webnovel

Monster Hijau Berzirah Besi

Tak ada yang tahu kedatangan makhluk yang memiliki tubuh berwarna hijau dengan sebuah pakaian besi. Dan saat terkena tembakan pun tidak mempan.

"Mundur! Kita tidak bisa melukainya! Mundur! Mundur! Lari!" Pria paruh baya itu menginstruksikan pasukannya untuk berlari sejauh-jauhnya. Karena makhluk yang baru datang itu tidak mempan senjata.

Semua orang berlarian menyebar, meninggalkan salah seorang dari mereka yang telah tewas karena monster itu. Kini orang yang tergeletak tidak bernyawa dengan tubuh yang terpotong menjadi dua itu mengeluarkan darah berwarna merah. Usus dan organ dalam, keluar dari tempatnya.

"Sialan! Pengganggu!" bentak monster itu dengan bahasa mereka. Ia tidak suka kalau ada yang mengganggu dirinya yang sedang makan dengan senang.

Kedua makhluk itu saling menyerang. Sosok yang memakai pelindung itu bukan tidak bisa dikalahkan. Ia hanya memakai baju besi untuk melindungi tubuhnya dari goresan atau tembakan senjata. Pada kenyataannya ia bisa dikalahkan dan dipaksa mundur oleh monster yang menjadi lawannya.

"Semua makhluk sepertimu harusnya tidak ada di bumi ini!" teriak monster hijau berpakaian besi itu.

"Hahaha! Tidak sadar diri, kau pun sama denganku. Berarti kau juga harusnya tidak ada di bumi? Kau bilang ini bumi? Apakah ini namanya bumi?"

Tentu saja makhluk itu tidak tahu apa itu bumi. Ia tidak tahu nama planet yang didatangi. Tetapi karena sudah di planet yang bisa ditinggali dan mendapatkan tubuh yang cocok, membuatnya puas dan beringas.

"Kalian yang membuat bumi ini hancur, membunuh orang tidak bersalah dan membuat ketakutan manusia di bumi ini!" tegasnya sambil menyerang dengan cakarnya.

"Huhh ... makhluk yang lemah ini! Masih untung aku bisa memanfaatkan tubuh yang memiliki potensial ini. Kau tahu apa, hah?" Ia menangkis serangan monster hijau itu.

Setelah menangkis serangan, monster besar itu kemudian membalas serangan monster hijau dengan tinjunya. Karena badannya lebih kecil dan tenaganya tidak sebesar monster besar, akhirnya ia terlempar sejauh dua puluh meter. Ia menabrak gedung di belakangnya dan menembus tembok.

Untungnya ia memakai baju besi yang membuatnya masih terlindungi. Hal itu membuat monster tinggi itu tidak percaya, lawannya masih terlihat utuh walau sudah menabrak dan menghancurkan tembok.

"Sebenarnya apa yang kamu pakai? Kenapa bisa seperti ini?" tanyanya heran. Tapi ia melompat setinggi sepuluh meter dan menghantam kembali lawannya.

Dengan satu pukulan telak, membuat baju besi itu retak. Sementara tangan monster itu mengeluarkan darah hijau. Darah itu walau tidak deras, tetap membuat rasa sakit. Meskipun bisa menyembuhkan diri selama beberapa menit.

"Sialan! Apa yang kau pakai? Ini keras sekali! Ada juga sebangsa kita yang menggunakan ini? Hehh, tapi kurasa tubuhmu lebih lemah dariku, bukan?"

"Hahahaha! Kau tidak akan tahu karena akan mati. Huahhh!" Ia bangkit lalu mengeluarkan sesuatu dari sabuknya. Sebuah cambuk besi yang bentuknya seperti tulang ular berukuran besar dan memiliki setiap gerigi yang tajam.

"Sebenarnya kau ini makhluk apa? Di antara kita, tidak ada yang sepertimu!" Makhluk besar itu tersentak ketika lawannya mengeluarkan senjata yang mengejutkan.

"Heh ... hahaha! Sudah kubilang, kau tidak akan tahu karena kau akan mati, hihihihi, hahahaha!" Dengan satu sabetan, membuat lawannya mundur.

Karena tidak ingin terkena sabetan senjata, ia terpaksa mundur sejenak. Ia membentuk senjata dari tulang. Tetapi ia tidak tahu bagaimana makhluk kecil berwarna hijau itu membuat senjata dari sabuknya. Ia sendiri tidak melihat lawannya kehilangan tenaga sedikitpun ketika mengelusi senjata itu.

"Di sini perbedaan kita sangat jelas! Kau tidak bisa membuat senjata yang sama sepertiku! Kau menggunakan tulang, menjadikan senjata. Sedangkan aku sendiri memakai logam sebagai senjataku, hahaha!"

