webnovel

You Like Him?

Arjun merangkul pinggang Juwita erat, keduanya kini tengah berjalan-jalan di sekitar desa.

"Mending lo istirahat aja Jun, greget banget gue liat lo jalan," di belakang mereka, Yeri berujar.

"Gabut tau tiduran doang,"

"Serah lo deh Jun,"

"Gue keliatan kayak mumi sekarang," pekik Yuki menatap dirinya dari pantulan ponsel, "Yeri makein perbannya terlalu ikhlas nih,"

Yeri tertawa kecil, "Ya dari pada ribet mending gue perbanin sampe atas lah,"

"Ya nggak gitu juga,"

"Nggap papa kok Ki, masih keliatan cantiknya, eh Gara kita tinggal di sana nggak papa ya?"

"Nggak papa, lagian lagir tidur kan dia?" Yuda menoleh, "Nggak akan lama juga kita muter-muter sini doang,"

"Iya, tapi dia lagi demam," Yuki menggigit kukunya khawatir.

"Jangan gigit kuku heh," Yeri melotot, "Lagi tidur dia, nggak papa,"

"Iya deh,"

"Halo Kak," dua remaja berjalan mendekati mereka.

"Eh iya?" Arjun tersenyum ramah.

"Boleh kenalan?"

"Boleh, saya Arjun, ini Juwita, itu yang di belakang Lucas, Yuki, Yuda, Yeri sama Bima,"

"Kenalin aku Manda, ini temenku, Arin,"

"Salam kenal," Juwita tersenyum manis, "Tapi kalo diliat-liat mirip Bu Asri ya Arin,"

"Iya soalnya Bu Asri ibuku kak hehe."

"Oh pantes,"

"Kakak-kakak mau kemana?" tanya Manda semangat.

"Mau keliling sini aja,"

"Wah boleh kita antar?"

"Boleh banget," Yuda memekik semangat.

Bima berdecih kesal, "Malu-maluin aja lo,"

"Bodo amat,"

"Yaudah ayo," Arin tersenyum lebar, berjalan di samping Juwita.

Sedangkan Manda, gadis itu sedikit mundur, mejajarkan langkahnya dengan Lucas dan Yuki, "Kakak kelas berapa?"

"Kelas 12 hehe," jawab Yuki.

"Wah, aku kelas 11,"

"Ohh gitu,"

"Nggak ada yang tanya," gumam Yeri namun tetap di dengar dua pemuda yang berdiri menghimpitnya.

"Savage banget bu bos," Bima tertawa lepas diikuti Yuda.

"Kenapa kalian? Nggak kesambet kan?" Arjun menoleh.

"Nggak kok santai aja, cuma ada jokes dikit hehe," sahut Yuda.

"Kak Lucas udah punya pacar?" tanya Manda mendongak menatap Lucas yang jauh tebih tinggi darinya.

"Kalo pacar sih enggak," jawab pemuda itu santai, "Lo kuat jalan nggak Ki? Mau gue gendong?"

"Dih apaan lebay banget, kuat lah,"

"Halah lebay katanya, lebih lebay mana yang nangis kejer cuma gara-gara obat merah?" sindir Arjun membuat saudara sepupunya mencebik kesal.

"Halah belum juga gue cocolin kecoa lu,"

"Udah, gue tendang kalian lama-lama," Juwita melotot.

"Maap nyai," Arjun meringis.

"Kalian sekolah di mana?" Juwita beralih menatap Arin di sampingnya.

"Sekolah di kabupaten kak, soalnya itu sekolah paling deket," jawab gadis itu.

"Ohh gitu,"

"Kecil banget ternyata desanya ya," Yuki kenatap sekitarnya.

"Ya kalo sama perumahan lo mah jauh Ki," balas Yeri, "Namanya juga perumahan sultan,"

"Apaan sih, biasa aja kali,"

"Eh tapi kok zombie yang di depan udah nggak ada?" Lucas mengernyit menatap luar desa melalui sela-sela gerbang, "Nggak mungkin kan mereka pergi cuma-cuma?"

"Iya sih, terlalu aneh," Bima mengangguk mengiyakan.

"Pohonnya, kaya gerak-gerak nggak sih?" Yuki menyipit, mempertajam penglihatannya, "Ada orang di sana!"

Dor

"Awas," Lucas memekik, reflek mendorong Manda yang berdiri di sampingnya, "Aduh,"

"Bangsat," Yuki melotot marah ketika matanya mendapati Lucas jatuh tertunduk dengan sebuah peluru bersemayam di lengan atasnya.

Dor

Gadis itu tanpa pikir panjang segera melepaskan tembakannya pada sang pelaku, "Gue sengaja cuma ngenain kaki lo, anggap aja ini peringatan buat nggak ngusik Yuki,"

"Aduh Kak Lucas nggak papa?" tanya Manda khawatir.

