Naoki dan Matthew menyanggupi apa yang dikatakan oleh Hidetoshi. Mereka kemudian melakukan apa yang disepakati bersama. Naoki terus menembaki monster dengan senjatanya. Sementara Matthew terus menyerang dengan jarak yang dekat. Hidetoshi menembakan bom waktu yang berukuran kecil.
"Hayo kita lakukan!" seru Hidetoshi yang memimpin rencana itu. Ia mengambil senjata dan peluru yang merupakan bom kecil. Bom-bom itu memiliki daya ledak yang besar walau hanya sebesar kelereng.
"Iya, siap!" ungkap Naoki, ia menembaki dada monster dengan senjata yang pelurunya sebesar kelereng. Ini berguna untuk memberi lubang karena bom yang ditembakkan oleh Hidetoshi tidak bisa menembus, hanya bisa meledak.
"Ayo lakukan sekarang! Hiyaaah!" teriak Matthew yang terus menyerang menggunakan kapaknya. Di saat itulah pria itu mengalihkan perhatian sang monster.
Karena kerjasama tiga orang itu, mereka berhasil menancapkan bom-bom yang siap meledak dalam hitungan menit. Setelah semua peluru peledak dilepas, Hidetoshi memerintahkan semua untuk meninggalkan tempat itu.
"Sekarang kita tinggalkan tempat ini!" perintah Hidetoshi dengan tegas. "Lompat!" Itu adalah satu-satunya jalan tercepat untuk keluar dari gedung tinggi tersebut.
Mereka bertiga berlari menjauhi monster yang sudah terluka. Namun mereka belum selesai sampai di situ. Mereka juga harus bisa mempertahankan nyawa karena terjatuh di atas gedung yang tinggi.
Hidetoshi mengeluarkan sebuah kapsul dari tas kecil, melemparnya ke bawah. Dan muncul sebuah matras yang berisi udara dengan ukuran yang besar. Saat mereka mendarat, tidak mengalami luka yang serius karena terjatuh di matras besar itu.
"Duar! Duar! Duar!" Suara letusan bom yang membuat gedung tersebut hancur terkena dampaknya.
Mereka bertiga berhasil selamat dan segera kembali ke markas mereka. Hingga mereka melupakan Ken yang tidak tahu keberadaannya. Namun luka yang mereka alami cukup membuat badan mengeluarkan banyak keringat dan luka yang dialami Matthew tidaklah ringan. Beberapa kali ia mendapat cakaran di dada dan punggung. Serta tangan dan kakinya yang mengeluarkan darah.
"Pelan-pelan ngobatinnya! Kamu itu seorang gadis, bagaimana nanti merawat suami kamu, hehh?" protes Matthew ketika ia telanjang dada dan diperban oleh Naoki.
"Calon suamiku nggak akan mengalami luka sepertimu, Matt! Apalagi dia orang yang paling gagah dan pintar. Dan memiliki teknologi yang canggih untuk mengalahkan makhluk-makhluk itu."
Naoki sebenarnya menyindir Hidetoshi. Tentu ia mengharapkan hanya lelaki paruh baya itulah, sosok pria idaman untuk gadis muda itu. Alih-alih menginginkan seorang pemuda yang seumuran, ia memilih untuk bersama dengan pria tua yang telah merawatnya semenjak kecil.
Saat ini mereka sedang berada di mobil. Hanya mereka bertiga dan membuat Matthew bertanya, "Sebenarnya Ken pergi ke mana? Apakah kita tidak mencari keberadaannya?"
"Hah? Kau urusi saja luka-luka yang kau derita ini! Kenapa mengurusi orang lain yang tidak kau kenal?" ketus Naoki yang mulai kesal karena pria yang sedang ia obati, terus-terusan bergerak. Membuatnya susah untuk mengobati pria itu.
"Aku hanya bertanya, kenapa kamu yang sewot? Dia juga manusia juga seperti kita. Hanya saja, sangat disayangkan kalau dia tidak diketahui keberadaannya. Padahal ia masih muda dan tampan. Cocok untuk seorang gadis cantik yang tidak galak."
"Hei, kau menghinaku! Mungkin dia sudah mati! Orang tidak punya kemampuan, nggak cocok untuk menjadi pemburu alien parasit. Dan nggak akan terjadi!"
Hidetoshi yang di depan menyetir hanya diam dan kepikiran. Ken sudah tidak bersama mereka lagi. Ia juga tidak tahu apakah pemuda itu masih hidup atau sudah mati. Karena sampai hari ini, ia tidak mengetahui keberadaannya.
