webnovel

16. Berada di penthouse milik Rey

"Rey... tunggu! Appaa... yang ingin... Kau lakukan?" tanya Audy merasa gugup.

Namun, pemuda di hadapannya tidak memiliki keinginan untuk menjawab pertanyaan dari kekasihnya. Rey langsung naik keatas ranjang. Ia menekan tubuh Audy dengan menggunakan tubuhnya. Supaya gadis itu tidak dapat melarikan diri.

Pemuda tersebut tidak menutupi sedikitpun keinginannya. Ia membiarkan Audy merasa ketakutan dengan perlakuannya. Tatapan tajam Rey berhasil menghipnotis gadis itu. Membawa Audy tenggelam ke dalam jurang yang gelap.

"Rey..." ucap Audy pelan.

"Sssstt... Jadilah baik baby girl." bisik Rey sambil menempelkan jari telunjuknya kearah bibir tipis gadis itu.

Audy tidak berani untuk membuka mulutnya. Ia takut akan memancing kemarahan Rey kembali. Gadis itu berharap pemuda di hadapannya tidak melakukan hal yang buruk kepadanya. Jarak keduanya semakin menipis. Lalu Rey melumat bibir tipis milik Audy dengan perlahan.

Memberi sensasi kesemutan pada diri gadis itu. Menyalurkan seluruh perasaannya, supaya Audy mengerti apa yang tengah Rey rasakan. Kedua tangan pemuda tersebut bertumpu di atas ranjang untuk menahan berat tubuhnya. Karena ia tidak ingin menyakiti kekasihnya.

Pada awalnya tubuh Audy menegang dan dipenuhi dengan rasa khawatir. Ia tidak bisa mengelak lebih jauh karena Rey telah menghimpitnya. Namun, tubuhnya mulai tidak sejalan dengan isi pikirannya. Seolah sedang menanti sentuhan lain yang berasal dari tangan Rey.

Sekuat tenaga gadis itu mempertahankan kewarasannya. Menolak buaian yang tengah ditawarkan kepadanya. Sensasi berbeda dan menyenangkan yang tak pernah dirasakan sebelumnya oleh Audy. Rey berhasil mengenalkan dunia baru kepadanya.

Daya pikat pemuda itu mampu mengoyahkan keputusan Audy. Melupakan apa yang telah ia katakan sebelumnya kepada Rey. Rasa ketertarikan dan keinginan memiliki mulai muncul dalam hati Audy. Semuanya dengan mudah dapat dibaca oleh Rey.

Senyum samar pemuda tersebut tersemat di balik lumatan lembutnya. Hatinya merasa puas mengetahui ketertarikan Audy terhadap dirinya. Ia akan berusaha keras menjaga hal itu. Tidak ada satupun yang dapat menghalanginya untuk memiliki Audy.

Kemudian lumatan lembut itu terlepas perlahan. Ia menatap kedua mata Audy dengan penuh cinta. Senyum manis tersungging di wajah tampannya. Dalam sekejap membuat degup jantung Audy berdetak dua kali lebih cepat. Wajah cantik Audy berubah memerah tersipu malu.

Lalu terdengar suara tawa renyah keluar dari bibir Rey. Sehingga membuat Audy menjadi salah tingkah. Ia menghindari tatapan Rey dengan cara memalingkan wajahnya kearah lain. Namun, pemuda itu tidak ingin melepaskan Audy begitu saja.

Dengan sengaja, ia mendekatkan wajah tampannya hingga bibir Rey menempel pada cuping telinga Audy. Perbuatan tersebut membuat jantung gadis itu berdebar dengan hebat. Terasa sesak seperti memaksa ingin keluar dari tempatnya.

Dalam diam Audy menggengam erat seprai yang berada dibawah tubuhnya. Berharap pemuda di hadapannya segera menghentikan perbuatannya. Karena telah membuat jantungnya bekerja secara tidak normal. Bulir keringat perlahan terbentuk di area pelipis Audy.

"Sangat cantik." bisik Rey dengan suara seraknya.

Ia memuji kecantikan yang dimiliki oleh Audy. Kemudian lidahnya menjulur ke depan, menjilati cuping telinga kekasihnya dengan mesra. Hal itu langsung membuat seluruh buluk kuduk Audy meremang.

"Kesempatan terakhir untukmu my queen, karena lain kali aku tidak akan sungkan menunjukkan padamu arti sebuah hukuman." tegur Rey dengan lembut.

Perkataan Rey tersebut menyusup ke dalam benak Audy, hingga tubuh gadis itu kembali menegang. Rey menampilkan senyum sumringah ketika mengetahui reaksi dari kekasihnya. Tangan kanan yang sejak awal menumpu berat badannya, kini bergeser sedikit ke arah wajah cantik Audy.

