Ketika pelatih membubarkan barisan setelah memberi masukan dan saran, Arya langsung menyandarkan tubuhnya ke dinding, menghela napas panjang. Satu persatu temannya meninggalkan GOR basket, hingga menyisakan Arya, Marlon dan pelatih itu. Suasana di GOR saat itu benar-benar canggung dan hening, sampai-sampai suara jam dinding yang bergerak tiap detiknya pun terdengar jelas di telinga mereka.
Arya berjalan cukup terhuyung-huyung menepi ke pinggir lapangan. Mungkin ini pertama kali ia merasa berat, capek dan tak bebas bergerak selama berlatih basket.
Sang pelatih pun berjalan mendekati Arya dan Marlon yang baru saja memulai percakapan. Namun perbincangan mereka mendadak terhenti ketika sang pelatih tahu-tahu berada di samping mereka. Kepala mereka seketika menengadah tinggi, sampai sorot lampu gedung olahraga sedikit membutakan penglihatan mereka.
"Ada perlu apa, Coach?" tanya Marlon penasaran.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com