, "Tapi kalau kalian memang mau jalan sendiri ya saya ndak bisa maksa,"

Yeri tertawa canggung, "Iya pak hehe,"

"Habis keluar lewat gerbang depan kalian tinggal lurus, kalau sampe perempatan belok kanan, naik terus nanti sampai puncak," jelas Pak Budi.

"Ah iya, terimakasih pak," Yuki tersenyum manis.

"Iya sama-sama,"

"Begini pak, terimakasih sudah membantu kami, ini hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih," Arjun berjalan mendekati Pak Budi, memberikan sebuah amplop berisi sejumlah uang kepada pria itu.

"Ah ndak usah, saya ikhlas bantuin kalian,"

"Saya mohon jangan di tolak pak," pemuda itu sedikit memaksa, "Bapak sudah banyak membantu,"

"Ah tapi--"

"Hitung-hitung ucapan terimakasih kami pak," sahut Juwita.

"Ah begitu, terimakasih ya anak-anak,"

"Sama-sama, kalau begitu kami pergi dulu pak," pamit Yuda.

"Iya, hati-hati anak-anak, jalannya lumayan sulit,"

Yuki mengangguk singkat, masih dengan tersenyum. Gadis itu kemudian segera memasuki mobil Lucas menyusul sang empunya.

"Permisi pak," pamit Juwita keras.

"Iya iya,"

"Huh akhirnya bisa ketemu ayah," Arjun menghela napas lega.

"Jangan seneng dulu, siapa tau kalo di sana bakalan lebih bahaya,"

"Ya jangan gitu dong, ucapan adalah doa,"

"Ya ini namanya antisipasi, siap mental,"

"Udah siap siaga gue mah, mental gue sekuat baja,"

"Dih apaan banget Arjun ni," Juwita mendengus, "Powerbanknya mana ya?"

"Lo masukin dashboard kemaren Juw,"

"Oh iya hehe,"

"ARJUN NTAR DI DEPAN BELOK KANAN!" teriakan Bima membuat pemuda itu berdecak kesal.

"IYA TAU! JAN NGEGAS!"

"YA NTAR LO LUPA! KALO NYASAR KAN BERABE,"

Arjun memilih tidak menanggapi lebih lanjut atau akan memicu keributan antara dirinya dan Bima.

"Tiba-tiba gue keinget Sonya masa," lirih Juwita, "Setelah dia pergi gue kesannya langsung lupain dia, seneng-seneng kaya nggak ada apa-apa,"

"Itu bukannya lo lupain dia Juw," Arjun membalas, "Lo harus cepet move on, nggak poleh stuck sama itu itu aja, jangan sedih terus, gimana pun sekarang kita harus fokus sama diri kita sendiri dulu,"

"Tapi akhir-akhir ini gue kesannya terlalu biasa aja buat orang yang habis ditinggalin temennya,"

"Dengerin gue Juwita, kita lagi ada masalah yang nggak bisa di katakan kecil, kita harus sedikit menghibur diri dengan have fun biar nggak terlalu berfokus sama masalah itu," sang pemuda sedikit mendengus, "Biar kita nggak stress mikirin masalah ini,"

"Tapi Sonya--"

"Sonya udah bahagia, Dino, Mark, Deva, Keynan, Hendry, mereka udah bahagia sekarang, dan kita juga harus ikut bahagia di sini oke?"

"Gue--"

"Juw, sekarang pikirin diri lo sendiri dulu oke? Jangan terlalu kepikiran sama hal lain,"

"Iya deh," Juwita mengangguk patah-patah, "Kaki lo nggak papa kalo di buat nyetir?"

"Nggak papa kok, santai aja,"

Dor

Juwita melotot kaget, "Jangan bilang--"

"Telfon yang lain sekarang,"

Juwita mengangguk, tanpa berpikir panjang segera menghubungi teman-temannya.

"Duh buruan angkat dong," gumam Juwita, "Halo Yuda Yuki astaga Bima mana Bima,"

"Apa Juw? Ada apa? Ada yang kena?" tanya pemuda itu khawatir.

"Bukan gue," sahut Yuki.

"Halo ada apa?" tanya Bima santai.

"Barusan ada suara tembakan lo nggak denger?" kesal Arjun.

"Oh denger, siapa yang nembak?"

"Nggak tau, gue sama Lucas nggak merasa,"

"Yuda nggak,"

"Gue sama Arjun juga enggak,"

"Terus siapa dong?" Yeri menggigit bibirnya khawatir.

"Jangan bilang--"

"Posthink aja itu orang-orang desa," Yuda memotong ucapan Yuki.

Dor

"Gue nggak bisa posthink kalo kaya gini," pekik Yuki panik.

"Arjun Arjun ada orang di depan," jerit Juwita sontak membuat Arjun menginjak pedal rem secara mendadak.

"Kenapa emang?" Arjun menatap seorang pria paruh baya yang kini berada 5 meter di depan mobilnya.

"Dia kayak mau minta tumpangan nggak sih?" Juwita sedikit mengernyit, "Kasian, jalannya pincang gitu,"

"Wait, lo yakin dia manusia?" tanya Yeri curiga.

"Dia nggak kayak zombie, dia keliatan manusiawi,"

"Kakinya pincang?"

"Iya, kasian kan Ki,"

"Lewatin aja, kalo dia minta tumpangan kacangin aja," sentak Yuki, "Buruan, kita nggak punya banyak waktu,"

"Kenapa sih emang?" Arjun bertanya bingung.

"Udah buruan," Yuki nyaris berteriak nyaring.

"Okeoke," sang pemuda akhirnya menurut, segera melajukan mobilnya tanpa menghiraukan pria itu.

"Ada apa sih emang Ki?" tanya Juwita.

"Dia, yang nembak Lucas," bukan Yuki yang menjawab, melainkan Yeri, "Waktu kalian ribet ngurusin Lucas, gue diem-diem liatin dia, bajunya sama, dan kaki kirinya di tembak sama Yuki, jadinya dia pincang,"

"Gila, untung aja Yuki tadi bilang," Juwita memegangi dadanya yang berdetak kencang, "Sumpah gila,"

"Oke kalem guys kalem," Bima menenangkan, "Yuda lo okay kan?"

"Oke kok gue oke," Yuda menjawab cepat, "Kaget aja tadi bapak-bapaknya liatin gue,"

"Iya gila, dia juga tadi liatin gue," seru Yuki heboh, "Kayaknya tau dia kalo gue yang nembak,"

"Mana mukanya serem," Yeri menimpali, "Kek pedofil dong anjay,"

"Gila mulut lo licin banget," Bima terkekeh kecil.

"Emang kenyataannya," acuh gadis itu, "Belok kanan Jun,"

"Iya ini, susah banget, ntar kalian hati-hati beloknya, langsung tanjakan ini, mana jalannya sempit banget,"

"Aduh Arjun napa nih mobil lo goyang-goyang," jerit Juwita kesal.

"Banyak kerikilnya, duh mana licin lagi jalannya susah banget mau lewat," keluh Arjun.

"Pelan-pelan aja Jun," pesan Lucas, "Ngeri juga ternyata,"

"Nah iya makanya,"

"Bisa nggak Jun?" Yuda bertanya khawatir, "Perlu kita bantuin nggak?"

"Nggak kok usah bisa ini, Lucas hati-hati, Ki Garanya pegangin yang bener-bener, pasti ntar mobilnya goyang-goyang, ntar kejedot dia,"

"Iya ini udah bener gue peganginnya,"

Próximo capítulo