"I'm okay," pemuda itu mengangguk kecil.

"Ayo ke tempat Bu Mila lagi," Yuda membantu temannya berdiri.

Yuki menghela napas lelah, merogoh saku hoodienya, lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan dari sana, "Nunduk,"

"Lo kependekan sih," ejek Lucas.

Sang gadis mendengus, tidak berniat membalas, fokusnya kini berada pada luka tunangannya, "Buka baju lo,"

"Ki jangan di sini dong di--"

"Otak lu bersihin dulu," omel Juwita.

Tanpa banyak bicara Yuki segera membuka dua kancing teratas kemeja Lucas lalu segera menutup luka pemuda itu dengan sapu tangannya.

"Sakit nggak?"

"Enggak Ki, lebih sakit gue liat lo sama yang lain,"

"Gue tembak nih,"

"Gue mati asal lo yang bunuh juga nggak papa,"

"Bucin," Arjun bersorak sebal.

"Halah sirik aja human,"

"Bodo amat,"

"Ribut aja teros, ntar Lucas mati kehabisan darah mampus kalian," sindir Yeri.

"Astaga mulutnya,"

"Bodo Bim. Arin, Manda, bisa kasih tau jalan ke rumahnya Bu Mila?"

"Bisa kak," putri Pak Budi itu mengangguk.

***

Yeri menatap malas Manda yang menangis tersedu-sedu bahkan sejak 30 menit yang lalu.

"Lo bisa diem nggak? Berisik,"

"Aku merasa bersalah.. hiks.. gara-gara aku Kak Lucas jadi.. hiks.. ketembak,"

"Lucas nya aja biasa aja, ya nggak Cas?"

"Iya kok, gue aja b aja,"

"Iyalah b aja, orang tadi ngambil pelurunya pake bius coba kalo enggak," gerutu Arjun.

Juwita tertawa lebar, "Kan tadi Bu Mila lupa bawa bius Jun. Yakali kudu balik dulu ngambil bius, bisa mati kehabisan darah lo,"

Arjun mencebik kesal, "Auah pundung gue,"

"Kaya perawan aja lo," Yuda mendengus, "Eh Gara bangun tuh,"

"Aduh anak gue," Lucas hendak berdiri namun Yuki terlebih dahulu menahan.

"Jangan gendong Gara dulu. Biar gue aja,"

"Hwaa ntar kalo gue kangen sama anak gue gimana?" pekik pemuda itu namun tidak dihiraukan oleh tunangannya.

"Lo cuma nggak bisa gendong Cas, bukannya ldr sama Gara," datar Bima.

"Bahasa lo ldr Bim," Yeri menahan tawanya, "Kaya korban ldr tau nggak,"

"Emang. Ldr tempat ibadah,"

"Kasian," kompak Arjun dan Juwita.

"Jahat kalian,"

"Eh Gara," Lucas tersenyum sumringah, "Masih demam nggak?"

"Udah agak mendingan kok," jawab Yuki.

"Nggak takut tuh Gara liat lo kek mumi gitu?"

"Ini juga gara-gara lo pokoknya Yer,"

"Itu adeknya itu anaknya Kak Lucas?" Manda menatap Gara dan Lucas bergantian.

"Iya,"

"Enggak,"

"Hah?"

"Dia anak gue sama Yuki," pemuda itu menjawab cepat.

"Sembarangan, adek gue dia,"

"Udah jadiin anak kita aja,"

"Heh sembarangan aja. Kelarin dulu tuh sekolah, kerjaan bolos mulu sok-sokan mau punya anak,"

"Jangan gitu dong sayang. Besok lulus kita nikah deh,"

"Biar gue jadi pager ayu ya sama Juwi," Yeri tersenyum lebar.

"Heh gue dulu sama Juwi nikahnya,"

"Nggak! Gue sama Yuki dulu!"

"Mending gue sama Yeri aja dulu gimana?" Bima menyahut.

"Nggak!"

"Udahlah berisik bener," Yuda melerai, "Barengan apa susahnya sih?"

"Boleh,"

"Mereka udah tunangan," Yuda menatap Manda dan Arin yang mengernyit bingung, "Lucas Yuki, Arjun Juwita,"

"Tapi tadi katanya.. hiks.. Kak Lucas nggak.. hiks.. punya pacar," tangis Manda kembali pecah.

"Ya lo tanyanya pacar, emang gue nggak punya, kalo tunangan baru punya," satai Lucas, "Lo pasti taulah gimana strategi pengusaha buat menambah keuntungan apalagi buat golongan aristokrat,"

"Heh jangan gitu," Yuki melotot, "Kasian tuh nangis,"

"Lah kok gue?"

"Diem diem," Bima merentangkan tangannya, "Manda, lo suka sama Lucas?"

"Iya.. hiks,"

"Bullshit," gumam Yeri lalu melangkah pergi.

Próximo capítulo