Dengan hati- hati ia merapikan anak rambut Audy yang berantakan. Lalu menyelipkan ke belakang telinga gadis itu. Rey melayangkan sebuah kecupan ringan pada salah satu pipi mulus Audy.

Kemudian ia memutuskan untuk menggeser tubuhnya dari atas tubuh Audy. Ia berhasil mengontrol iblis yang ada dalam dirinya. Rey merubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang. Pemuda itu membelakangi kekasihnya.

Audy ikut merubah posisinya. Pada awalnya terbaring di atas ranjang, kemudian menjadi berdiri di sisi berlawanan dengan Rey. Audy segera merapikan seragam sekolahnya yang telah kusut akibat perbuatan pemuda tersebut. Tidak lupa ia menyisir rambut panjangnya menggunakan kesepuluh jari miliknya.

"Ku harap kau tidak meremehkan ucapanku! Sebentar lagi Aland akan menerima hadiah dariku, karena dia telah berinisiatif melewati batasnya!" seru Rey dengan penuh penekanan.

"Apa yang ingin kau lakukan kepadanya?" tanya Audy merasa khawatir.

"Nanti kau akan mengetahui dengan sendirinya." sahut Rey acuh tak acuh.

Lalu Rey segera berdiri dan melangkah perlahan menuju pintu kamar. Audy bergegas mengejar pemuda itu. Ia tidak mau sampai terjadi sesuatu kepada saudara kembarnya. Sehingga gadis tersebut meminta Rey untuk menghentikan rencananya.

"Tunggu Rey!" ucap Audy sambil menahan lengan kekasihnya supaya mau mendengar permintaannya.

"Katakan!" balas Rey tanpa menoleh.

Seketika pemuda itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar. Ia menunggu Audy menyelesaikan ucapannya. Lalu Audy melepaskan cengkeraman tangannya.

"Maaf! jika aku telah membuatmu marah, bisakah kau tidak melibatkan Aland dalam hal ini?" pinta Audy dengan nada memohon.

"Dia sendiri yang memilih untuk terlibat dan berusaha menentang keputusanku!" tandas Rey.

"Rey, aku berjanji tidak akan memintamu untuk mengakhiri hubungan kita lagi, asalkan kau tidak menyakitinya." terang Audy.

"Tidak ada negosiasi!" bantah Rey dengan dingin.

Rey kembali melanjutkan langkah kakinya. Meninggalkan Audy sendirian di kamar. Membiarkan gadis itu menelan pil kekecewaannya. Rey berjalan menuju ruang pantry untuk mengambil minum. Ia ingin menenangkan dirinya sesaat.

Setelah pemuda tersebut sampai di ruang pantry. Ia membuka pintu lemari pendingin. Lalu meraih sebuah botol berisi air putih dan meneguknya hingga tandas. Tubuh tegapnya setengah bersandar malas pada meja pantry.

Kemudian Rey meraih ponsel yang berada dalam saku celananya. Ia terlihat mengirimkan pesan kepada seseorang. Setelah itu, meletakkan ponsel berwarna silver tersebut di atas meja pantry. Ia menghembuskan nafas dengan kasar untuk meredakan emosinya.

Rey berharap pelajaran darinya dapat membuat sahabatnya tersebut menyadari kesalahannya. Karena tidak ada seorang pun yang bisa menentang kekuasaannya. Ia mengangkat salah satu tangannya untuk memijat pangkal hidungnya. Rasa lelah datang melanda dirinya.

Setelah berhasil menenangkan emosi dalam dirinya. Rey meraih ponselnya yang tergeletak, lalu berjalan meninggalkan pantry. Ia menuju ke tempat Audy berada. Pemuda itu melihat kekasihnya tengah duduk manis di atas ranjang.

"Bersiaplah, aku akan mengantarmu kembali." ujar Rey sambil berdiri bersandar di daun pintu kamar.

"Ah! Baik." jawab Audy cepat.

Gadis itu segera bangkit berdiri. Lalu berjalan mendekati Rey yang tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya. Rey menunggu dengan sabar sambil melipat kedua lengannya di dada. Sehingga otot- otot tangannya terlihat menonjol.

Pemuda itu menyadari pandangan Audy. Ia hanya tersenyum samar membiarkan gadisnya berpikiran liar. Di sisi lain, Audy tersipu malu ketika perbuatannya telah terungkap oleh Rey. Dengan canggung ia memilih menundukkan kepalanya lebih dalam.

"Mengemaskan." ucap Rey sambil menjulurkan tangan kanannya ke depan untuk menepuk puncak kepala Audy.

Jangan lupa tinggalkan jejaknya yaa

lusy_gunadicreators' thoughts
Próximo capítulo