"Semoga saja pemuda itu masih bisa selamat. Ah, ini salahku juga karena meninggalkan dirinya begitu saja. Semoga dia menggunakan sabuknya untuk mengalahkan makhluk itu. Karena sangat disayangkan kalau pria yang begitu berpotensi menjadi pemburu alien itu tidak ada lagi."
Naoki dan Matthew mendengarkan apa yang dikatakan oleh pria yang sedang menyetir di depan itu. Mereka berdua sadar, mereka juga bisa saja bernasib sama seperti Ken jika Hidetoshi tidak buru-buru menyelematkan mereka.
Berkat Hidetoshi, keduanya tidak mungkin bisa selamat. Apalagi dengan kemampuan yang terbatas itu. Mereka selalu tergantung pada pria paruh baya itu untuk mengalahkan alien yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dengan kekuatan mereka sendiri, mustahil untuk bisa menang.
"Itu karena kita yang masih lemah, tidak bisa mengalahkan makhluk itu. Tuan Hidetoshi mungkin tidak akan datang kepada kita. Aku sangat menyesal karena hal itu," ungkap Matthew, meringis menahan sakit karena Naoki meneteskan obat pada tubuhnya yang terluka.
"Yah, aku akui kalau kita belum bisa menghadapi makhluk itu sendiri. Bagaimanapun kita harus tetap hidup. Dengan begitu, setidaknya bisa mengurangi jumlah mereka, hingga akhirnya datang seseorang atau siapapun yang bisa mengalahkan semuanya," pungkas Naoki.
"Sudahlah ... tidak ada yang perlu kita sesali! Semoga saja pemuda itu lolos dari monster kerbau itu. Heh, itu bukannya monster kerbau?" ujar Hidetoshi. Ia menghentikan mobilnya.
Mereka segera keluar dari mobil untuk melihat lebih jelas. Monster kerbau yang sangat besar itu membuat Naoki merasa ngeri. Pasalnya monster itu memiliki ukuran yang dua kali lipat dari mobil yang mereka naiki.
"Ini bagaimana bisa, setelah mati, tidak dimakan? Ini bukan dari serangan manusia, bukan? Soalnya ini seperti dipotong dan dadanya juga tembus."
Naoki memperhatikan lebih seksama. Tidak ditemukannya jantung dari makhluk itu. Aliran darah yang berwarna hijau itu bercampur dengan warna merah. Tetapi bentuknya tidak kembali menjadi bentuk kerbau yang dikendalikannya.
"Mungkinkah Ken berhasil mengalahkan makhluk ini? Tetapi di mana dia? Apakah dirinya menjadi monster hijau itu lagi?" ujar Hidetoshi, mengidentifikasi
"Sebenarnya Ken itu siapa? Kenapa pemuda itu bisa mengalahkan monster besar ini? Melihatnya saja sudah membuat ngeri. Atau kekuatan monster ini sungguh tidak ada apa-apanya?" tanya Matthew.
"Tidak, Matt. Kami berdua saja kesulitan melawannya. Karena itu juga, aku meninggalkannya di sini. Tetapi tidak terbayangkan, mungkin dengan zirah besinya, bisa digunakan untuk membunuh makhluk ini."
Mereka memperhatikan sekeliling, makhluk-makhluk luar angkasa yang menjadi parasit bagi manusia itu sedang bersembunyi. Setidaknya ada enam makhluk yang sedang mengintai.
"Itu adalah makhluk-makhluk kecil yang memiliki tingkat kekuatan dasar! Belum mulai berevolusi karena mungkin hanya memakan manusia. Tapi itu saja sudah membuat kita repot. Kita hanya bisa tinggalkan tempat ini! Kita sudah tidak sanggup lagi."
Mereka bertiga membiarkan makhluk-makhluk itu untuk melakukan sesuatu yang membuat tertarik. Salah satunya adalah makanan yang didapat tanpa harus bertarung dahulu. Kalau mereka bisa memakan tubuh itu, kemungkinan sebagian kecil kekuatan monster kerbau itu akan mereka dapatkan.
"Kita akan mencari pemuda itu setelah kita kembali! Karena benda yang dibawanya sangat berharga buat kita. Itu adalah harta yang tidak ternilai harganya. Mungkin dengan sabuk itu, bisa menjadikan manusia sebagai alat pemburu alien parasit," pungkas Hidetoshi.
"Kita akan mencarinya ke mana? Apakah kau sudah memberi alat pelacak di tubuhnya?" tanya Naoki.
Tidak ada jawaban dari pria paruh baya itu. Hanya sebuah senyuman yang membuat Naoki dan Matthew penasaran.
***