"WOY MARK STUPID BANGET LO WEH," Arjun berteriak kesal, matanya melotot kesal dengan alis tebal yang menukik tajam, "TEMBAK WOY TEMBAK,"
"IYA SABAR DONGG," Mark ikut berteriak kesal.
"TEMBAK ITU WOY MARKONAHHH,"
"IYA SABAR. KAN YAH MATI LO SIHH," Mark melempar ponselnya asal, "Bodo lah,"
"Lo sih noob," Arjun menatap Mark datar, meletakkan ponselnya di atas meja, "Gue laper,"
"Yaudah makan sono," sinis Mark, "Ribet amat,"
"T-tolong,"
Keduanya serempak menoleh, "Bibi? Bibi kenapa astaga kok bisa kaya gini? Ayo ikut saya bi, biar saya obatin,"
"Jangan Mark," sergah Arjun.
"Hah kenapa? Bibi luka-luka Jun, tega lo-"
Dor
Mark melotot, "Arjun! Gila lo,"
Arjun mengedikkan bahu acuh, "Gue nggak gila," pemuda itu memainkan pistol kesayangannya dengan bibir menyeringai, "Sekarang mending lo ke kamar gue, buka laci nakas paling atas, ada pistol di sana, ambil,"
"Buat apa? Ngapain juga lo bawa pistol? Dan bibi! Lo udah bunuh dia," Mark menatap Arjun tajam, "Gila lo,"
"Gue nggak gila, seenggaknya gue punya waktu 2 hari buat nyiapin ini, sekarang ambil! Sekalian pelurunya, di dalem nakas, laci paling atas," Arjun dengan sigap berdiri, "Mereka ke sini,"
"Siap-WHAT THE FUCK?! MEREKA KENAPA? KOK KULITNYA PUCET?! KOK LUKA-LUKA?!"
"BERISIK MARK! BURUAN AMBIL,"
"OKEOKE CALM DUDE," Mark segera mengambil langkah seribu menuju kamar temannya itu.
Sedangkan Arjun, pemuda itu dengan lincah menembakkan peluru menggunakan Pinstol Thunder 50 BMG miliknya.
"Fuck," umpat Arjun kala menyadari jumlah zombie yang memasuki ruang tengah rumahnya justru semakin banyak, "MARK BURUAN,"
"BENTAR!"
Dor dor dor
Arjun menembakkan peluru dengan membabi buta. Matanya memincing dengan alis yang menukik tajam, "NGGAK USAH DEKET-DEKET GUE! WOY MATI LO, ADUH PASTI PINTUNYA KEBUKA SEMUA,"
Bugh
Arjun menendang zombie yang mendekat ke arahnya dengan kasar, jumlah mereka semakin bertambah dari waktu ke waktu membuat pemuda itu kewalahan.
"MARK-"
"IYA INI," Mark menyahut, segera mengikuti Arjun menghujami zombie-zombie itu dengan tembakan, "KOK MEREKA NGGAK MATI!"
Arjun menepuk keningnya, "TEMBAK KEPALANYA!"
"Ah oke," Mark mengangguk, "Lo punya granat nggak?! Kayaknya nggak cukup lawan mereka cuma pake pistol-"
"AWAS DI BELAKANG!"
Dor
Mark mengerjab beberapa kali, "GOOD DAMN?! Kalo meleset dikit pala gue yang kena,"
"Yaudah bawel," Arjun mendengus, "Eh di ruangan pojok ada katana punya sepupu gue, pake aja kalo lo bisa,"
"Oke," Mark segera berlari, namun beberapa zombie tampak mengikuti pemuda itu, "HEH JANGAN NGIKUTIN GUE LU!"
"TEMBAK MARKK!"
"GUE LAGI LARI MANA BISA!"
"TEMBAK AJA!"
"NTAR KALO MELESET BEGIMANE?!"
"NGGAK AKAN,"
"OKE,"
Dor dor dor dor dor
Mark melepaskan pelurunya tanpa menoleh, "UDAH MATI SEMUA BELOM?"
"NGGAK KELIATAN,"
"SHIT," Mark menoleh, menghela napas lega kala mendapati hanya tersisa 2 zombie di belakangnya, "Oke say bye world,"
Pemuda itu menarik pelatuk pistol milik Arjun, namun hingga beberapa detik peluru tak kunjung keluar membuat Mark mengernyit.
"HEH JANGAN DEKET-DEKET!" Mark melotot, "DUH MATI GUE MATI, PAKE APA ADUH,"
Pemuda itu menoleh ke sana ke mari mencari benda yang dapat digunakannya untuk melawan kedua zombie, "Ah!"
"Mati lo,"
Bughh
Mark mengayunkan tongkat baseball yang baru saja di temukannya tepat pada kepala si mayat hidup beberapa kali hingga 2 sosok menyeramkan itu tersungkur jatuh ke lantai.