"Logam?" Ia tidak tahu apa itu logam. Bahasa yang digunakan pun agak berbeda. Dan banyak yang ia tidak tahu. Sementara lawannya seperti serba tahu. "Sebenernya siapa kau ini?"

"Sudah kubilang, kau tidak perlu tahu!" Setelah mengatakan itu, ia menyabetkan cambuknya.

Monster besar itu melompat dan menepis cambuk itu dengan sabit yang dibuat dengan tulang. Cambuk itu melengkung dan mengenai tubuh monster besar berwarna hitam itu.

"Kenapa? Kenapa bisa begini? Sebenarnya kau ini siapa? Kau bukan dari bangsa kami," ucapnya lirih menahan sakit karena goresan itu.

Tak menyia-nyiakan waktu lagi, monster hijau itu menggunakan kesempatan untuk kembali menyerang. Karena lawannya yang tidak lagi konsentrasi kepada pertarungan.

Karena menggunakan tulang dan terluka itulah yang membuatnya memiliki efek yang besar. Proses penyembuhan semakin lambat dan kekuatan tulangnya berkurang. Karena semua tenaganya, sebagian besar dari tulang.

Pertarungan masih berlangsung. Monster besar itu mengembalikan tubuhnya dengan memasukan kembali tulangnya. Karena lawan yang tida berimbang dengan dirinya. Apalagi lawannya memiliki teknologi yang berbeda jauh dengan alien sebangsanya.

Di atas gedung tinggi, monster besar itu berusaha naik ke puncak. Karena ia berpikir monster kecil itu tidak mungkin bisa mengejarnya. Ia yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.

"Hahaha! Bagaimana lagi kau akan melawanku? Kurasa tidak ada lagi yang bisa menghentikan langkahku," katanya dengan percaya diri.

"Mau kabur? Secepat itukah kau menyerah?" ucap monster berzirah besi itu. Ia tidak melompat tapi menggunakan alat untuk terbang. Itu adalah alat yang sekaligus sebagai perlindungan. Zirah besi yang dikenakannya bisa membawanya untuk terbang.

"Tidak! Kamu juga bisa terbang?" Karena kaget, ia menjadi panik. Ia sendiri sebenarnya bisa terbang dengan tubuh aslinya. Tapi semenjak menjadikan manusia sebagai inangnya, ia hanya bisa melompat setinggi lima meter.

"Kau kira tidak bisa, hah? Rasakan cambuk ini, hyaa!" teriaknya, menyabetkan cambuk dengan seluruh tenaganya.

Makhluk besar itu bisa menghindari serangan dengan melompat kembali. Tapi tenaganya sudah melemah karena sudah banyak tenaga yang ia keluarkan. Sementara lawannya seperti tidak ada lelahnya.

Crashh! Akhirnya dengan sabetan yang sudah ke berapa kalinya, mengenai sosok monster besar itu. Ia tidak bisa lebih cepat menyembuhkan lukanya.

"Ini sebenarnya tidak perlu. Tapi kurasa aku harus melakukannya dengan cepat!" Ia mengubah cambuknya menjadi sebuah tongkat yang ujungnya runcing.

"Apa yang akan kau lakukan?" Ia tidak percaya kalau tubuhnya sudah tembus oleh tongkat besi itu. "Akkh! Sebenarnya siapa kau sebenarnya?"

"Sudah mau mati, masih penasaran? Baiklah ... biar ku perkenalkan. Namaku Ken Kudoroki! Aku adalah seorang manusia yang mengubah alien dalam tubuhku menjadi senjata untuk memusnahkan kalian semua!"

"Apa? Kau makhluk planet ini? Bagai–" Sebelum menyelamatkan ucapannya, ia sudah tewas karena jantungnya telah dikeluarkan dari tubuhnya.

Dari kejauhan terlihat seorang pria berkaca mata hitam. Ia menatap ke arah pertarungan. Ia berdiri dengan santai dengan tangan yang berwarna biru dan berbentuk aneh.

"Alien itu memiliki pemikiran seperti manusia! Bahkan memakai zirah besi. Sebenarnya ada apa dengan alien itu? Apakah dia memang memiliki pikiran seperti manusia atau bekerja sama dengan manusia?"

Ia bertanya dalam kesunyian. Ia memakai alat canggih berupa kaca mata hitam. Yang bisa melihat dengan jarak lima kilometer, seperti melihat dalam jarak lima meter. Ia juga membawa senjata yang amat mematikan. Bisa membunuh alien dengan tangannya.

***

Próximo capítulo