Hanjo menjawabnya dengan tanya pula. "Hanya itu isi suratnya Pak Bernard?"
Pertanyaan orang yang linglung. Benar-benar di luar dugaannya isi surat wasiat yang kedua itu. Jangankan memberi sesuatu, namanya saja tidak pernah tersebutkan dalam surat tersebut. Tak sepatah pun.
Benar-benar tidak terbayangkan sebelumnya oleh Hanjo. Ia merasa dadanya seperti dipukul dengan palu. Berulang kali. Terasa sakit sekali. Menyebabkan ia kehabisan nafas. Tidak bisa bergerak.
Bernard paham dengan kondisi Hanjo. Ia bisa membaca dari raut wajahnya. "Ya. Itulah isinya Pak Hanjo. Sudah kita dengar bersama kan?" tutur Bernard yang berusaha bersuara dengan datar tanpa tekanan.
Hardiman ingin bertanya. Mempertanyakan status Hanjo sebagai CEO. Sebab tidak ada disebutkan dalam surat wasiatnya Moina. Tapi ditelannya kembali pertanyaan itu. Ia merasa perlu berbicara dengan Hanjo lebih dahulu sebelum mempermasalahkannya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com