"MARK BURUAN," Arjun berteriak kesal, "BENTAR LAGI MATI NI GUE PASTI,"
"IYA LAGI MAU KE SANA," Mark berlari dengan sebuah samurai di tangannya, "MATI LO SEMUA,"
Pemuda itu mengayunkan katananya, membuat beberapa zombie tumbang sekaligus, "OH GOOD,"
"BERISIK MARK! ARAH JAM 2," ujar Arjun tanpa menoleh.
"SHIT," umpat Mark, kembali mengayunkan katana ke kanan dan kiri membelah kerumunan zombie sembari berlari, "HAH CAPEK! SINI LO MAJU,"
Prangg
"GUCI KESAYANGANNYA BUNDAAAA," Arjun berteriak dramatis.
"BILANG AJA DI SENGGOL ZOMBIE," balas Mark, "ARAH JAM 10 JUN,"
Arjun mengangguk, tanpa menoleh mengarahkan pistolnya ke sisi kanan tubuh.
Dor dor dor
"MARK LO TUTUP SEMUA PINTU SAMA JENDELA! BIAR GUE YANG URUS SISANYA,"
"OKE," Mark mengangguk, segera berlari menuju tangga rumah Arjun.
"LANTAI BAWAH AJA MARK!" Arjun geram.
"AH OKE SORRY,"
Arjun mendengus, kembali melayangkan tembakannya.
Drttt Drrttt
Arjun menoleh kala sadar ponselnya bergetar, ia segera meraih benda itu tanpa mengalihkan tatapan pada kerumunan zombie di hadapannya, "....bentar...."
Dor dor dor
"Arjun, lo nggak lagi maen petasan kan siang-siang gini?"
"Itu bukan petasan...itu suara tembakan Juw," Arjun terkekeh kecil.
"Lo ngapain tembak-tembakan heh?! Dikata lagi maen free fire?"
"Gue lagi nembak zombie, sekarang lo lagi di mana?" tanya Arjun santai.
"Gue di rumah, di kamar. Nggak berani keluar, banyak zombie, takut,"
"Oke jangan panik jangan nangis. Bentar lagi gue ke sana,"
"Jangan...nanti lo dimakan zombie gimana Jun?"
"Nggak usah khawatirin gue. Khawatirin diri lo sendiri aja dulu oke, 15 menit lagi gue sampe,"
"Oke gue tunggu,"
Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh Juwita membuat Arjun kembali terkekeh, "Sekarang kalian kudu buru-buru mati, gue mau jemput princess kodok dulu,"
Pemuda itu menyeringai, setelah mengisi pistolnya dengan peluru yang dibawakan oleh Mark, Arjun segera kembali menarik pelatuk pistol miliknya itu.
"Mati lo,"
Dor dor dor dor
"Udah gue tutup semua kecuali pintu depan-wow mati semua dong," Mark menganga, menatap Arjun takjub.
"Udah ayo sekarang kita ke rumah Juwi,"
"Oke," Mark mengacungkan kedua ibu jarinya dengan semangat.
***
"Halo Yer, lo di mana?"
"Halo Mark...hiks...gue di rumah," suara parau Yeri terdengar.
"Lo kenapa nangis gitu? Hey? You okay?" tanya Mark khawatir.
"Mungkin dia takut," Arjun yang berada di kursi pengemudi menyahut.
"Lo nggak papa kan Yer? Yeriana? Hey?" raut wajah Mark tampak cemas.
"Gue nggak papa, tapi mama..dia berubah..hiks,"
"Oke Yeri tenang, sekarang lo dimana?" tanya Mark, "Biar gue jemput,"
"Gue di rumah, ada..hiks..zombie... hiks...makanya gue ngumpet di kolong meja makan," jawab Yeri disela isakannya.
"Oke tenang, gue ke sana, jangan panik oke,"
"Tapi..hiks....Juwita mau kesini katanya,"
"Juwita mau di jemput Arjun, sekarang gue lagi sama Arjun juga," jelas Mark, "Tunggu gue ya,"
"Oke,"
Panggilan terputus, Mark meletakkan ponselnya di atas dashboard mobil, "Gila bau amis,"
"Baru sadar lo?" sinis Arjun, "Gue ngegas ya,"
"Itu zombie di depan gimana?" Mark mendelik kesal.
"Tabrak lah," tukas Arjun santai, segera menginjak pedal gas mobilnya, "Bakalan nyita waktu lama kalo gue nyetirnya kelamaan,"
Mark menggenggam sabuk pengaman dengan erat, wajahnya menunjukkan bahwa pemuda itu kaget setengah mati, "WOY ARJUN DAMN, WOY AH JANGAN GILA LO JUN,"
"Ini namanya menghemat waktu. Juwita sama Yeri nungguin kita," jawab Arjun santai.